Cemburu

7K 717 32
                                    

Aku duduk menekuk lutut di dalam ruangan yang di penuhi sulur-sulur tanaman yang tampak hitam di telan kegelapan. Lantainya di penuhi daun-daun kering yang bergemerisik setiap kali aku bergerak. Hanya sebuah jendela berukuran sedang yang membuat cahaya temaram dari luar sana masuk hingga kegelapannya sedikit memudar. Aku menatap langit melalui jendela itu sambil menikmati indahnya cahaya temaram layaknya purnama yang tertutup awan setipis kapas. Langit Loizh memang selalu temaram meskipun terasa hampa tanpa adanya bulan dan bintang, tapi setidaknya tidak seperti langit Bumi yang gelap gulita jika bulan dan bintang tidak tampak. Kurasa inilah kelebihan dari Loizh dan aku baru menyadarinya.

Sampai sekarang aku masih tidak tahu apa yang harus kulakukan saat ini. Ulqiku di segel, tanpa adanya peri Floss di sampingku aku merasa sepi dan kehilangan arah, dan aku risau di buatnya. Aku menghela nafas dan udara langsung menyebar di dalam tubuhku dan ketenangan mengalir bersamanya.

"Hey tahanan!"

Aku menoleh ke arah pintu besi dan melihat sosok pria tua bertubuh bungkuk memakai jubah hitam sambil menjinjing lampu kaca yang di dalamnya terdapat bola berwarna hijau tua.

"Yang mulia ratu memintaku agar kau ganti pakaian, jadi aku membawakan ini untukmu."

Aku berdiri untuk mendekati pintu besi yang berjeruji dan meraih seonggok pakaian yang di sodorkannya. "Terimakasih."

Pria tua itu hanya menggaguk dan perlahan pergi. Aku kembali ke tempatku duduk tadi sambil menimang pakaian di tanganku dan mengamatinya di bawah remang cahaya. Sebuah gaun hitam sederhana yang tampak anggun sudah terpampang di hadapanku. Berhubung Ulqiku di segel berarti aku harus memakainya dengan cara manual.

Aku mundur ke sudut ruangan yang gelap dan mulai menanggalkan pakaian lamaku yang menjadi daun kering begitu aku melepaskannya dan berganti pakaian yang baru. Aku bersyukur karena gaunnya sangat pas di tubuhku di tambah lagi model kerah gaunnya menutupi separuh leherku jadi aku bisa menutupi goresan Vinculum yang terukir di sana. Aku kembali berdiri di bawah cahaya dan mengamati gaun yang kupakai dan aku baru tersadar, bahwa gaun ini di lengkapi tudung kepala.

"Ririn."

Aku terdiam sejenak dan memekakan telinga lalu aku mengedarkan pandangan dengan bingung.

"Ririn kau dengar aku?"

Itu seperti suara Felix. Aku menatap langit-langit ruangan yang gelap dan mencari sumber suara. Apa ada yang sengaja menjebakku? Atau—mimpi buruk itu datang lagi?

Aku masih mengedarkan pandangan dengan panik. "Siapa kau?!"

"Ririn kau dengar aku? Ini aku Felix. Jangan katakan kau lupa cara melakukan Telepati."

Telepati? Aku termangu sejenak. Ya, aku memang lupa bagaimana cara melakukan Telepati. Aku kembali terduduk di bawah cahaya dan masih terdiam. Aku memejamkan mataku perlahan dan suara Felix terdengar jernih dan jelas.

"Felix," panggilku mencoba.

"Kau baik-baik saja? Lama sekali kau menjawab panggilanku!"

" Aku baik-baik saja Felix. Hmm—maaf. Sepertinya aku memang lupa cara melakukan Telepati, tapi sekarang aku sudah mulai ingat meskipun masih perlahan."

"Kau tahu? Aku sangat khawatir sekali. Dari kemarin aku berusaha menghubungimu tapi kau tidak mendengar panggilanku sama sekali," ucapnya dengan nada cemas. "Katakanlah apa yang terjadi di sana? Kau sungguh baik-baik saja?"

"Aku baik baik saja tapi—aku di di jadikan tahanan di sini. Ada masalah yang sedang terjadi saat ini, Adelia menyadari bahwa aku mirip Manusia dan aku bertemu dengan Ratu para Qlue. Mereka berpikir bahwa aku adalah keturunan campuran dan sekarang dia sedang menyelidiki asal usulku. Aku tidak tahu apa yang mereka rencanakan jadi—kau dan Una yang lainnya kumohon berhati-hatilah," ucapku menjelaskan.

Loizh III : ReinkarnasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang