Seunghyun tersenyum sumringah menyambut Taeyong yang berjalan memasuki ruang makan. Sukses membuat Taeyong mengernyit di sela aktifitasnya mengucek matanya yang masih terlihat sembab -- khas orang bangun tidur.
"Kau kenapa hyung?" tanya Taeyong.
Dia berniat menuangkan air minum di meja makan tapi urung karena dia melihat sesuatu yang aneh.
Ini benar hari minggu kan? Lalu kenapa ada makanan disini? Bukannya Jung ahjumma libur? Atau aku salah ingat?
Taeyong menatap horor ke arah jam dinding yang jelas - jelas sudah menunjukkan pukul 09.50 a.m tepat setelah otaknya memproduksi kalimat tanya terakhir.
"Hyung, ini hari apa?" tanyanya panik, nyaris berteriak.
"Minggu," jawab Seunghyun.
"Benar?"
"Tentu," kali ini Seunghyun yang terlihat bingung.
Taeyong menghela nafas lega, dia mendudukkan dirinya di kursi dan menuangkan air minum kedalam gelas kemudian menenggaknya sampai habis. Seunghyun ikut duduk di depan Taeyong.
"Kukira aku salah," gumam Taeyong.
"Kenapa?" tanya Seunghyun yang masih merasa aneh dengan tingkah Taeyong pagi ini.
"Karena ada makanan disini, kukira Jung ahjumma yang memasak."
"Aku yang memasak," sahut Seunghyun.
Sebenarnya bukan hal aneh kalau Seunghyun memasak, dulu dia juga sering memasak. Iya, dulu.
Taeyong mengangguk, "Kau jarang memasak sejak..." Taeyong memberi jeda pada kalimatnya, dia menarik nafas dalam kemudian bergumam pelan, "kecelakaan itu."
Seunghyun diam, Taeyong benar. Jangankan memasak, Seunghyun bahkan nyaris kehilangan kontrol dalam mengatur emosinya. Lelaki itu lebih sering uring - uringan. Seringkali pada Kris, apalagi jika Taeyong mulai rewel dan mengamuk dia bisa ikut terbawa emosi. Seunghyun yang dulu sering memasak untuk adik - adiknya -- walaupun terkadang Kris beberapa kali menggantikan tugasnya -- mulai meninggalkan kebiasaan itu. Terlebih sejak Kris meninggal. Rasanya bisa dihitung dengan jari Seunghyun memasak untuk dirinya sendiri dan Taeyong. Karena tugas itu beralih pada Jung ahjumma. Bahkan biarpun Jung ahjumma libur di hari minggu, seringkali Seunghyun dan Taeyong memilih delivery atau makan di luar.
Tapi kali ini Seunghyun sedang bahagia dan itu mempengaruhi moodnya untuk memasak.
Senyum bahkan nyaris tidak pernah lepas dari bibirnya sejak dia bangun tidur. Ini hari yang dia tunggu - tunggu sejak tiga hari lalu. Lebih tepatnya sejak malam dimana dia mulai memikirkan seseorang bernama Kevin Wu.
"Taeyong-ah?" Seunghyun mulai menjalankan rencananya.
"Hmm?"
"Kau ada acara tidak hari ini?"
Taeyong terlihat berpikir sebelum menggeleng, "Kurasa tidak. Kenapa?"
"Ayo kita ke Daegu."
*
Taeyong terdiam sepanjang perjalanan, dia berniat mengatakan pada Seunghyun bahwa hubungannya dengan Kevin memburuk sejak pertemuan mereka malam itu. Tapi dia enggan merusak suasana hati Seunghyun. Sebenarnya dalam hati dia sedikit mengutuk tingkah Seunghyun yang tiba - tiba ingin bertemu dengan Kevin. Kenapa harus sekarang? Ketika hubungan mereka tidak baik.
Mereka memutuskan membawa mobil ke Daegu. Sekalian bersantai menikmati perjalanan mereka. Tapi sebenarnya pikiran Taeyong benar-benar tidak santai. Diliriknya Seunghyun sekali lagi. Kemudian lelaki itu menghela nafas. Satu jam lagi mereka sampai di Daegu, rasanya tidak mungkin mengajak Seunghyun putar balik tanpa alasan. Namun tetap melanjutkan perjalanan dan benar-benar bertemu dengan Kevin sama sekali bukan hal baik bagi Taeyong.
"Hyung," panggil Taeyong.
"Hmm?" Seunghyun hanya bergumam, matanya tetap fokus mengamati jalan raya.
"Hyung yakin akan menemui Kevin hyung?"
Seunghyun menoleh sekilas kemudian kembali fokus pada jalanan di hadapannya, "Tentu saja."
"Oh," Taeyong mengangguk-angguk, kemudian terdiam.
