Part XIV

328 42 19
                                    

Mata mereka saling bertatapan, tanpa ada yang berniat untuk berbicara. Otak Taeyong bekerja cepat memproduksi informasi yang dia lupakan tadi. Taeyong ingat bahwa masih ada Kevin di rumah ini. Jadi otomatis sosok yang berdiri  jauh darinya itu adalah Kevin, bukan Kris. Cepat-cepat Taeyong mengalihkan pandangannya. Dia membereskan handuk, botol dan ponsel yang dia bawa. Ketika mendongak dia sudah tidak menemukan Kevin disana. Taeyong memutuskan untuk masuk ke dalam rumah.

Kali ini, dia kembali melihat Kevin di meja makan. Suasana menjadi sangat canggung ketika Taeyong bergabung. Hanya Song ahjumma yang berbicara dan bersikap ramah. Dan suasana kembali sepi ketika Song ahjumma pergi untuk mencuci baju.

Piring Kevin dan Taeyong masih kosong.

"Silakan, kau duluan," ujar Taeyong akhirnya.

"Kau saja, kau tuan rumahnya," sahut Kevin. Kali ini nada bicaranya pada Taeyong tidak sekasar biasanya. Meskipun tidak bisa disebut bersahabat seperti sebelum mereka bertengkar.

Taeyong menggangguk kaku, dia kemudian mengambil terlebih dahulu  dan kembali mempersilakan Kevin untuk mengambil makanan. Keduanya makan dalam diam. Taeyong selesai makan terlebih dahulu. Dia melirik Kevin dan menunggu lelaki itu menyelesaikan acara makannya.

"Maaf," itu kata pertama yang Taeyong lontarkan setelah dia melihat Kevin menyelesaikan sarapannya.

Kevin tidak menyahut, menurutnya Taeyong akan bicara lagi. Jadi Kevin memutuskan menunggu perkataan Taeyong selanjutnya.

"Kau boleh menghukumku dengan cara apapun Kevin-ssi. Tapi kumohon maafkan aku."

Kevin tersenyum, "Kalau aku membuatmu buta sekali lagi bagaimana?"

Tubuh Taeyong menegang mendengar pertanyaan itu. Dia tidak ingin buta lagi. Tapi disaat bersamaan dia merasa dirinya memang tidak pantas mendapatkan donor mata dari Kris.

Kevin tersenyum remeh. Dalam hati dia merasa bersalah karena sudah berkata sekasar itu. Tapi sisi lain hatinya benar-benar sulit untuk memaafkan Taeyong. Kevin berdiri dari duduknya, dia membawa piringnya dan berniat untuk mencucinya sendiri. Sebisa mungkin dia tidak ingin merepotkan tuan rumah. Tapi niat Kevin terhenti ketika Taeyong berlutut di depannya. Lelaki yang Kevin yakini lebih muda darinya itu menunduk tanpa berani menatap matanya.

"Mianhae. Aku tahu sekeras apapun usahaku untuk meminta maaf, kau tidak akan mudah memaafkanku. Aku tahu aku salah karena sudah menyalahkan Kris hyung, meminta Kris hyung mendonorkan korneanya, memperlakukan Kris hyung dengan buruk. Aku tahu aku salah. Aku menyesali semuanya. Aku ingin memperbaikinya. Tapi Tuhan tidak mengizinkanku menebus kesalahanku pada Kris hyung. Sekarang karena ada kau, aku hanya ingin menebusnya melaluimu. Kalau kau memang berniat mengambil lagi apa yang Kris hyung berikan padaku, aku..."

Perkataan Taeyong berhenti. Menjadi buta benar-benar bukan sesuatu yang menyenangkan. Apalagi jika itu akan terjadi seumur hidupnya. Tapi jika dia bisa melihat namun harus menanggung rasa bersalah ini seumur hidup, lebih baik dia menjadi buta. Toh dia sudah sedikit belajar membaca huruf braile. Sisanya, masih banyak yang harus dia pelajari. Tapi Tuhan akan memberinya kemudahan seiring berjalannya waktu kan? Itupun jika Tuhan tidak marah padanya dan berniat menghukumnya atas semua dosa yang dia perbuat.

"Aku akan memberikannya," lanjut Taeyong.

"Kau bahkan ragu mengatakannya."

Taeyong mendongak, menatap mata Kevin sekarang. "Kau boleh mengambilnya kembali Kevin-ssi."

Kevin balas menatap mata Taeyong.

Mata Kris.

Mata Kevin memanas menyadari fakta itu. Dia tidak berhak mengambil kembali apa yang sudah diberikan Kris dengan ikhlas kepada Taeyong. Tatapan Taeyong yang terlihat gelisah membuatnya tidak tega.

Another Man (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang