Chapter 5 : Apakah cinta harus sesakit ini ?

8.7K 428 45
                                    

Vina menatap Alea dari atas sampai bawah, ia menggelengkan kepalanya kemudian merangkul pundak Alea dan menyuruh Alea masuk kedalam rumah.

Vina menyuruh Alea duduk disofa. Ia menatap getir kearah Alea yang benar-benar sedang sedih. "Al, sudahlah.. Jangan nangis terus.. Percuma." Ucap Vina sambil mengusap air mata Alea.

"Dia selingkuh, Vin.." Vina mengangguk mengerti. Ia menatap Alea yang tak kunjung diam. "Al, seharusnya lo marah sama Lando.. Bukannya lari kesini.." Ucap Vina dan Alea menggelengkan kepalanya.

"Aku nggak bisa marah sama dia.." Balas Alea sambil sesegukan.

"Ya sudahlah.. Ayo, ini sudah malam.. Lo harus istirahat.." Ucap Vina yang langsung membantu Alea berdiri dan mengajaknya masuk kedalam kamar.

Vina menunggu Alea memejamkan mata, tidak lama kemudian Alea benar-benar sudah tidur.

Vina keluar dari kamar, kemudian menggigit kukunya. Ia sedang menimbang-nimbang, apakah ia harus memberitahu masalah Karina ke Sita (Mamanya Lando) agar wanita setengah baya itu bisa membantunya untuk membasmi hama dirumah tangga Alea dan Lando. Vina menggelengkan kepalanya, seharusnya yang memberitahu kepada Sita adalah Alea. Bukan dirinya. Tapi ya sudahlah, pasti besok pagi Alea akan memberitahukan kepada Sita sendiri.

Vina langsung masuk kedalam dan menguncinya.

_____________

Lando terbangun dari tidurnya tepat jam 6 pagi, ia menoleh kesamping. Tidak ada Karina disebelahnya. Kemudian ia bangun dan keluar dari kamar karena ia mendengar suara-suara perang pisau didapur.

Dan benar, disana ia mendapati Karina yang sedang mengiris paprika. Lando langsung melingkarkan kedua tangannya dipinggang Karina yang membuat wanita itu langsung tersenyum lebar.

"Kamu sudah bangun ?" Lando mengangguk.

"Maaf ya, aku buatnya cuma omelett.. Soalnya di lemari es nggak ada makanan.." Lando menggeleng.

"Nggak apa apa.." Karina tersenyum lagi.

Lando semakin senang sekarang, orang yang selama ini ia tunggu, kembali lagi.

________________

Alea melahap makanannya dengan malas. Vina yang memperhatikan temannya itu hanya menghelakan nafas panjang. "Al, lo nggak mau pulang ?" Tanya Vina dan Alea mendongak kemudian menggelengkan kepalanya.

"Nanti aja deh.. Aku belum siap ketemu sama Lando.." Vina mengangguk mengerti kemudian melahap roti bakarnya.

"Al, kalau boleh gue mau kasih saran.." Alea mengangguk.

"Lo harus mancing Lando dengan pakai lingerie." Ucapan Vina langsung membuat Alea membulatkan matanya.

"Kamu gila ya ?" Tanya Alea kaget.

"Ya nggaklah.. Gue kan cuma ngasih saran, lagian dia suami lo.. Wajar dong kalau lo menggoda imannya.. Yang nggak wajar tuh Karina.. Dia kan cuma mantannya Lando.. Dia udah keenakan banget, tiap malem dapet jatah.. Lah elo ? Apaan.. Tidur dikamar bareng aja nggak boleh. Memang sinting tuh orang." Gerutu Vina kesal.

Alea tersenyum kecut, kemudian meletakkan pisau dan garpunya diatas piring "Dia cuma belum siap ngelakuin itu sama aku, Vin.." Vina menggeleng.

"Lo itu bego atau beneran cewek polos sih ? Lando udah keterlaluan.." Ucap Vina kesal. Ia benar-benar kesal, pasalnya sahabatnya itu sangat sabar dan itu cukup membuatnya frustasi.

"Nggak apa-apa.. Suatu saat nanti Lando bakal nyentuh aku kok.." Ucap Alea sambil tersenyum.

"Suatu saat kapan ? Karina itu licik, Al.. Lo bakal disingkirin sama Karina dengan mudah, kapan aja dan dimana aja.." Alea menggelengkan kepalanya.

"Aku kenal Karina, Vin.. Dia baik.. Cuma yaa.. Itu, dia cintanya Lando.." Vina menahan nafasnya untuk manahan emosinya. Bisa-bisanya Alea mengatakan kalau Karina itu baik. Padahal sudah sangat jelas, Karina tidur sekamar dengan Lando dan melakukan olahraga malam. Apa itu bisa dikatakan baik ?

"Terserahlah.." Pasrah Vina kesal.

Alea tersenyum kemudian mengangguk. Lalu masuk kedalam kamar dan menguncinya. Lagi-lagi ia menangis. Benar semua perkataan Vina. Lando keterlaluan. Setidaknya pria itu menghargai Alea, walau bagaimapun Alea lah istrinya, bukan Karina.

_________________

Alea menatap dirinya didepan cermin, tidak begitu buruk. Kemudian ia keluar dari kamar dan menatap Vina yang sedang asyik menonton Upin&Ipin. Entah apa motivasi gadis itu menonton Upin&Ipin disaat usianya sudah menginjak 23 tahun.

"Vin." Yang dipanggil pun laangsung menoleh.

"Aku mau pulang, aku takut Lando nyariin." Ucap Alea lagi. Walaupun ia sangat yakin, Lando tidak akan peduli padanya.

"Oh, iyaa.  Hati-hati ya, Al.. Sorry nggak bisa nganterin.. Mobil gue masih di rawat di bengkel." Alea terkekeh.

"Nggak masalah.. Semoga mobilmu cepat sembuh." Ucap Alea dan Vina tertawa. Alea langsung melambaikan tangannya, begitu juga dengan Vina. Lalu ia pergi meninggalkan Vina.

Alea menghelakan nafas panjang. Apa harus ia memakai lingerie untuk mendapatkan Lando dan memisahkan Lando dari Karina. Tapi menurutnya itu terlalu kejam.

Ia menggelengkan kepalanya. Dia tidak akan membeli lingerie.

Ia memberhentikan taksi kemudian masuk dan memberi tahu alamat rumah yang ia tinggali dengan Lando.

Sesampainya dirumah, Alea langsung membuka pintu. Matanya kini menangkap Lando yang tengah merangkul pundak Karina dan Karina yang tengah memeluk pinggang Lando.

Alea tersenyum kecut, kemudian berjalan mengacuhkan mereka berdua. Ia masuk kedalam kamar tamu, lebih baik ia tidur dikamar tamu daripada tidur sofa, bukan ?

Ia langsung menghempaskan tubuhnya diatas kasur dan menahan nafas agar tidak menangis lagi.

Apa ia harus merelakan Lando dengan Karina ? Tapi ia tidak bisa. Ia mencintai Lando lebih lama dari Karina. Bahkan, cintanya pun lebih besar dari Karina. Tidak, ia tidak ingin bercerai dengan Lando.

_______________

TBC,

Sorry pendek yaaa..

Still HereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang