Felix menghentikan larinya saat ia melihat beberapa pasukan sudah berbaris di luar dinding kota Harazh, akupun melihatnya. Mereka mengangkat telapak tangan mereka dengan Ulqi yang sudah berpendar di atasnya. Bukan hanya itu, gerbang Harazh juga di tutup rapat dengan pintu rangkap yang jauh lebih keras dari biasanya. Aku melesat ke udara untuk memastikan bahwa keadaan di dalam kota baik-baik saja.
Sesampainya di atas, aku melihat sebuah cahaya berwarna hijau tosca menyelimuti seluruh langit kota layaknya kubah seolah-olah ini adalah simbol pertahanan kota Harazh bahkan aku sendiri tidak bisa menembusnya, namun aku masih bisa meihat situasi di dalam kota yang tampak tenang di balik kubah transparan ini.
Aku menyentuh kubah yang terasa begitu keras dan kokoh di tanganku. Dan sebuah gambaran berkelebat dalam kepalaku layaknya serangga yang bercahaya. Salah satu kelebatan itu mulai melebar dan menarikku untuk memasukinya dan kini aku sudah berdiri di sebuah ruangan besar seperti singgasana.
Aku melihat Axcel duduk di kursinya lalu seseorang datang berlutut dan memberikan informasi bahwa pasukan pengintai Harazh melihat Dendez membawa banyak pasukan dan sedang menuju kemari. Kulihat Axcel tampak panik seketika namun ia berhasil menutupinya dan tetap tenang, lalu ia memerintahkan untuk menutup semua gerbang Harazh dan mengaktifkan kubah kota untuk menghindari serangan.
Aku tahu apa yang di pikiran Axcel, ia mengira bahwa kedatangan Dendez adalah untuk memburunya karena itu, ia langsung memberi komando untuk menyiapkan pasukan berperang di luar dinding dan menyiapkan pasukan penjaga di dalam dinding sementara semua penduduk di larang untuk keluar rumah.
Semakin lama, keadaan di sekitarku mulai berubah dan terasa kabur lalu tubuhku mengerjap dan aku kembali tersadar bahwa aku berada di atas kubah. Aku segera melesat dan hinggap di bahu Felix yang tampak bingung.
"Apa yang terjadi?" tanyanya.
"Entahlah," jawabku. "Kurasa mereka mengetahui kedatangan Dendez dari Zarakh dan petinggi Harazh mengira bahawa Zarakh telah menyerang, karena itu beberapa pasukan sudah di persiapkan untuk menghalau mereka masuk ke kota Harazh."
Felix mendesah gemas. "Dendez memang bodoh. Dia membawa pasukan bersenjata begitu banyak, wajar jika penguasa Harazh mengira bahwa itu suatu penyerangan. Dan sekarang akupun juga tidak bisa masuk karena identitasku juga dari Zarakh. Kemungkinan mereka akn menangkapku dan menganggapku sebagai mata-mata."
Mendengar ucapan Felix membuatku menemukan ide agar kami bisa memasuki kota.
"Felix, kau mau bekerjasama denganku kan?"
Felix terdiam dan menatapku. "Apa rencanamu?"
"Serahkan dirimu pada mereka."
"Apa?" Felix menyipitkan matanya sambil menatapku tak percaya.
"Kau bilang jika mereka melihatmu dan mengetahui identitasmu dari Zarakh kemungkinan besar mereka akan menangkapmu dan menganggapmu sebagai mata-mata bukan? Ini kesempatan kita untuk masuk," paparku. "Biarkan mereka menyeretmu, dengan begitu kau akan bertemu dengan Ratu Harazh."
"Ratu?" Felix mengangkat sebelah alisnya. "Maksudmu—penguasa Harazh seorang wanita?"
"Kau akan terkejut saat kau melihatnya. Karena itu, kau harus bertemu dengannya dan menjelaskan semua yang telah kujelaskan padamu selama perjalanan." Aku mengepakkan sayapku dengan risau. "Kau tahu ini masalah yang genting bukan? Aku ingin kau menjelaskan semuanya pada Ratu dan tetap peringatkan dia untuk berhati-hati."
Awalnya Felix menatapku ragu, namun ia melakukannya juga. Felix memintaku untuk bersembunyi di balik jubahnya hingga aku bisa mencium aroma tubuhnya seperti kayu basah yang segar. Aku bisa merasakan Felix melesat namun dengan gerak gerik mengendap-endap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Loizh III : Reinkarnasi
FantasySangat disarankan untuk membaca book 1 ( Loizh ) & book 2 ( Loizh II : Arey ) agar tidak menimbulkan kebingungan dalam seri ini.. ^_^ Ririn Allyson, selama hidupnya selalu dihantui bayangan seorang gadis yang sangat mirip dengannya. Ketika ia menco...