25 - Camp : Last?

2.4K 239 30
                                    

Kamis pagi ini, gue, kelompok gue, sama Mingyu jalan-jalan keliling Jawa Barat. Kita makan ke café yang di kolam itu, terus ke tempat yang suasananya kayak di Kor-Sel, dan banyak tempat lagi.

Pulang dari jalan-jalan sekitar jam setengah 5 sore. Anak-anak pada jalan juga, entah kemana. Jadi, vilanya kosong. Mingyu main di vila gue.

Gue sama Adya duduk di sofa, Mingyu sama Wonwoo duduk di karpet sambil main ps, entah dapet darimana. Mereka ngadu main bola. Adya jadi pendukungnya Mingyu, gue jadi pendukungnya Wonwoo.

"Ayo, terus, Gyu! Oper! Nah, iya, bener! Terus! Terus! Tendang! Gooool!!" Adya langsung meluk Mingyu terus lompat-lompat.

Gue ga mau kalah, donk. "Tenang, Pak Ketua. Saya akan selalu mendukungmu! Mari lawan si hitam dan selirnya! Fighting!" gue nyemangatin Wonwoo, ceritanya, sambil mijitin bahunya, dah kayak orang abis tanding tinja. Eh, ninja. Eh, tinju.

Mereka main lagi.

"Ayo, Gyu!"

"Oper, Won! Itu, tuh! Ke situ!"

"Awas, Gyu! Jagain gawangnya!"

"Sono, Won! Lewat Sono!"

"Tiati, Gyu! Sebelah kanan!"

"Majuan dikit terus oper ke itu, Won!"

"Jagain, Gyu. Orangnya. Awas! Yah...." Adya ngelesu sementara gue teriak kenceng.

"Weh! Gol!" gue langsung meluk Wonwoo.

Tunggu.

"Anjir." gue lepas pelukan gue terus duduk lagi di sofa. Reflek, anjir. Aduh. Pipi gue panas lagi. Aduh. Aduh. Aduh.

"Acie. Vania udah berani nyosor."

"Diem, Sat!" gue langsung bangun terus masuk ke kamar gue, pintunya gue banting. Gue duduk di tepi kasur gue terus nutupin muka gue pake tangan sambil nunduk.

"Anjir. Tadi gue ngapain, njir? Refleknya nyebelin banget, njir. Aduh. Gue harus gimana, njir. Elah."

Tok...tok...tok....

Itu ga mungkin Adya. Adya kalo mau masuk, ya langsung masuk. Mingyu juga ga mungkin.

Gue buka pintunya pelan.

"Sori." itu kata pertama yang gue denger setelah pintu kebuka.

"Hm," gue mau nutup pintunya lagi, tapi ditahan. "Kenapa?" tanya gue pas pintunya gue buka lagi.

"Bisa ikut gue ke taman belakang? Sebentar aja."

Gue mikir. Ikut, engga, ikut, engga, ikut, engga, ik--.

"Ikut aja!" itu suara Adya yang kayaknya masih duduk di ruang tamu.

Gue ngehela nafas pelan terus keluar kamar. Gue ngikutin Wonwoo yang jalan ke taman belakang terus kita duduk di kursi yang buat dua orang. Di sana juga ada gitar.

Gitar?

"Duduk, sini!" kata Wonwoo sambil nepok bangku yang ada di sampingnya.

Gue samperin terus duduk di situ. Badan gue agak nyerong ke dia, badan dia juga agak ngerong ke gue. Dia udah mangku gitarnya, btw.

Drrt

"Buka. Itu pasti dari Adya."

Gue nurut. Gue ngambil hp gue yang ada di kantong. Dan bener, ada Line dari Adya. Gue buka Line-nya.

·-·-·-·-·-·-·-·-·-·

LINE

Adya

✅ | DOR! +jeonwonwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang