Chapter 27

1.8K 119 12
                                    

AUTHOR P.O.V

Kedua adik kakak itu kembali berjalan beriringan. Stefan menggandeng Adrian dengan erat seperti tak mau lepas. Hatinya begitu senang setelah mengutarakan semuanya. Stefan seperti kembali mendapatkan semangat hidupnya. Berbeda dengan Adrian yang masih terkejut. Semenjak tadi, ia tak berbicara. Hatinya bertanya-tanya apakah yang ia lakukan tadi salah atau tidak. Ia kembali memikirkan Evan, bagaimana jika Evan tahu kejadian tadi. Apakah Evan akan marah dan meninggalkannya. Memikirkannya saja ia sudah merasa sangat sedih. Ia ketakutan. Namun di sisi lain, ia nyaman dengan apa yang terjadi. Ia merasakan sensasi yang sama dengan sensai yang ia rasakan ketika bersama Evan.

Saat ini, hatinya sedang bergemuruh seperti ombak di lautan. Ia gelisah dengan perasaan yang kini hinggap di hatinya. Perjalanan ke rumahnya masih jauh, dan Adrian mulai merasa kelelahan. Minuman yang ia pegang kini sudah habis. Stefan mengambil itu dari tangannya dan ia membuangnya.

"Tunggu" kata Stefan.

Ia menyodorkan tas yang ia gendong di punggungnya pada Adrian. Dengan wajah kebingungan Adrian menerima dan memakainya. Lalu Stefan berjongkok di hadapan Adrian.

"Apa yang kau lakukan?"

"Kau pasti kelelahan, jarak dari sini ke rumah masih jauh. Ayo aku gendong"

"Aku bukan anak kecil Stef, aku masih kuat untuk berjalan."

"Ayolah, sejak kecil aku belum pernah menggendongmu. Jadi izinkan aku menggendongmu malam ini. Kau mau kan?" Stefan berbicara sambil menepuk pundaknya.

Jantungnya kembali berdebar. Dengan sedikit ragu ia naik ke atas punggung kakaknya. Dengan sekali angkat, kini Adrian sudah berada di atas punggung Stefan.

"Sepertinya kau harus mulai olah raga minggu depan. Badanmu sangat berat sekali."

"Kalau begitu turunkan aku, aku tak mau kau keberatan"

"Hahaha.. aku hanya bercanda. Kau lebih enteng dari apapun. Lingkarkan tanganmu dileherku, aku tidak mau kau terjatuh"

Adrian menurut, lalu Stefan berlagak seperti orang yang tercekik. Adrian terkejut.

"Apa itu terlalu erat? Maafkan aku"

"Aku hanya bercanda" Stefan tertawa lepas.

Adrian memukuli punggung kakaknya kesal.

*****

Evan masih menatap nanar layar kaca ponsel milik Carina. Saat ini, mereka sedang duduk berdua di dalam mobil. Carina sudah menunjukkan foto yang ia ambil tadi. Foto tentang kemesraan antara Adrian dengan Stefan. Hati Evan sedikit koyak, namun ia terus meyakinkan bahwa foto ini hanyalah sebuah kebongakan yang dilakukan oleh Carina untuknya.

Evan melemparkan ponsel itu pada Carina dengan kesal. Wajahnya berubah menjadi penuh dengan amarah.

"Apa maksudmu menunjukkan foto itu padaku? Kebohonganmu ini tidak akan menghentikan langkahku untuk mencintai Adrian. Kau keterlaluan Carina"

"Siapa yang keterlaluan? Aku atau kekasihmu? Jelas-jelas foto itu menunjukan bahwa ia memang benar-benar selingkuh dengan kakaknya sendiri. Kenapa kau tidak percaya Evan?"

"Ah sudahlah, sebaiknya kita cepat pulang. Aku sudah lelah"

Tanpa berbicara lagi, Evan memacu mobilnya pulang.

Selama dalam perjalanan pulang, hatinya terus berdebar. Impresinya melayang membayangkan foto yang baru saja ia lihat. Apakah itu benar-benar Adrian? Jika iya, pasti ada sesuatu hal yang membuatnya melakukan seperti itu. Stefan yang memintanya. Aku yakin Adrian masih mencintaiku. Ucapnya dalam hati.

Winter SadnessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang