Ketika Perempuan Itu Datang, Ketika Itu Aku Kan Menghilang {GB}

432 40 12
                                    

Tentang GB: gambar bercerita. Gambar/foto bercerita sebenarnya mainanku beberapa tahun lalu di blog yang sebagian pernah kupublish ulang di Abu-abu dan Juni untuk Juli. Karena sejak akhir tahun lalu aku nggak nulis---dan kusedih akan itu--- jadi kuberencana melemaskan dan belajar nulis lagi pakai GB. Ambil gambar acak di Pinterest lalu meracau kacau. Selamat membaca, semoga kulebih produktif menulis di sisa tahun ini ^^

======{}=====

======{}=====

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Oh, hush, my dear,it's been a difficult year (Imagine Dragons- Bad Liar)

Saya rasa, Dan Reynolds benar. Tahun ini adalah tahun yang sulit, sangat sulit, dan paling sulit selama saya bernapas di dunia ini. Saya sudah lupa berapa kali saya mengepalkan tangan, menyebut nama Tuhan, dan meminta Dia memanggil saya. Namun, saya mungkin tidak cukup menarik untuk segera diambil nyawanya. Konon, hanya orang-orang terpilihlah yang bisa mati muda.

Pada masa saya masih memakai rok abu-abu, saya pernah merasa sedih ketika teman dekat saya, Ola, meninggal dunia karena kecelakaan. Saya sedih, tidak hanya sebab Ola tiada, tetapi merasa sedih karena Ola harus membawa mimpi-mimpinya ke dalam liang kuburnya.

Ah, bedebah dengan mimpi-mimpi. Mimpi hanyalah mimpi, yang tidak semua orang bisa membangunkannya. Sekarang, ingin rasanya saya seperti Ola. Membawa mati mimpinya, segala keinginan yang memang belum pernah diusahakannya. Itu lebih baik daripada saya, tidak ada satu pun yang saya lakukan yang menghasilkan kabar bahagia. Saya dicipta untuk dihempaskan. Entah oleh orangtua, teman, sahabat, bahkan mungkin sang pencipta.

Saya hanyalah duri dalam daging, perumpamaan kalau-kalau keluarga saya adalah kesatuan daging ikan yang utuh. Saya hanyalah manusia kelas dua yang tidak perlulah diajak bersenda gurau bersama. Saya pun cuma remah-remah yang memang tidak bisa diambil keuntungannya. Tuhan mungkin sengaja mencipta saya untuk merasakan segala duka dan nestapa. Seperti sebagian orang yang diciptakan untuk terus tertawa-tawa. Saya sendiri tidak mengerti definisi keadilan secara jelas. Mungkin manusia buruk rupa, bodoh, dan tidak berguna macam saya ini, patutlah mendapat segala kemalangan dan dihempaskan. Sebagaimana orang yang jelita, pandai, dan berguna akan diterbangkan ke langit seperti bidadari.

Omong-omong, sekarang sudah pukul dua siang. Sudah lebih dari empat puluh menit saya menunggu orang itu. Saya pikir, ini adalah hal terbaik yang bisa lakukan untuk bisa lebih berguna. Pun, untuk menghentikan segala kesedihan yang mendera tiap harinya.

Orang-orang pastilah mengatai saya manusia lemah, kurang bertuhan, dan tidak mengamalkan Pancasila dengan baik. Sekarang, saya tidak begitu peduli dengan orang-orang.

Nah, itu dia. Perempuan dengan rambut warna merah muda yang saya tunggu sejak tadi.

"Sudah lama menunggu?"

"Lumayan."

"Kamu benar-benar sudah siap? Tidak akan menyesal?" tanyanya memastikan. Saya memejmkan mata, membayangkan kalau saya hilang pun, tidak akan ada yang mencari. Kabar saya mati pun mungkin tak seorang kecoa pun peduli.

"Saya siap," jawab saya mantap. Saya siap untuk mendonorkan semua organ yang saya miliki, yang bisa saya berikan pada orang lain di luar sana. Mungkin, dengan begini saya lebih berguna.

"Kalau begitu, ayo!" sahut perempuan itu. Saya berdiri, membenahi kemeja biru yang saya kenakan. Tahun ini memang tahun tersulit, sebab tidak akan ada lagi tahun-tahun setelahnya untuk saya.

23/11/2018

23.11.2018

The EscapistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang