Aura Hitam

7.1K 731 19
                                    

Aku berdiri di pinggir dermaga yang hanya di terangi cahaya berwarna hijau kekuningan sambil menatap airnya dengan hampa. Begitu dingin dan gelap hingga aku tidak melihat bagian dasar air ini. Tatapanku beralih keatas, menerawang sambil membayangkan semua masalah yang berkelebat dalam pikiranku. Kulihat tanaman sulur di atas sana meneteskan air, tetesanya jatuh kedalam air gelap di bawahnya.

Sayup-sayup kudengar suara yang memanggilku dan aku mengedarkan pandangan ke sekelilingku. Tidak ada siapa-siapa. Kulihat Felix dan Tuan Za' masih di dalam sana sambil minum. Mereka semakin akrab layaknya teman, tapi sangat di sayangkan jika Tuan Za' hilang ingatan tentang Alex. Jika saja ia bisa mengingatnya, mungkin mereka jauh lebih akrab dari ini.

"Ririn Allyson."

Aku kembali menoleh kedalam air lalu mengedarkan pandangan. Aku yakin sekali ada yang memanggilku. Aku membuka saku jubahku sedikit dan kulihat peri Floss tampak diam tak bergerak. Aku sempat berpikir bahwa yang memangglku adalah peri Floss tapi—peri Floss tidak mengenalku sebagai Ririn. Lalu siapa?

"Ririn Allyson."

Panggilan itu terdengar lagi dan menyerupai bisikan yang menggema. Aku semakin memekakan telingaku agar aku tahu sumbernya. Suaranya begitu lembut dan aku tidak mengenalinya terlebih lagi ini juga bukan suara Axcel. Yang memanggilku Ririn di sini hanya—Axcel dan Felix. Tapi siapa yang memanggilku dengan nama itu?

"Ririn Allyson."

Panggilan itu semakin jelas dengan suara menyerupai suara gadis.

"Siapa?" tanyaku.

"Kau tidak mengenali suaraku Ririn?"

Mataku melebar dan nafasku tercekat saat aku menyadari sahutannya dengan jelas. "Adelia."

"Ikutlah denganku. Aku ingin kau datang padaku."

Aku menatap air di hadapanku. Air yang tadinya tenang kini mulai beriak perlahan dan bergelombang. Sebuah kepala muncul dari dalam air dan membuatku mundur beberapa langkah. Adelia tersenyum dengan bola mata yang hitam legam menatapku. Sebuah aura hitam pekat mulai bermuculan dari dalam air, mengelilingku dan menyeret tubuhku masuk kedalam air.

Aku berusaha berenang kepermukaan air namun sesuatu melilit di pinggang dan kakiku. Tubuhku semakin terseret kedasar air yang semakin gelap. Kurasakan sebuah tangan dengan kuku yang tajam memegangi leherku agar kepalaku tetap mendongak keatas dan menatap wajah Adelia yang tampak mengerikan dengan mata hitamnya. Ia menyeringai sambil membelai pipiku dengan jemarinya yang runcing. Mulutnya terbuka dan ia mulai menyerap energiku perlahan.

Peri Floss di saku jubahku mulai bergerak dan melayang di air. Sayap birunya mulai bercahaya di dalam air yang gelap dan ia menghantam Adelia. Sesuatu di pinggangku mulai mengendur dan aku merasa tubuhku melemas.

Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi aku merasakan tubuhku terombang-ambing oleh air yang bergelombang karena pertarungan. Aku membuka mataku dan melihat cahaya peri Floss yang berkilat-kilat di dalam air. Dia sedang melawan Adelia.

Aku mengeluarkan Ulqiku dan melayangkan seranganku dalam tubuh yang sedikit lemas. Air di sekitarku mulai berdesir dan Adelia menatapku sengit. Sebuah aura hitam menguar dari tubuhnya hingga aku tidak bisa melihat cahaya peri Floss di sekitarku. Aku masih terus berusaha melepaskan sesuatu yang mengikat kakiku namun yang lainnya mulai bermunculan dan mengikat kedua tanganku dengan posisi terbentang lalu aku merasakan sesuatu membelit di leherku seperti tali dengan erat.

Kulihat cahaya peri Floss mulai terlihat lagi namun samar-samar, aku tahu ia sedang berusaha untuk mendekatiku namun Adelia bergerak dengan cepat dan mencengkram tubuhnya. Peri Floss berusaha untuk membebaskan diri dan kemudian aku tidak bisa melihatnya lagi. Tubuhku bergeliat sambil berharap tali-tali yang mengikatku akan terlepas tapi usahaku sia-sia. Aku hanya menatap kegelapan di tengah air yang mulai tenang.

Loizh III : ReinkarnasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang