[Cerpen] Keluarga yang Terlempar ke Luar Angkasa

751 69 6
                                    

Kegaduhan pagi ini dimulai dari teriakan Mbah Sastro, lelaki berusia tujuh puluhan, mantan dosen seni rupa yang memelihara selusin burung di halaman rumahnya. Lelaki bersarung kotak-kotak dengan kaus putih itu berteriak,"Mereka terbang! Hei, mereka terbang!"

Awalnya, tidak ada yang memperhatikan teriakan Mbah Sastro, pagi masih begitu sepi, sampai tukang kebun mereka, Kerik, turut melihat ke angkasa dan terpana. Kerik semula mengira Mbah Sastro menunjuk kawanan burung seharga jutaannya lepas dari sangkar, tetapi yang kemudian dilihatnya adalah tiga orang manusia bergandengan melayang-layang dan terpental-pental di langit. Tubuh mereka sesekali terlihat seperti melompat-lompat, sesekali terombang-ambing,mendadak berputar-putar seperti komedi putar, lalu secepat kilat tertarik ke atas hingga tak lagi terlihat.

Semuanya peristiwa tadi terekam dalam kamera ponsel pintar Kerik. Tangan kapalannya tergerak untuk mendokumentasikan kejadian itu karena berpikir video amatirnya bisa menjadi bukti sejarah seperti rekaman video-video amatir saat tsunami Aceh. Bagi Kerik, ia tidak mungkin memanjat tiang listrik dan meloncat dengan sprei yang diikat di pundak seperti Superman untuk menolong keluarga itu. Pun, istrinya, berkata bahwa ia membutuhkan Kerik yang apa adanya, maka ia tidak perlu menjadi Superhero, misalnya. Kerik memilih mendokumentasikan daripada sok jagoan.

"Apa yang baru saja terjadi?" tanya Mbah Sastro, lebih seperti berbicara sendiri ketimbang berbincang dengan Kerik.

"Mereka terbang. Bu Ninik, Pak Akmal, dan anaknya Imora terbang," jawab Kerik. Lalu menunjukkan video rekamannya. Video yang baru saja ia sebarkan di grup whatsapp 'Perumahan Srikandi'. Video yang memancing setiap orang di perumahan keluar dari rumah mereka dengan keadaan apa adanya sambil memandang langit dengan sejuta tanya. Sebagian masih menggunakan daster, beberapa memilih berpiyama, dan sekumpulan bapak-bapak yang mengenakan kaus dalam putih dengan celana pendek atau sarung. Semuanya memegang ponsel, dan bisik-bisik mulai terdengar. Segerombol anak kecil tertawa berlarian tanpa peduli bahwa salah satu teman main mereka yang cengeng, Imora, baru saja terlempar dari bumi, mungkin ke luar angkasa. Hari itu, Minggu 30 April, televisi-televisi, juga portal berita online heboh dengan sebuah berita berjudul ,"Keluarga yang Terlempar Ke Luar Angkasa"

Banyak spekulasi yang muncul mengapa mereka terbang di angkasa dan hilang begitu saja. Bu Laksmi agak gendeng, percaya bahwa mereka dipilih Tuhan untuk mendapatkan hidayah baru atas agama baru. Cucu Mbah Sastro, Bima dan Yudhistira, percaya bahwa Bu Nini dan Pak Akmal berencana bercinta di luar angkasa agar bisa kembali ke dunia dan menyenandungkan lagu Sepasang Kekasih yang Pertama Bercinta di Luar Angkasa. Tante Gita, guru fisika di sebuah SMA percaya bahwa ada gaya gravitasi yang sangat kuat yang menarik mereka. Masih banyak lagi pendapat lain, mulai dari yang dapat diterima akal pikiran hingga terlalu imajinatif.

Semua pendapat itu seketika terbantahkan ketika polisi yang menggeledah rumah keluarga kecil itu menemukan secarik kertas berwarna merah muda dengan tulisan biru bertuliskan : Suara kalian begitu memuakkan, bernyanyilah, teriaklah, menarilah, enyahlah kalian ke luar angkasa! Bumsakdarkesembrotosengkasurutusingrotogozokosooo platu-platu.

Berhari-hari polisi melakukan penyelidikan, tetapi tidak juga menemukan jawaban. Rumah keluarga kecil itu kemudian ditempati saudara mereka. Tidak ada yang membicarakan terlemparnya keluarga itu sekarang. Tetapi Kerik, patut berbangga. Ia menjadi komedian di layar kaca. Tingkahnya yang lucu saat diundang sebagai saksi mata di berbagai televisi mengundang gelak tawa dan ia pun pensiun dari tukang kebun. Sekarang, tiap malam, ia muncul di televisi bersama Sule. Memang tidak ada lagi yang membicarakannya, tetapi semua warga ingat. Termasuk Karla.

Karla mengira itu hanyalah buku catatan biasa milik tetangganya, Naya. Maka, ia dengan santainya membaca buku catatan itu sambil mengunyah keripik singkong dan menonton Kerik di televisi. Naya sedang mandi dan mata Karla terus menelusuri kata demi kata di buku itu.

The EscapistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang