[15]

27 3 1
                                    

Author POV  


Justin mengernyit heran karena sesampainya ia di ruang musik, tidak ada seorang pun yang ada disana. Tanpa curiga pun dia berlalu untuk menuju ke kantin. Tapi saat akan menuju kekantin, samar-samar dia mendengar teriakan seorang wanita. Jadi dia mengikuti asal suara tersebut yang ternyata di belakang sekolah.

Sebenarnya dia tidak begitu peduli, tapi mendengar teriakan suara yang dikenalnya membuatnya bersembunyi dibalik tembok.

"Mau apa lo? Gak cukup apa lo buat gue menderita dulu? Lalu sekarang lo mau buat anak-anak bully gue lagi? HAH? JAWAB GUE" Ucap Perempuan itu.

'Myesha?' Batin Justin

---

Justin POV

Mendengar teriakan Myesha membuatku menjadi semakin bingung. Menderita? Bully? Siapa pria itu? apakah dia yang menyebabkan Myesha dibully dulu? Aduh, aku gak bisa liat mukanya. Sial.

"Santai aja kali. Negatif amat fikiran lo" Kudengar pria itu menjawab dengan remeh.

"Gak penting tau gak? Kalau gak ada hal penting yang perlu dibahas, gausah muncul lagi dihidup gue. Karena sejak kejadian itu lo udah buat gue BENCI BANGET sama lo."

Myesha sepertinya marah banget sama pria ini.

Kudengar suara langkah cepat, dengan cepat aku pergi meninggalkan belakang sekolah dan berlalu menuju kelas sebelum Myesha sampai di kelas. Gak lama kemudian, Myesha datang dengan wajah yang benar-benar ditekuk.

"Sha, itu muka santai aja kali." Ucapku mencairkan suasana, sekalian berpura-pura tidak tahu kejadian tadi.

"Diem" dan aku Cuma bisa bungkam.

---

Author POV

Sejak jam istrahat tadi Myesha dan Justin hanya diam-diaman. Tidak ada yang berniat membuka suara satupun. Myesha yang sibuk bergelut dengan fikirannya, begitupun Justin. Myesha yang sibuk memikirkan tujuan pria tadi, sedangkan Justin yang sibuk mempertanyakan pria tadi.

"Sha, ayo pulang. Kalo mau diem-dieman terus disekolah, sampai nginep disinipun masalahnya gak bakal selesai. Kalau lo ada masalah, lo bisa cerita sama gue. Gue gak akan bocorin juga, lagian kita kan temen." Ucap Justin akhirnya mengawali percakapan.

"Maafin gue Justin, tapi kali ini sangat privasi" Ucap Myesha pelan.

"Yaudah, gapapa. Ayo pulang" Ajak Justin. Dan dijawab anggukan oleh Myesha.

Mereka berdua pun pulang dengan keadaan canggung.

'gue gak bakalan tinggal diem liat lo sama dia terus, tunggu tanggal mainnya' batin seseorang yang tengah tersenyum remeh menatap kepergian dua insan tersebut.

---

Sesampainya dirumah Myesha, Justin langsung pamit pulang kerumahnya. Sebenarnya ia masih sangat penasaran dengan peristiwa tadi. Tapi melihat keadaan Myesha yang seperti itu sangat tidak memungkinkan baginya untuk bertanya tentang masa lalunya.

Sesampainya dirumah ia disambut oleh Rosa, ibunya.

"Duh, anak ganteng mamah udah pulang. Mandi dulu sayang, mama udah siapin air hangat. Btw kamu dari mana?" Ucap Rosa hangat.

"Iya mah, aku abis nganterin Myesha." Ucap Justin sambil melirik kearah mamanya yang terlihat sedikit terkejut.

'sudah sedekat itukah mereka?' batin Ibu Justin sambil terkekeh pelan.

"Kenapa ma?" Tanya Justin heran melihat mamanya yang tertawa pelan itu.

"Gapapa, sana mandi dulu. Setelah itu ke ruang makan."

"Siap ma" Ucap Justin lalu berlalu menuju kamarnya.

Sesampainya dikamar ia langsung beranjak untuk mandi, dan mengganti pakaiannya dengan pakaian rumah. Ia pun mendudukkan dirinya di atas ranjang king size miliknya, lalu mengotak atik ponselnya mencari kontak seseorang.

'line'

Adeeva Myesha : Justin maafin gue.... (2)

Jones Kurbel : Weh, gue tadi ngeliat..... (23)

Dia membuka chat room dengan Myesha terlebih dahulu.

Adeeva Myesha : Justin thanks udah nganterin gue pulang lagi

Adeeva Myesha : Justin maafin gue udah ngerepotin lo. Dan juga masalah tadi gue belum bisa berbagi sama lo.

Justin hanya tersenyum dan segera mengetikkan balasannya.

Adyatama Justin : Santai aja kali, Sha. Lagian juga lo bisa berbagi sama gue nanti.

Setelah itu dia membuka chatroom dengan sahabatnya. Awalnya ia hanya men-scroll karena sama sekali tidak penting. Tapi pesan terakhir cukup untuk membuatnya mengepalkan tangannya marah, dan menahan emosinya.

Arvin Ardan : Weh, gue tadi ngeliat 'dia'. Dia kembali. Justin mana lo woy. Belom lagi yang satu dikelarin, yang satunya dah muncul lagi.

Adinata Aleci : 'Dia' yang itu maksud lo Vin?

Dimas Aditya : What? Yang bener lo Vin? Ga salah lihat kan?

Adyatama Justin : Lo liat dia dimana Vin?

Arvin Ardan : Beneran elah, ngapain gua boong. Gue liat tadi dia di belakang sekolah. tapi gue gak liat dia sama siapa tadi.

Adyatama Justin : Sialan!

Arvin Ardan : Kenapa Tin? Jangan-jangan lo udah ketemu dia?

Adyatama Justin : Ga, gue kesel. Ngapain sih mereka balik. Bikin susah aja.

'Sialan mereka balik lagi. Gue gak akan biarin kalian merusak apa yang tidak seharusnya dirusak lagi.' Batin Justin.



------

Author's Note

Hai, sesuai janji aku bakal update setiap hari sabtu. Dan doakan semoga cerita ini gak bakal telat-telat lagi, dan juga gak terkandas lagi kayak kisah cintaku dengan dia /gak.

My First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang