Part VIII

357 52 10
                                    

Seunghyun menatap lamat foto yang tergantung di atas televisi ruang tengah. Dia tidak peduli dengan suara televisi yang menjadi satu - satunya pemecah keheningan malam ini. Fokusnya tertuju pada potret dirinya bersama mendiang Kris dan Taeyong. Entah kenapa dia tiba - tiba mengingat beberapa kenangan dengan Kris.

Flashback

"Tersenyumlah Kris!" perintah Seunghyun sambil tetap mengarahkan ponselnya ke arah Kris.

Kris tersenyum, memamerkan buku tahunannya. Hari ini hari kelulusannya dan Seunghyun memaksa untuk mengambil fotonya. Mereka masih berada di lingkungan sekolah saat ini. Kris tentu saja malu. Dia meminta Seunghyun mengambil foto di rumah saja. Tapi Seunghyun bersikeras, mengatakan ini kesempatan terakhir Kris dapat mengambil foto dengan gedung sekolahnya sebagai background. Kris akhirnya menurut, menunjukkan senyum tidak ikhlas di beberapa foto yang membuat Seunghyun lagi - lagi mengoceh bak fotografer sekaligus penata gaya profesional yang mengarahkan gaya modelnya.

"Hyung, bagaimana kalau kau dan Taeyong ikut berfoto," ujar Kris yang akhirnya risih karena beberapa siswa - siswi disana meliriknya. Sebenarnya itu bukan masalah besar. Kris populer, dikenal sebagai mantan kapten basket yang dingin dan kharismatik. Dia terbiasa menjadi pusat perhatian, tapi tetap saja rasa risih itu muncul jika dia merasa keberadaannya terlalu dominan.

"Kau mengajakku foto tapi kau tidak mau tersenyum hyung," Taeyong berdecak kesal sambil memperbaiki posisi tas Kris yang dia bawa. Selama Seunghyun memotret Kris, Taeyong yang membawakan barang - barang Kris. Bocah itu beberapa kali menggerutu pelan. Tentang tas Kris yang semakin lama terasa semakin berat. Tentang betapa merepotkannya kakak tertuanya. Tentang beberapa murid yang melirik ke arah mereka -- ke arah Kris tepatnya. Dan tentang Kris yang susah tersenyum lebar di depan umum sehingga membuat Seunghyun kurang puas.

"Aku tersenyum sejak tadi Tae-ya, kau tidak lihat?"

"Tidak. Kau meringis. Bukan tersenyum. Tolong bedakan hyung! Tasmu ini berat tahu. Cepat sedikit."

"Aish. Baiklah mana tasku!"

Taeyong cepat - cepat berjalan ke arah Kris dan dengan senang hati menyodorkan semua barang - barang Kris.

"Hei, aku belum selesai bocah!" seru Seunghyun sambil menghampiri kedua adiknya.

"Astaga Seunghyun hyung. Kenapa hari ini kau out of character sekali?"

Seunghyun menjitak kepala Taeyong.

"Karena hari ini aku bahagia. Hyungmu lulus dengan nilai bagus."

Kris terkekeh, "Terima kasih hyung."

"Aku juga bisa," gumam Taeyong pelan.

Seunghyun mendengarnya, dan mungkin Kris juga. Tapi Kris diam saja. Sedangkan Seunghyun mengacak rambut Taeyong. Berharap itu dapat membuat mood si bungsu -- yang menurut Seunghyun sedang iri pada Kris -- menjadi sedikit lebih baik.

"Ayo foto bersama," usul Kris, dia memandang sekeliling kemudian meminta tolong kepada salah satu siswa yang dikenalnya untuk mengambil foto mereka bertiga.

Secara alamiah, ketiganya menunjukkan senyum terbaik disana. Termasuk Taeyong yang suasana hatinya sempat memburuk.

Flashback off

Seunghyun menghela nafas dalam, dia menyilangkan tangan di depan dada dan membiarkan beberapa kenangan lain yang dia miliki dengan Kris menyeruak dalam ingatannya.

Flashback

"Kris, kau sedang apa?" tanya Seunghyun setelah menekan saklar lampu dan menemukan Kris duduk termenung di ruang makan. Jantungnya sempat berdetak kencang ketika dia melihat bayangan di atas salah satu kursi ruang makan. Maklum, lampu ruang makan dan dapur mati. Satu - satunya cahaya hanya berasal dari ruang tengah. Lampu ruang tengah baru saja Seunghyun nyalakan karena dia baru bangun tidur dan memutuskan mengerjakan tugas kantornya disana. Ini akhir bulan, pekerjaan Seunghyun membuatnya sibuk disaat seperti ini. Dia bahkan harus mengerjakannya di rumah. Bangun pukul tiga dini hari, berjalan ke dapur dengan mata setengah terbuka dan menemukan seonggok makhluk di tengah kegelapan benar - benar membuat Seunghyun nyaris jantungan.

Another Man (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang