Vinculum

6.4K 714 20
                                    

"Aku lebih suka mendengarmu berteriak dari pada menahan rasa sakit." Dendez tersenyum miring. "Jadi berteriaklah, karena aku tidak akan melakukannya dengan lembut."

Dendez merobek lengan jubahku dan mencengkram tanganku. Ia mulai menusukan paku itu dan menggoreskannya dengan sangat kasar. Aku memekik kesakitan dan itu membuat Dendez tersenyum puas. Sayatan demi sayatan dengan ukiran klasik meninggalkan cahaya emas dengan aura hijau di sepanjang tanganku. Kulihat tangan Dendez juga memiliki luka yang sama denganku. Kali ini Dendez memperbanyak goresannya hingga hampir memenuhi seluruh kulit di tanganku. Ia menancapkanya begitu dalam hingga aku ingin sekali berteriak.

"Dendez hentikan!" pekikku. "Cukup."

Dendez tersenyum dan menghentikan goresannya. "Ya. Ini sudah lebih dari cukup." Dendez menyentuh pipiku dengan ujung jarinya. "Mulai sekarang, kau terikat denganku. Dengan begini aku bisa mengawasimu dan mengetahui keberadaanmu tanpa perlu mencarimu karena aku tahu, tuan putri juga bersamamu, benar kan?"

Rasanya baru saja aku merasa lega karena Dendez berhenti menggores tanganku, tapi sebuah cahaya melesat menghantam tubuh Dendez. Dan secara tidak langsung cahaya itu juga menghantam tubuhku dan aku merasakan nyeri di dadaku hingga tembus ke punggung. Lagi-lagi aku harus memekik kesakitan dan menahan luka.

"Sudah kuduga, kau yang membawanya."

Aku melirik ke arah sumber cahaya yang melesat dan di sana sudah berdiri sosok jangkung yang amat kukenal dan kurindukan. "Felix," lirihku

"Apa maksudmu? Aku baru saja membawanya dari depan gerbang dan kau sudah menuduhku." Dendez terbangun sambil memegangi dadanya yang tampak ngilu. "Akhirnya kau datang juga Alex."

Felix menatapku tak percaya. "Jadi kau melarikan diri dariku?" Felix kembali menatap Dendez. "Aku datang kemari untuk menyelesaikan masalah kita yang dulu tertunda."

Dendez menyeringai. "Bisa apa kau? Kekuatanmu bukanlah apa-apa sekarang."

"Aku tidak perduli seberapa kuat kemampuanmu. Tapi kali ini aku akan benar-benar ingin melawanmu."

Dendez tertawa sambil membentangkan tangannya. "Begitu? Baiklah, lakukan sesukamu."

Felix melesat dengan tubuh sudah di selimuti aura biru cerah khasnya. Ia mencoba untuk menghantam Dendez namun berhasil di tangkis. Aku bisa melihat ekspresi amarahnya sementara Dendez masih bertahan dengan seringainya.

"Kau tidak akan bisa mengalahkanku Alex."

Sebuah cahaya putih melesat dan menghantam Felix hingga ia memekik. Ia terlempar menembus dinding ruangan yang runtuh.

"Fel—" Tunggu, aku tidak boleh memanggilnya Felix di saat seperti ini. Jika Dendez mengetahui sesuatu tentangku dan Felix pasti segala permasalahannya akan menjadi runyam.

"Enyahlah kau Alex." Dendez melesat cepat dengan Ulqi putih yang sudah berada di tangannya.

Aku tak bisa diam begitu saja. Aku berusaha sekuat tenaga untuk bergerak namun usahaku sia-sia, Ulqi pengikatnya terlalu kuat. Namun aku menyadari sesuatu di sakuku. Aku sadar bahwa aku tidak sendirian di tempat ini.

"Karin Gray kau dengar aku?" bisikku.

Peri Flos di saku jubahku mulai bergerak dan merangkak keluar hanya sebatas kepala. "Karin kau baik-baik saja?" balasnya berbisik.

"Aku tidak bisa bergerak. Bisa kah kau serang tubuhku sekarang juga?"

"Apa?"

"Cepat lakukan sekarang! Setelah itu kau jangan bergerak dan tetap di saku jubahku."

"Baiklah."

Peri Flos menghantam pinggangku. Meskipun hantamannya kecil tapi cukup efektif membuat tulangku ngilu, begitupun dengan Dendez yang mengerang dan membuat serangannya terhadap Felix gagal.

Loizh III : ReinkarnasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang