"Kau berhak marah padaku atas apa yang terjadi padamu—Alex."
Alex, entah kenapa aku merindukan panggilan itu. Sebuah nama di mana kesedihan melekat kuat dalam masa-masa indah yang pernah terjalin begitu kelamnya ketika batas-batas menghalangi kami layaknya dinding yang tinggi dan kokoh.
"Aku tidak bisa." Felix membalas tatapanku. "Mana mungkin aku marah padamu hanya karena sesuatu yang telah terjadi di antara kita. Kau memanggilku Alex, apa kau merindukan sosokku di masa lalu?"
"Felix—"
"Apa—saat ini aku tampak berbeda dengan aku yang dulu? Meskipun begitu, perasaanku padamu tidaklah berubah. Aku bersyukur bisa bertemu lagi denganmu dalam kondisi yang sama tanpa ada lagi batasan-batasan yang menghalangi kita."
Kesedihan mulai bergelayut ketika aku kembali mengingat adegan yang kulihat di masa depan. Kami kembali berpisah dengan membawa cinta dan kesedihan yang sama. Jika itu terjadi, maka tidak akan ada akhir yang berbeda dari yang dulu selain berakhir dengan tangisan. Lalu—kemana lagi aku akan menemukanmu saat kau kembali terenggut dariku?
"Felix," Aku menangis dalam diam. "Aku—ingin segera kembali ke Bumi bersamamu."
"Kita pasti akan pulang bersama."
Felix tersenyum dan hatiku luluh seketika, berharap ini bukan senyumnya yang terakhir atau aku akan kehilangan dirinya lagi.
"Jangan! Jangan pergi lagi dariku—Alex," jeritku dalam hati.
"Hey! Kenapa kau menangis?" Felix mengusap pipiku dengan ujung jarinya "Wajahmu terlalu mungil untuk manjatuhkan setetes air mata."
"Berjanjilah kau akan kembali bersamaku."
Felix mengangguk. "Aku berjanji."
"Sudah kuduga kau ada di sini Alex!"
Sontak aku dan Felix menoleh.
"Syaira?" Felix ternganga begitupun denganku.
Gadis dengan aura hitamnya kini menatap kami dengan seringai kejamnya walaupun aku tahu, tatapan itu adalah tatapan kerinduan sekaligus keputus asaan yang mungkin bersarang di benaknya. Syaira, gadis yang mencintai Alex selain diriku dan Alex lebih memilih menderita untukku dari pada bersanding dengannya. Dia sebenarnya gadis cantik yang baik sebelum jiwanya terluka karena perasaanya. Sampai sekarang aku tidak tahu kenapa ia bisa menjadi Qlue, bahkan menjadi Ratu mereka.
"Lama tidak bertemu, Alex Sayang."
Felix menatap Syaira tajam tanpa bergerak sedikitpun sementara Syaira mendekat perlahan dengan mempertahankan seringainya.
"Syaira, bagaimana bisa kau menjadi—Qlue?"
"Apa kau sekarang merasa kasihan setelah melihatku Alex? Aku sangat bahagia sekali menjadi sosok yang paling di takuti karena aku bisa berbuat apapun termasuk padamu."
Alex masih mematung begitupun denganku. Aku berusaha membaca gerak geriknya agar aku bisa bersiaga saat ia menyerang secara mendadak.
"Oh, ya aku ingat satu hal. Aku—telah bertemu dengan gadismu itu." Syaira menghentikan langkahnya saat ia sudah di tepi bathube. "Namanya Karin bukan? Ternyata dia gadis yang sangat menarik pantas saja kau begitu menginginkannya."
Felix masih terdiam di tempatnya tanpa mengeluarkan sepatah katapun dan itu sedikit membuatku terusik.
"Tapi—sepertinya tidak lama lagi gadis itu akan lenyap di hutan Strix. Aku melihatnya masuk kesana dan sampai sekarang dia masih di sana." Syaira menyeringai lagi. "Gadis yang malang, aku sangat kasihan padamu Alex."
KAMU SEDANG MEMBACA
Loizh III : Reinkarnasi
FantasySangat disarankan untuk membaca book 1 ( Loizh ) & book 2 ( Loizh II : Arey ) agar tidak menimbulkan kebingungan dalam seri ini.. ^_^ Ririn Allyson, selama hidupnya selalu dihantui bayangan seorang gadis yang sangat mirip dengannya. Ketika ia menco...