Part XII

297 42 12
                                    

Jalanan kota Seoul terlihat ramai sore ini. Cuaca dingin benar-benar tidak menyurutkan animo masyarakat untuk melangkahkan kaki keluar rumah. Kevin memasuki salah satu cafe dan memesan americano disana. Dia baru saja dari rumah abu, mengunjungi Kris. Ini hari terakhirnya di Seoul, rencananya besok pagi dia dan yang lainnya akan kembali ke Daegu. Jadi sebelum dia pulang dia menyempatkan diri pamit pada Kris.

Sekedar info, Kevin hanya memesan americano dan tidak berniat berlama-lama disana. Dia mengedarkan pandangannya ke penjuru cafe yang cukup ramai, dia berdiri di depan kasir menunggu pesanannya. Matanya tertuju pada sebuah ponsel yang tergeletak di atas meja, kursi di sekitar meja itu sudah kosong tak berpenghuni.

"Silakan."

Kevin menoleh dan menerima satu cup americanonya, dia kemudian menunjuk ponsel tanpa pemilik itu dengan dagunya. "Kurasa ada yang meninggalkan ponselnya," ucapnya.

Gadis penjaga kasir itu mengarahkan pandangannya ke meja yang dimaksud Kevin, "Pasti itu milik lelaki tadi," ujarnya. Matanya bergerak cepat memandang ke arah pintu.

Kevin ikut memandang ke arah pintu dan mendapati seorang lelaki tinggi dengan coat cokelat tua baru saja melewati pintu. Di depannya ada seorang lelaki lain dengan jaket hitam. Ketika Kevin menoleh kembali ke arah bilik kasir dia melihat si gadis sudah bersiap meninggalkan biliknya namun tertahan oleh ibu-ibu paruh baya yang menuntut untuk cepat dilayani.

"Biar aku yang memberikannya. Milik lelaki bermantel cokelat itu kan?" tawar Kevin.

Gadis itu memandang Kevin dengan tatapan ragu.

"Tenanglah, aku tidak akan mencuri ponsel itu."

"Ah maaf tuan, iya itu milik lelaki yang mamakai mantel cokelat itu. Ada lelaki lain yang memakai jaket hitam bersamanya."

Kevin mengangguk kemudian menyambar ponsel yang tertinggal di meja, dia masih sempat mendengar sang gadis penjaga kasir mengucapkan terima kasih padanya ketika dia mulai berlari. Setibanya di luar cafe, Kevin mengedarkan pandangannya. Dia melihat orang yang dikejarnya tengah menyeberang jalan, Kevin berteriak demi memanggil orang itu. Tapi lelaki itu tidak menoleh. Tentu saja, karena pasti dia tidak merasa terpanggil.

"Tuan! Hei kau yang memakai mantel cokelat. Hei tuan! Aish!" Kevin menoleh ke kanan kiri dan menyeberang jalan. Dia sudah berada sekitar enam meter dari dua lelaki itu ketika Kevin tiba-tiba menghentikan langkahnya. Dia mengenal lelaki bermantel cokelat yang saat ini tengah berbicara dengan seorang penjual surat kabar. Pandangan Kevin beralih ke lelaki lain yang memakai jaket hitam. Rahangnya mengeras dan tangannya mengepal erat. Itu membuatnya sadar bahwa dia masih menggenggam ponsel yang ditemukannya. Kevin mendengus dan menatap ponsel itu sekilas. Dia menoleh ke kanan dan memanggil remaja lelaki yang dilihatnya.

"Tolong berikan ini pada lelaki bermantel cokelat itu," pinta Kevin sambil menyodorkan ponsel itu pada remaja laki-laki yang kini sudah ada di depannya. Kevin merogoh sakunya dan memberikan beberapa lembar uang pada remaja itu, uang kembalian saat dia membeli americano tadi.

Remaja itu mengangguk dan bergegas ke arah lelaki bermantel cokelat yang kini bersiap memasuki mobil. Kevin segera berbalik setelah melihat remaja lelaki yang dia suruh melakukan tugasnya dengan baik dan tidak memberikan ponsel itu pada orang yang salah. Kevin berjalan lebih cepat, berniat menjauh dari sana secepat mungkin. Dia bersiap menyeberang, menunggu lampu lalu lintas menjadi hijau.

Kevin menggerutu ketika sadar bahwa tingkahnya yang berlari demi mengejar si pemilik ponsel membuat sedikit americanonya tumpah dan mengotori jaketnya di bagian pergelangan tangan. Masih dengan menunduk Kevin ikut melangkah ketika sadar bahwa orang di sebelah kirinya mulai melangkah. Sayang, Kevin kurang berhati-hati dan tidak sadar bahwa ada mobil yang melaju cepat mencoba menyaingi lampu lalu lintas. Mobil itu menyerempet tubuh bagian kanan Kevin dan membuat Kevin terjatuh. Beberapa orang disana berteriak tapi mobil itu tetap melaju.