"Memang kenapa? Kau tidak senang aku mengajakmu bertemu Kevin? Bukannya malam itu kau semangat sekali mengajakku bertemu dengannya."
Tepat sasaran.
Taeyong mendengus, sepertinya percuma menyembunyikan masalah ini dari Seunghyun.
"Hyung, sebenarnya hubunganku dan Kevin hyung tidak baik," ujar Taeyong.
Dahi Seunghyun mengernyit, "Maksudmu?"
"Kami bertengkar ketika terakhir bertemu. Malam itu, ketika aku mengunjunginya di apartemen temannya di Seoul, dia marah padaku bahkan sempat memukulku."
Seunghyun tidak memberi respon berarti, tapi dia mengerti sekarang kenapa sikap Taeyong sedikit berubah sejak dia menemui Kevin malam itu. Ya meskipun Taeyong hanya menjadi lebih pendiam selama dua hari kemudian kembali bersikap normal. Ah ya, dan Seunghyun yakin luka memar di sudut bibir Taeyong pasti karena pukulan Kevin.
"Apa yang terjadi?" tanya Seunghyun.
Taeyong menghela nafas, "Aku menceritakan tentang perlakuan burukku pada Kris hyung. Bahkan sampai meminta Kris hyung mendonorkan kornea matanya padaku. Juga bahwa semua perhatian saat itu tertuju padaku karena aku buta, sampai-sampai kita tidak sadar bahwa Kris hyung juga sakit. Dan Kevin hyung tidak terima dengan hal itu, dia marah."
Seunghyun menepikan mobil dan berhenti di tepi jalan. Keduanya terdiam selama beberapa saat. Sebenarnya Taeyong ingin mengajak Seunghyun kembali ke Seoul saja. Tapi dia masih menunggu Seunghyun yang memutuskan apa yang akan mereka lakukan.
"Lalu sekarang bagaimana? Kita sudah sejauh ini."
"Terserah hyung saja, kalau hyung ingin kita kembali ke Seoul tidak apa-apa. Biar aku yang menyetir."
Oh ayolah, sebenarnya Taeyong yang ingin kembali ke Seoul dan dia sedang mempengaruhi Seunghyun agar bersedia kembali ke Seoul.
Seunghyun menyalakan mesin mobil kembali, Taeyong menoleh mengira hyungnya akan putar balik dan kembali melajukan mobil ke Seoul. Seunghyun menoleh menatap Taeyong dan memandang mata Taeyong.
"Kau tidak ingin minta maaf?"
*
Kevin menyalami beberapa direksi yang hadir dalam rapat pemegang saham ini. Rapat mereka berjalan lancar. 78% pemegang saham menyetujui niatnya untuk menambah armada transportasi mereka untuk menjangkau daerah-daerah yang lebih terpencil. Resikonya memang cukup besar, bisa saja mereka menelan rugi jutaan won jika saja rencana ini gagal. Beruntung Kevin optimis bahwa rencana ini akan berhasil dan mereka akan mendapat sambutan baik dari masyarakat di daerah-daerah terpencil itu.
"Tuan Wu, apa anda ada waktu setelah ini?" tanya seseorang di belakang Kevin.
Kevin menoleh dan tersenyum mendapati salah satu sahabat sekaligus rekan bisnisnya tengah berada di belakangnya.
"Tentu tuan Xi, mana mungkin aku mengabaikan seseorang yang datang jauh-jauh dari Beijing," jawab Kevin.
"Jangan konyol Kev, kau tahu aku tinggal di Busan sekarang," sahut Xi Luhan.
"Ya ya, aku tahu. Jangan cemberut begitu Lu. Pengantin baru bukannya harus berbahagia huh?"
"Aku bahagia, hanya saja aku terkadang menyesal menuruti keinginan istriku tinggal di Busan. Kau tahu? Dia terlalu sering ke pantai. Aku tahu dia suka pantai tapi aku membutuhkannya di rumah. Dia bahkan jarang menyambutku ketika aku pulang kerja. Padahal aku mau dia selalu ada di rumah jika aku menginginkannya."
"Menginginkan apa?" goda Kevin.
"Jangan bodoh Kev! Dan terima kasih karena otak jeniusmu itu dengan bodohnya merancang untuk mengadakan meeting di hari minggu seperti ini."
"Everyday is workday."
Luhan berdecak, "Terserah."
Kevin tertawa, "Ayo kita makan, dan kau bisa melanjutkan sesi curhatmu nanti."
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Man (END)
Fanfiction(SEKUEL OF 'KRIS OUR ANGEL BROTHER') Seseorang hadir dalam hidup Seunghyun dan Taeyong setelah kematian Kris. Tapi tetap saja itu bukan Kris, itu orang lain. Orang yang membuat Taeyong ingin menebus kesalahannya karena berlaku tidak baik di hari - h...