Gue lagi ngumpet di balik tembok perbatasan antara ruang tamu sama ruang keluarga rumah gue. Engga. Gue ga main petak umpet. Gue lagi ngintip Mommy yang lagi ngintrogasi Wonwoo.
"Lo ngapain, Dek?"
Gue noleh bentar terus ngintip lagi, "Kepo."
"Oh, ngintip itu. MOM! INI ANAKNYA NGINTIP!"
Gue langsung melototin Bang Juna.
"Vania! Jangan ngintip!"
"Kampret lo, Bang. Iya, Mom! Vania ke kamar!"
Dengan berat hati, gue balik ke kamar gue. Gue make headphone gue terus nyetel musik. Jangan tanya musik apa.
"Sambala sambala-bala sambalado. Terasa pedas~ terasa panas~. Sambala sambala-bala sambalado. Mulut bergetar~ lidah bergoyang~. Cintamu seperti sambalado, ah~ ah~. Rasanya cuma di mulut saja, ah~ ah~.
Janjimu seperti sambalado, ah~ ah~.
Enaknya cuma di lidah saja~ ouo~. Colek-colek sambalado! Alamak, hoy! Dicolek sedikit~ cuma sedikit~ tetapi menggigit~ ujung-ujungnya bikin sakit hati~ huuu~. Ujung-ujungnya sakit hati! Eeeeeaaaa....." gue nyanyi sambil joget-joget ga jelas. Jangan dibayangin, entar muntah, gue ga mau tanggung jawab.[Kok jadi gini?!]
"DEK! JANGAN TERIAK-TERIAK! BERISIK!"
Gue denger itu, tapi bodo amat.
"Di dalam lidahmu itu, mengandung bara api, yang membakar hati~. Di dalam lidah mu itu, mengandung racun tikus, yang mematikannya~. Di saat ada maunya, lagi ada maunya, baik-baik saja~. Setelah hilang rasanya, hilang pula cintanya, dan melupakannya~. Sambalado! Eh! Eh! Sambalado! Eh! Eh! Itu sambalado~. Cintamu sambalado~. Eeeeaaaa....."
"Astaga, Vania."
Gue langsung noleh saat denger suara orang.
What the--.
Kok dia bisa di pintu kamar gue?
Wait.
Berarti tadi dia ngeliat gue nyanyi sambil joget ga jelas, donk?
Oh my--.
Gue, yang tadinya diri di kasur, langsung nelungkupin badan gue terus nyembunyiin muka gue di bantal, "Anjir! Lo ngapain di situ?! Siapa yang ngasih izin?!"
Dia cuma ketawa pelan, "Lo lucu. Gue baru tau kalo lo suka nyanyi dangdut gitu. Haha."
"Jangan ketawain, Bangsat."
"Vania! Ga boleh gitu ke pacarnya."
Lah? Mom?
"Orang Vania bukan pacarnya!"
"Tapi Mom nyuruh kalian pacaran. Harus nurut."
Gue melototin mata gue terus noleh ke Mom yang diri di depan pintu, "Kok gitu sih, Mom?"
"Mom ga nerima penolakan. Won, kalo mau ajak jalan lagi, ajak aja. Mom percaya sama kamu."
"Makasih, Tan--eh, Mom."
Terus Mom pergi dari pintu kamar gue. Lah? Kok dia manggilnya 'Mom'?
"Mau jalan lagi ga, Van?"
Gue natap dia tajem. Gue bangun terus jalan pelan-pelan nyamperin dia yang diri di depan pintu, "Lo apain nyokap gue, hah?"
"Gue ga apa-apain."
Gue nunjuk dia tepat di hidungnya, "Lo bohong. Mom ga segampang itu deket sama orang."
Dia ketawa pelan, dipikir gue bercanda kali, ya?
"Kan gue ganteng. Mom lo langsung klepek-klepek." jawabnya kepedean.
KAMU SEDANG MEMBACA
✅ | DOR! +jeonwonwoo
Fanfiction"Lo mau gue tembak pake cara apa?" "Sori, tapi gue lebih suka dipanah daripada ditembak." ·-·-·-·-·-·-·-·-·-· Jeon Wonwoo fanfiction by pplvphile