Sedangkan Kevin sendiri tengah meringis menahan sakit. Dia tidak apa-apa, tidak terluka sampai berdarah-darah. Tapi tubuh bagian kanannya ngilu. Belum lagi jantungnya berdetak cepat sekali hingga membuat Kevin sulit bernafas. Seseorang mengulurkan tangan untuk membantu Kevin berdiri. Kevin mendongak, dan dia membatu melihat orang di depannya.

Seunghyun.

Tangan Seunghyun terulur. Awalnya Kevin tidak mau menerima uluran tangan Seunghyun. Tapi dia berpikir cepat. Ini di depan umum, akan memalukan jika dia menuruti egonya. Akhirnya Kevin menerima uluran tangan Seunghyun dan membiarkan Seunghyun menopang tubuhnya. Beberapa orang disana bertanya apa Kevin baik-baik saja dan Kevin meyakinkan mereka kalau dirinya baik-baik saja. Ketika kerumunan orang itu sudah bubar, Kevin memaksa melepaskan diri dari Seunghyun.

"Kau terlihat tidak baik-baik saja," ujar Seunghyun yang masih mencoba menopang kembali tubuh Kevin.

"Aku tidak butuh bantuanmu," sahut Kevin. Dia melirik sekilas ke arah Taeyong yang tidak berani mendekat.

"Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih pada orang yang menemukan ponselku."

Kevin tersenyum remeh, "Kau sudah mengucapkannya kan?" Kevin berniat pergi dari sana. Kakinya ngilu sekali, pinggangnya juga sakit. Belum lagi jantungnya yang terus berdetak kencang. Kevin sadar dia mendapat serangan lagi. Tapi obatnya ada di mobil, lagipula tidak mungkin meminum obat di depan Seunghyun dan Taeyong. Kevin berjalan beberapa langkah sebelum akhirnya dia kembali berjongkok. Lelaki itu membenci kondisi dimana dia terlihat lemah seperti ini. Tapi mau bagaimana lagi, faktanya tubuhnya benar-benar sakit.

"Aku bisa mengantarmu ke Rumah Sakit," bujuk Seunghyun yang tiba-tiba sudah berada di samping Kevin.

Entah kenapa melihat Kevin seperti ini mengingatkan Seunghyun pada Kris. Dia dulu mengabaikan Kris ketika Kris sakit. Kali ini melihat Kevin kesakitan karena terserempet mobil membuat Seunghyun bertekad untuk memperhatikan Kris. Meskipun dia tidak pernah mengenal Kevin sebelumnya. Dan meskipun Kevin terlihat baik-baik saja. Kris dulu juga terlihat baik-baik saja, tapi nyatanya dia terluka. Seunghyun trauma Kevin akan mengalami luka dalam juga. Ya, Seunghyun berpikir sejauh itu.

"Ayo kita ke Rumah Sakit," ajak Seunghyun lagi, kali ini dia berjongkok di samping Kevin dan memegang pundak Kevin tanpa penolakan.

Taeyong hanya berdiri di belakang mereka. Dia ingin mendekat, kalau bisa memeluk Kevin dan meminta maaf padanya. Tapi sayang Taeyong terlalu pengecut. Dia takut Kevin akan menolak kehadirannya lagi.

"Aku tidak mau," ujar Kevin akhirnya, rasa sakit yang menyerangnya membuat dia tidak mampu bersikap kasar pada Seunhyun.

Dahi Seunghyun mengernyit, "Kau mau aku mengantarmu pulang? Ke Daegu atau...kau menginap di hotel di dekat sini?"

Apartemen Jongdae.

Kevin tinggal disana. Tapi disana ada yang lainnya -- terutama Seungri. Di satu sisi Kevin harus bersyukur karena Seungri seorang dokter. Ya meskipun Seungri spesialis penyakit dalam tapi Kevin yakin Seungri bisa mengobati luka luarnya. Dan lagipula jantungnya kembali bermasalah, jadi bertemu Seungri adalah pilihan tepat. Sayang, Kevin malas bertemu orang itu sekarang. Karena pasti Seungri akan melapor dengan kecepatan cahaya pada ibunya kalau dia kambuh. Belum lagi ada Luhan, pria cantik itu akan mengoceh kesana kemari bertanya apa yang terjadi padanya.

Akhirnya Kevin menggeleng menjawab pertanyaan Seunghyun.

Seunghyun menghembuskan nafas, "Kalau begitu, ayo kita ke tempatku."

Tatapan Kevin fokus pada mata Seunghyun, ada dorongan kuat yang membuatnya percaya pada Seunghyun. Alih-alih mendebat Seunghyun, Kevin lebih memilih merogoh sakunya dan menyerahkan kunci mobil Jongdae yang dipinjamnya pada Seunghyun, "Pakai mobilku."

Tbc

Another Man (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang