[13]

101 5 6
                                    

Author's POV

Bel pulang sekolah sudah berbunyi, tanda bagi seluruh siswa untuk meninggalkan sekolah.

Saat selesai merapikan barang-barangnya, Myesha merasakan getaran pada ponselnya. Ia pun membuka notifikasi dari ponsel tersebut.

Papa

Myesha hari ini pulang bareng Justin lagi yah?  Papa lagi ada klien.

Myesha hanya pasrah membaca pesan dari ayahnya, akhir-akhir ini ayahnya memang sangat sibuk.

"Justin" panggil Myesha.
"kenapa Myesha?" jawab Justin
"lo ada kegiatan gak abis ini?" tanya Myesha lagi
"nggak ada sih, kenapa emangnya?"
"Papa nggak bisa jemput, anterin pulang dong. Yahh?" ucap Myesha sembari menampakkan puppy eyesnya.
"Iyee, selo ae dah" ucap Justin

Justin tidak pernah bisa menolak permintaan Myesha apabila ia sudah menampakkan puppy eyes nya yang sangat lucu itu. Saking lucunya, Justin seperti ingin memakannya. *hmmm Justin bukan kanibal kok

Justin dan Myesha pun berjalan beriringan menuju parkiran. Saat berada di koridor, Justin tiba-tiba mendapat pesan dari ayahnya yang menyuruhnya segera ke ruang kepala sekolah.

Justin yang telah memberi tahu Myesha pun segera melenggang pergi menuju ruang kepala sekolah.

Myesha yang tengah berduduk santai di salah satu bangku panjang yang berada didekat parkiran, memasang memasang earphone miliknya dan menyetel lagu dengan volume kecil.

Saat tengah bersantai, tiba-tiba terdengar teriakan seseorang.
"MYESHAA AWAS!" teriak orang tersebut. Myesha yang merasa terpanggil pun menoleh keatas dan tiba tiba pandangannya sudah menjadi gelap gulita.

'Itu akibatnya lo deketin milik gue' batin seseorang

--------------

Justin's POV

Setelah meninggalkan ruang kepala sekolah, tengah melihat Myesha sedang duduk bersantai disalah satu bangku didekat parkiran.

Segera kukeluarkan ponsel yang berada di kantung bajuku, lalu membuka aplikasi kamera.

Saat kuarahkan ke arah Myesha, tiba-tiba aku melihat sesuatu jatuh dari atas.

"MYESHAA AWAS!" Teriakku. Namun, tak sempat Myesha menghindar, sebuah pot sudah terlebih dahulu menghujam kepalanya.

Akupun berlari seperti orang kesetanan menuju Myesha. Saat sampai ke Tempatny, sontak saja ku angkat tubuhnya yang terbaring lemas dan langsung saja kubawa dia menuju ke rumah sakit.

----------
Author's POV
Pintu terbuka menampakkan seorang berjas putih dengan stetoskop yang setia bergantung di lehernya.

"Bagaimana keadaan teman saya dok?" tanya Justin.
"Lukanya tidak parah, bersyukur tidak mengenai bagian otaknya. Lukanya akan sembuh dalam beberapa hari" ucap dokter tersebut lalu beranjak pergi.

Justin pun memasuki ruang rawat Myesha. Ia mendudukkan dirinya disamping Myesha yang kepalanya sudah diperban.

"Myesha, bangun elah. Gak capek lo tidur mulu?" ucapnya sendu. Ia pun mengambil tangan Myesha dan menggenggamnya lembut. Berharap Myesha akan segera terbangun. Tak lama kemudian, ia pun ikut tertidur.

------

Saat tertidur, Justin merasakan pergerakan di tangannya. Ia pun membuka matanya dan bernafas lega melihat Myesha kini sudah tersenyum kearahnya.

"Udah bangun?" tanya Myesha
"Harusnya gue yang nanya gitu" cibir Justin.
"Gimana keadaan lo? Udah nggak apa apa?" lanjutnya
"iya, udah baikan. Cuma masih agak pusing. Ini udah boleh pulang kata dokter" jawabnya
"Boleh, tapi dengan syarat kamy harus digendong" ujar Justin
"Ih, apaan sih? Aku kan udah gede Justin"
Timpalnya
"ga gendong, ga pulang" ancam Justin
"yaudah deh" jawab Myesha pasrah.

Justin pun mengangkat Myesha ala bridal style. Yang membuat beberapa pengunjung rumah sakit menatap kearah mereka.

Myesha yang wajahnya sudah semerah kepiting rebus hanya menutup matanya seolah-olah sedang tertidur.

-------

Sesampai dirumah Myesha, Justin pun ikut turun dari mobil mengikuti Myesha. Ia sudah memberitahu orang tua Myesha tentang kejadian tadi dan berniat untuk meminta maaf.

Myesha pun mengetuk pintu rumahnya.
Mendengar suara ketukan,  Diana pun beranjak untuk membukakan pintu rumah.

Dan disana sudah ada dua orang remaja yang salah satunya merupakan anaknya.
"yaampun Myesha, kamu nggak apa-apa sayang?" tanya Diana

"Myesha nggak apa-apa kok mah." jawab Myesha.
"eh? Nak Justin, silahkan masuk." ujarnya
Justin pun menuruti kata mama Myesha dan berjalan menuju ruang tamu.

Diana yang datang dari arah dapur membawa dua gelas minuman dan menyodorkan salah satunya untuk Justin.

"Saya minta maaf tante" ucap Justin toba-tiba.
"eh? Kenapa minta maaf? Memangnya kamu salah apa?" heran Mama Myesha
"gara-gara saya tidak menjaga Myesha dengan baik, dia jadi seperti ini. Seandainya saja saya tadi tidak keruang kepala sekolah pasti tidak akan begini" ucapnya menyalahkan dirinya sendiri

Diana tersenyum kearah Justin.
"Tidak apa-apa, bukan salahmu kok. Justru saya senang kamu sudah mau menjaga anak saya. Mungkin ini semua sudah takdirnya." ucapnya

"terima kasih tante. Lain kali saya tidak akan membiarkan hal seperti ini terjadi lagi. Saya akan menjaga Myesha sepenuh hati saya." jawab Justin

Semburat merah dengan tidak tau malunya muncul di kedua pipi Myesha. Mendengar perkataan Justin, dia sangat malu.

Diana hanya tersenyum melihat tingkah dua remaja didepannya ini.

--------

Sepulang Justin dari rumahnya, Myesha tak henti-hentinya menampakkan senyumnya. Perutnya seakan terpenuhi oleh kupu-kupu yang beterbangan. Mngingat perkataan Justin tadi.

Bahkan sampai sesaat sebelum ia msnuju ke alam mimpi, ia tak henti hentinya tersenyum.

----------

Author's Note

Hai readers tercinta 😊

Readers : kemane aje Thor? Dah puas lu nengantungin gue?

Sabar, orang sabar disayang Allah loh. *digampar reader

Jadi gini, hmm gimana yah nyeritainnya?
Akhir-akhir ini, ide author sedang berjalan-jalan dan saat jalan pulan tersangkut dipohon. *nutup muka

Belum lagi, laptop author belum diperbaiki, dan kegiatan author yang kayaknya semakin lama semakin bertambah.

Reader : huuu sok sibuk lu Thor.

Udah panjang banget notenya, jadi udah dulu yah 😊
*bilang aja pengen kabur

Keep vote and coment, Guys 😘

My First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang