“Sekeras apapun usahamu untuk merebutnya dariku, aku akan lebih keras lagi untuk mempertahankannya di sisiku.” Felix menatapku lekat. “Dia ... milikku.”
Kenzie menyeringai. “Kau tidak berhak mengatakan hal itu. Memangnya kau siapa?”
“Aku tunangannya dan sebentar lagi kami akan menikah. Apa kau puas dengan jawabanku?”
Awalnya Kenzie terkekeh, tapi semakin lama ia menjadi terbahak-bahak. “Kau bilang apa? Menikah? Aku tidak salah dengar?”
“Terserah bagaimana pendapatmu, tapi itu lah kenyataannya.”
Tawa Kenzie mereda dan ia kembali menyeringai. “Baguslah kalau begitu. Dengan begitu, aku jadi punya alasan untuk melenyapkanmu.”
Kenzie sudah melesat ke arah Felix secepat kilat. Tanah di sekitarku bergetar seolah-olah akan amblas oleh kekuatan mereka. Felix yang belum siaga terlempar jauh hingga puluhan meter. Tak sampai di situ, Kenzie terus menyerang Felix bertubi-tubi, sama seperti saat ia menyerangku pertama kali. Kenzie bahkan tidak memberi kesempatan pada lawan bertarungnya untuk menggunakan Ulqi-nya. Kurasa itu memang gaya bertarungnya.
Kulihat Felix terlempar berkali-kali bahkan terpekik setiap kali tubuhnya membentur pepohonan. Kalau Kenzie terus menyerang seperti itu, kemungkinan besar Felix akan terluka parah sebelum menggunakan kekuatannya.
Aku berusaha mengumpulkan energi untuk melepas Ulqi pengikat yang mengekang tubuh. Informasi yang kudapat, Ulqi Manusia seharusnya lebih kuat. Apa pun yang mengekangku, seharusnya bisa kulepas dengan mudah—atau aku yang belum bisa menguasainya dengan baik?
Aku memejamkan mata dan membiarkan energiku mengalir keluar. Udara di sekitarku mulai berembus lembut dan perlahan semakin kuat seiring derasnya energiku. Aku membuka mata sedikit dan benar saja, aura ungu kehijauan mulai pudar perlahan. Sementara dentuman demi dentuman yang menggema di sekitarku semakin padat dan menguat.
Kulihat Felix belum mengeluarkan kekuatannya sama sekali. Aku tidak tahu apa yang sedang ia pikirkan, ia belum membalas serangan Kenzie. Aku menjadi khawatir, apa Felix belum tahu cara menggunakan Ulqi?
“Kenapa kau hanya diam saja? Apa kau kebingungan melihatku sekuat ini sampai kau tidak bisa berpikir jernih dalam mengambil kesempatan untuk menyerangku?” Kenzie tersenyum sinis.
“Tidak juga.” Felix tersenyum tipis. “Aku hanya ingin membaca gerakanmu, itu saja. Entah kau sadar atau tidak, kau lebih suka menyerang lawan dengan bertubi-tubi dan spontan seperti itu. Itu membuktikan kau memiliki kepribadian yang jujur, Kenzie. Tapi—“ Felix mengangkat tangannya ke atas dan cahaya biru muda mulai terbentuk di telapak tangannya. “Sifat jujurmu yang menaruh hati pada orang kucintai membuatku benar-benar kesal dan ingin mengamuk.”
Bola cahaya melesat ke arah Kenzie yang terbelalak. Ia melompat untuk menghindari serangan Felix, tapi terlambat. Bola cahaya itu menyerempet bahunya dan mengakibatkan dentuman keras. Kenzie ambruk seketika dengan menopang tubuhnya dengan lutut. Ia meremas bahunya yang mengeluarkan asap berwarna toska. Aku bisa melihat rasa sakit dan marah yang tersirat di matanya.
“Apa ini berarti kau mau bertarung serius?”
Felix hanya menyipitkan mata pertanda mengiyakan, sementara Kenzie tersenyum miring. Aku bisa merasakan ada aura kebencian di antara mereka dan lagi-lagi semua itu karena diriku. Segala kekacauan yang terjadi hingga sekarang bermula dari diriku dan sekarang, aku benar-benar diselimuti oleh rasa bersalah.Suara dentuman kembali menggema dan menggetarkan tanah. Mereka kembali saling menyerang dengan sengit. Aku sedikit kesal karena Ulqi Kenzie yang menyelimuti tubuhku begitu pekat dan butuh waktu lama untuk membebaskan diri. Aku jadi cemas, bagaimana jika pasukan Dendez mengetahui ada yang bertarung di sini? Bukankah ini akan menarik perhatian Dendez?
KAMU SEDANG MEMBACA
Loizh III : Reinkarnasi
FantasySangat disarankan untuk membaca book 1 ( Loizh ) & book 2 ( Loizh II : Arey ) agar tidak menimbulkan kebingungan dalam seri ini.. ^_^ Ririn Allyson, selama hidupnya selalu dihantui bayangan seorang gadis yang sangat mirip dengannya. Ketika ia menco...