11. Scars Of Stars

217 41 2
                                        


Hyerim menatap horror sang ibu ketika wanita paruh baya itu memberinya sejumlah amplop yang entah apa isinya.

Biar Hyerim tebak, pasti isinya sejumlah uang atau cek yang biasa dikirim para pria hidung belang diluar sana.

"Itu untukmu." ujar Jaesunㅡ ibunya. "Sebagian lagi ibu simpan di tabungan untuk pegangan beberapa bulan kedepan. Jumlahnya cukup banyak."

Hyerim hanya memandangi amplop-amplop yang berserakan diatas meja tanpa berniat mengambil salah satunya. Baginya, amplop itu hanya benda kotor yang seharusnya tidak ia pegang.

Walaupun ia sendiri tahu uang didalam amplop itu hasil dari kerja kerasnya sendiri. Namun ia sadar diri, kerja kerasnya bukanlah keringat suci melainkan keringat yang penuh dosa.

"Ibu simpan saja semuanya, uangku masih banyak." jawab Hyerim dengan helaan nafas di akhir kata.

"Oh pasti Yoongi memberimu begitu banyak uang, kan?" Jaesun menatap anak satu-satunya itu menunggu jawabannya.

"Jika ibu mau ambil saja uang dari Yoongi, aku hanya gadis kontrak satu harinya. Lagipula aku tidak membutuhkan semua uang itu, hanya ibu yang mau." ketus Hyerim membuat sang ibu menatapnya tajam.

"Hei, berbicara sopanlah pada ibumu ini! Kau seharusnya bangga mendapatkan uang sebanyak itu untuk menghidupi ibu."

"Aku memang bangga membuat ibu bisa tersenyum dan senang tapi aku tidak menyukai pekerjaanku, ibu."

Jaesun menghela nafas mendengar perkataan sang anak. "Kau hanya belum terbiasa dengan pekerjaanmu. Jika kau terus-menerus mengeluh mau sampai kapan kau sadar jika pekerjaan ini menyenangkan?"

Jika dia bukan anaknya, ia pasti sudah menampar wanita paruh baya itu sedari tadi.

Tidakkah ia sadar jika dirinya sudah mengekang masa depan anaknya sendiri demi kebahagiaannya pribadi?

Jika surga tidak ada di telapak kaki ibu, Hyerim pasti sudah menolak permintaan sang ibu dan akan menjadi anak durhaka saja sekalian.

Namun jika berpikir kembali lagi ke awal Hyerim selalu teringat bahwa wanita yang disebut sebagai ibunya itu adalah satu-satunya orang yang merawat Hyerim dari kecil hingga sekarang ia besar. Wanita itu juga yang banting tulang mencari uang untuknya tanpa seorang suami.

Jadi Hyerim selalu berpikir duakali jika ia ingin menjadi anak durhaka.

Ibumu adalah kehidupanmu antara surga dan neraka. Mau tak mau kau harus menerimanya.

Hyerim membereskan amplop-amplop itu, menyatukannya menjadi satu selaras dengan hembusan nafasnya yang kian memburu.

"Baiklah ibu terserah apapun yang ingin kau katakan. Aku akan selalu menurutimu meskipun itu bukan kehendakku." Hyerim menyimpan kembali tumpukan amplop itu di mejaㅡ tepatnya dihadapan sang ibu.

"Memang seharusnya kau mengikuti perintah ibu." Jaesun merampas amplop itu dengan kasar, memasukannya kembali kedalam tas.

Hyerim menghela nafas, "Aku ingin meminta izin."

"Minta izin apa? Jangan aneh-aneh, pekerjaanmu masih banyak!"

Lihatlah, belum selesai bicara, ibunya sudah mengkode kalau dia pasti tidak akan mengizinkan.

Healer Night.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang