Part XI

332 47 37
                                    

Pandangan Kevin memindai ke sekeliling ruangan. Kesadarannya perlahan pulih. Dia tidak perlu lagi mencari tahu dimana dia berada sekarang, karena dia tahu dimana dia saat ini. Dan saat itu juga dia tahu bahwa lagi-lagi dia harus mengeluarkan uang untuk hal yang menurutnya tidak berguna ini. Lelaki itu bangkit dari posisi berbaringnya, melepas infuse yang sudah dipasang di tangannya. Dia menarik tissue di atas meja dan menekan-nekan luka yang disebabkan oleh bekas infusan itu.

"Tidak ada yang menyuruhmu mencabut infus kan Yifei?"

Kevin menoleh dengan gerakan pelan mendengar pertanyaan itu. Mendapati sosok Dokter Lee Seungri disana. Seketika dia menunjukkan cengiran khasnya, sementara tangannya masih sibuk menekan-nekan bekas luka infusan.

"Hai hyung," ujar Kevin dengan nada ramah yang dibuat-buat.

"Hai Kevin Wu, kau mau berbaring disana atau aku akan memanggil mamamu kesini?"

"Aku ingin pulang saja, jadi mama tidak perlu kesini."

"Sebenarnya aku sudah memanggil ahjumma."

Kevin mendengus. Dia memperhatikan Seungri yang sudah berjalan mendekatinya dan duduk di kursi samping tempat tidurnya.

"Mana tanganmu?"

"Tidak perlu. Aku tidak butuh nutrisi dari infuse itu. Lagipula aku baik-baik saja."

"Sekretarismu menemukanmu pingsan dan kau masih berani bilang kau baik-baik saja. Bahkan aku yakin kau pingsan selama lebih dari tiga jam. Mana tanganmu?!"

Sekali lagi Kevin mendengus, tapi kali ini dia menuruti perintah Seungri dan menyerahkan tangannya. Kevin mendesis ketika merasakan perih karena Seungri memasang infuse dengan sedikit kasar.

"Kau tidak boleh sekasar itu pada pasien. Aku akan mengadukanmu pada Dokter Nam, agar dia memberikan dokter lain padaku."

"Pasien gila sepertimu pantas dikasari."

"Kau bahkan mengataiku."

"Berhenti bicara Kev!"

Seungri sudah menyelesaikan kegiatannya memasang infuse Kevin. Dia menghela nafas sambil mengamati tangan Kevin, memastikan pekerjaannya itu sudah beres.

"Jantungmu bermasalah lagi Kev," gumamnya.

Dahi Kevin mengernyit, suasana dalam ruangan itu seketika menjadi jauh lebih serius dari sebelumnya.

"Bagaimana bisa?" tanyanya.

Seungri mengangkat bahu, "Kita akan melakukan test lagi nanti. Mamamu sedang mendiskusikan kondisimu dengan dokter Nam. Istirahatlah dulu," Seungri berdiri dan menepuk kaki Kevin pelan.

"Hyung?"

"Ne?"

"Katakan padaku separah apa kondisiku sekarang."

*

Suasana dalam mobil sepi, Seunghyun memutar radio dengan volume pelan. Sementara Taeyong tengah tidur di kursi penumpang sampingnya. Bayangan-bayangan Kris semasa hidup satu-persatu muncul dalam benak Seunghyun. Kemudian tergantikan oleh sosok Kevin yang baru ditemuinya hari ini.

Kevin itu...apa memang selalu sekasar itu? Atau sebelum dia bertengkar dengan Taeyong, Kevin sama kalemnya dengan Kris.

Lagi-lagi bayangan Kris datang dalam benaknya. Senyuman tipis terukir di bibir Seunghyun saat dia mengingat bagaimana adiknya itu terkadang bertingkah konyol dan semaunya. Bagaimana Kris seringkali membuatnya kesal karena tiba-tiba masuk ke kamarnya tanpa izin lalu memakai parfum dan face washnya.

Seunghyun rindu.

Dia merindukan Kris yang sangat peduli pada penampilan itu. Dia rindu adiknya yang begitu percaya diri dengan mengakui ketampanannya sendiri. Dia rindu pada Kris yang bisa menjadi sosok yang dewasa, sabar dan dapat diandalkan di saat-saat tertentu. Dia merindukan sosok jangkung dengan kharisma luar biasa itu.

Another Man (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang