Chapter 14

2.1K 144 4
                                    


Aku memarkirkan mobil dengan cepat. Tak perduli dengan posisinya yang menghalangi pengendarai yang lain. Ku tutup pintu mobilku dengan kasar lalu berlari menyebrangi jalanan yang sedang ramai. Langkah kakiku kupanjangkan agar aku bisa segera sampai. Aku memegang lengan Darren dengan kasar. Membalikkannya agar ia menghadap ke arahku.

"Jadi ini yang kau lakukan kepadaku?"

Aku melihat wajah Darren yang terkejut. Ice cream yang tadi ada di tangannya kini meleleh di trotoar jalan. Lelaki yang ada di sampingnya memegang dadaku. Mencoba untuk menenangkanku.

"Jangan ikut campur denganku" aku melepaskan tangannya.

"Jangan berlaku kasar kepadanya"

"Aku tidak perduli, ia juga sudah tak perduli denganku. Maksudmu apa Darren? Kenapa kau melakukan ini?"

"Dengarkan aku dulu Stefan, aku mohon."

"Tak ada yang harus dijelaskan lagi. Semuanya sudah cukup jelas bagiku."

Aku pergi saja dari hadapannya. Darren berlari mengejarku. Ku buka pintu mobilku dan kutinggalkan ia.

.

.

Author P.O.V

Keadaan rumahnya berantakan. Vas bunga pecah di lantai. Bantal sofa tergeletak berjauhan. Rumah itu seperti kapal pecah yang penumpangnya sudah menghilang. Stefan duduk di tangga. Rambutnya sama dengan keadaan rumah, berantakan dan kusut. Ia merasa kacau dan saat itu juga ia membenci Darren.

Adrian baru tiba di rumah, ketika ia memasuki rumah ia melihat kakanya yang kacau. Adrian berlari dan duduk di samping kakanya.

"Apa yang kau lakukan, kenapa kau berantakan seperti ini? Bukankah seharusnya kau pergi bersama Darren?" Adrian memegang kedua pundak kakanya.

Stefan tak berbicara sedikitpun. Pandangannya kosong, beberapa detik kemudian air matanya jatuh. Adrian segera mengarahkan kepala kakaknya di bahu kecilnya.

"Sebaiknya kau mandi dulu, dan makan. Sudah kubawakan pizza untuk kita makan. Setelah itu kau boleh menceritakan semuanya padaku"

Adrian menuntun kakaknya menuju kamar.

Adrian membantu kakaknya untuk membersihkan tubuh. Membawakannya pakaian, hingga akhirnya mereka berdua duduk di meja makan. Stefan memakan pizza yang dibawakan dengan enggan. Adrian hanya mengamatinya dengan lekat.

"Sekarang kau bisa menceritakan semuanya padaku"

"Tak apa, aku tidak mau menceritakan semuanya padamu"

"Ayolah, aku adikmu. Aku berhak mengetahui masalahmu Stef. Berceritalah.."

Akhirnya Stefan membuka mulut untuk menceritakan semua. Adrian menjadi pendengar yang setia saat ini. Stefan tak bisa lagi menahan tangisnya. Adrian dengan sigap memeluk kakanya. Ia juga ikut menangis karena merasakan apa yang kakaknya rasakan. Pertalian darah yang sudah merasuki jiwa membuat ia merasakan apa yang dirasakan oleh Stefan.

"Apa kau yakin itu Darren"

"Seratus persen aku yakin itu dia. Lelaki jalang, entah apa maksudnya ia melakukan itu."

"Tapi Stefan, aku tak percaya kalau dia melakukan itu padamu"

"Jadi kau kira aku berbohong."

"Tidak Stef, aku percaya padamu. Hanya saja, aku kira Darren adalah orang yang baik. Akan kucoba untuk menanyakan apa yang sebenarnya terjadi kepadanya"

Winter SadnessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang