Special Part : Adya ✖ Mingyu

1.6K 165 4
                                    

Sore itu, hujan turun dengan cukup deras, memaksa Mingyu untuk bertahan lebih lama di rumah kekasihnya. Bukannya dia tidak senang dengan fakta itu, hanya saja, dia mendapatkan jadwal piket di asramanya hari ini. Kalau dia tidak melaksanakan tugas itu, dia harus membayar denda dan juga dihukum untuk memasak selama seminggu.

Mingyu tidak mau uang jajannya habis untuk membayar denda. Apalagi kalau dia mengingat fakta bahwa semua penggemarnya berhenti memberinya cokelat--yang biasanya Mingyu jual kembali untuk tambahan uang jajan--karena dia sudah menjadi milik Adya. Dia benar-benar tak rela uang jajannya melayang begitu saja.

"Gyu,"

Mingyu menoleh dan mendapati kekasihnya membawakannya segelas minuman yang masih beruap.

Adya tersenyum lalu meletakan gelas di tangannya ke hadapan Mingyu. "Nih, kopi. Hujan gini, tuh, enaknya minum kopi."

"Kamu suka minum kopi?"

Adya memasukkan tangannya ke saku piyamanya. "Engga juga, sih. Cuma, papaku suka minta bikinin, jadi aku sekalian nyoba." ujarnya lalu mendudukkan diri di samping Mingyu.

"Kok bengong mulu, sih? Kenapa? Ada masalah? Cerita sama aku, coba." tanya Adya saat Mingyu kembali melamun, membuat laki-laki itu berbalik menghadapnya.

"Engga, kok. Ga pa-pa." jawab Mingyu lalu mengambil gelas berisikan kopi yang diberikan Adya. Dia menyesap kopi itu.

Adya terkekeh pelan. "Jangan kayak cewek, deh!"

Mingyu mengerutkan keningnya seraya menaruh kembali gelas di tangannya. "Kayak cewek?"

"Bilangnya, ga pa-pa. Padahal, ada apa-apa."

"Oh, itu." Mingyu tertawa pelan, membuat gigi taringnya terlihat. "Beneran, kok. Aku ga pa-pa."

Adya menghela nafas pasrah. "Iya, deh. Terserah."

"Dya,"

"Hm,"

"Kamu marah?"

"Engga."

"Bohong."

Adya menoleh lalu mencubit sekilas pipi Mingyu. "Engga, Sayang." dia memeluk Mingyu dari samping lalu menyandarkan kepalanya ke lengan kekar kekasihnya.

Mingyu membalas pelukan Adya. Dia mengecupi puncak kepala kekasihnya.

"Gyu,"

"Hm,"

"Aku kangen Mama. Kangen Papa juga."

"Sama. Aku juga kangen Eomma, Appa, sama Minkyung."

"Ah, Minkyung. Aku mau ketemu dia, deh. Kali aja bisa akrab."

"Harus, donk. Harus akrab. Kan nanti kalian iparan. Masa istriku sama adikku ga akur?"

Adya tersenyum simpul sambil mencubit pinggang Mingyu kemudian melepaskan pelukannya, membuat Mingyu kehilangan aroma rambut Adya yang menjadi favoritnya.

"Kok aku dicubit, sih?"

"Kamu ngardus mulu."

"Kan ngardusnya ke kamu. Ga pa-pa kali. Daripada ke cewek lain?"

Lagi-lagi, Adya mencubit pinggang Mingyu lalu mengancam, "Awas aja, kalo sampe ngardus ke cewek lain." dia bangun, "Udah, ah. Aku mau ke kamar. Mau ngerjain tugas. Babay, Mingyu Sayang." lalu segera menghilang dari pandangan Mingyu.

"Yak! Aku pulangnya gimana?!" teriakan Mingyu menggema di dalam rumah ini.

"Naik Go-jek aja! Aku cape!"

"Aish!" Mingyu mengacak rambutnya. Uang jajannya harus dipakai untuk menggunakan jasa ojek online dan membayar denda, belum lagi ceramah panjang dari Seungcheol yang menunggunya di asrama. Ah, jangan lupa kalau dia juga harus memasak untuk, kurang-lebih, dua puluh orang yang ada di asrama. Hari yang sungguh sial untuk Mingyu.

"Dya! Aku nginep sini aja! Tidur di ruang tamu!"

"Ya udah! Nanti aku bawain selimut!"

Ah, syukurlah dia memiliki kekasih yang perhatian seperti Adya.

- END -

Iya, udah, segitu.

Gomawo~

#170617

✅ | DOR! +jeonwonwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang