Hyerim membuka pintu gerbang kecil rumah minimalis yang ia tinggali bersama sang ibu, berjalan pelan tanpa menimbulkan suara sedikitpun sesekali ia menghirup nafas sebanyak mungkin dan menghembuskannya lagiㅡseperti mempersiapkan diri sebelum ada kejadian menegangkan setelah ini.
Hyerim membuka pintu rumahnya yang tidak dikunci, awalnya ia bingung tumben ibunya tidak mengunci pintu di pagi buta seperti iniㅡbiasanya sang ibu masih terlelap di jam-jam sekarang.
Ia masih berusaha menghindari kontak dengan ibunya dan memilih langsung memasuki kamarnya namun justru ia terperangkap rencananya SendiriㅡJaesun, nama ibunyaㅡ ternyata berada didalam kamarnya, tengah berdiri menatapnya tajam sembari bersedekap.
"I-ibu?" gumam Hyerim dengan nada gemetar.
Jaesun masih diam di tempat, "Kemana saja kemarin? Kenapa baru pulang?"
"I-ibu, aku b-bisa menje-"
Jaesun memotongnya cepat, "Kau mencoba kabur dari pelangganmu?"
"Ibu! Dengarkan penjelasan aku dulu!" imbuh Hyerim.
"Hyerim, apa yang kau lakukan sudah merugikan kita! Uang yang diberikan pria itu diambil lagi karena kau malah kabur!"
"Ibu, tolong sekali saja dengarkan aku." ucap Hyerim dengan nada memelas. Selalu saja Jaesun memojokkan anaknya sendiri, jelas-jelas Hyerim sebagai anak yang berbakti sudah menjalankan kewajibannya kepada sang ibuㅡ tapi sampai sekarang ia belum mendapatkan haknya sebagai seorang anak.
Jaesun mendecak, "Penjelasan apalagi? sudah ibu bilang jangan coba-coba kabur dari mereka. Mau makan apa kita kalau uang pun dibawa lagi?"
"Ibu kau tidak tahu apa-apa. Aku lelah dengan pekerjaan ini."
"Apa yang kau bicarakan? pekerjaan ini justru memakmurkan kehidupan kita."
"Ibu saja yang makmur, tidak denganku!" Hyerim melewati Jaesun, ia mendudukan diri ditepian kasur. "Aku hampir diperkosa."
Jaesun terkejut mendengar penuturan sang anak, namun ia mengubah kembali ekspresi wajahnya dengan cepat. "Seharusnya kau bisa mengantisipasi hal itu dari awal, kau harus mengatur strategi."
Hyerim menatap ibunya, tidak percaya jika sang ibu malah tidak mempedulikannya. "Ibu, aku benar-benar kecewa padamu."
"Hah sudahlah! Lebih baik kau pergi mandi dan cepat sarapan. Pagi ini ada client yang memintamu datang menemaninya ke sebuah acara."
Jaesun berlalu begitu saja dari kamar bernuansa white colour itu, menulikan diri dari panggilan anaknya.
Percuma saja Hyerim berteriak, toh ibunya tidak pernah mau dan bahkan tidak akan pernah mendengar kata-katanya.
Ini sudah menjadi kodrat yang dituliskan Tuhan dengan garis besar..
Anak kandung tapi merasa di anak tirikan.
---
Setelah selesai membersihkan diriㅡ masih memakai bathrobenya, Hyerim berjalan ke dapur untuk mencari makanan. Ia mengambil sehelai roti sandwich yang sudah ibunya siapkan diatas meja, Hyerim memakannya dengan lahap mengingat dari kemarin ia tidak sempat mengisi perutnya karena mengkhawatirkan Yoongi yang tak kunjung pulang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Healer Night.
FanfictionPertemuan malam itu benar-benar menjadi penyembuh bagi Taehyung yang selama ini tersiksa dalam ketidakpastian. Bertemu dengan teman masa kecilnya yang sepuluh tahun lalu tiba-tiba menghilang setelah kecelakaan mobil itu. Ini akan menjadi sebuah plot...