Chapter 15

2.3K 142 3
                                    

Stefan P.O.V

Pagi ini aku kembali terbangun dengan kadaan diriku sedang memeluk Adrian. Ia masih terpejam, nafasnya masih teratur. Semalam ia terbangun hanya untuk mendengarkan cerita dari Darren.

Berbicara masalah Darren, entah kenapa aku sudah mulai melupakannya. Aku menjadi tak perduli dengan yang ia lakukan terhadapku. Apa yang dikatakan oleh Adrain semalam ada benarnya, aku harus berbicara empat mata dengan Darren untuk menjelaskan semuanya.

Aku mencoba untuk mengubah posisi Adrian yang masih tertidur pulas di dadaku. Namun ketika aku bergerak sedikit saja dia melengguh protes. Kucoba untuk menggeserkan kepalanya sedikit demi sedikit ia malah terbangun. Awalnya ia menyipitkan mata, lalu ia mulai membuka matanya perlahan-lahan.

"Sudah siang ya?"

Ia bertanya dengan manis.

"Baru saja jam dalapan pagi. Tidurmu nyenyak sekali"

Adrian bangkit lalu meregangkan tubuhnya. Terdengar suara gemeretak dari sendi-sendi tulangnya.

"Sepertinya posisi tidurku salah. Rasanya sakit sekali"

"Sepanjang malam lenganmu melingkar di tubuhku. Kau tertidur sambil memelukku Adrian"

"Benarkah?"

Wajahnya kembali memerah. Aku gemas dibuatnya. Lalu ku cium pipinya, kali ini ia diam saja dan malah tersenyum.

"Mau sarapan apa pagi ini?"

"Apa saja. Yang penting makanan itu buatanmu"

"Di kulkas hanya ada telur dan sosis. Persediaan makanan kita sudah habis Stef. Aku harus belanja lagi"

"Sediakan saja apa yang ada. Sore nanti setelah selesai kuliah kita pergi ke super market. Bagaimana?"

Adrian mengangguk dan pergi menuju dapur meninggalkanku sendiri di kamar.

Author P.O.V

Stefan sedang duduk sendiri di kursi taman. Sambil mengunyah permen karet ia mengedarkan pandangan, mencari sosok Darren yang tak kunjung datang. Sempat ada rasa kesal dan putus asa karena sudah tiga puluh menit ia tak menemukan sosok Darren disana. Namun akhirnya Darren tiba. Ia berjalan dengan lesu menuju Stefan. Saat melihat Stefan, Darren melambaikan tangan sambil tersenyum. Tapi Stefan masih tetap dengan pandangan dinginnya.

"Maaf sudah membuatmu menunggu lama" ujar Darren sambil terus memberikan senyumnya.

"Terima kasih karena kau masih mau menemuiku Stefan"

"Jangan senang dulu. Duduklah, aku ingin berbicara padamu"

Mereka berdua duduk berdampingan. Semilir angin musim semi berhembus diantara mereka berdua. Mencoba mengisis kekosongan yang mulai terasa diantara keduanya.

"Aku sudah mendengar semuanya semalam"

"Adrian sudah menyampaikannya padamu?"

"Tidak, aku mendengarnya sendiri. Jadi ternyata kau lebih memilihnya daripada aku"

"Tapi Stefan.."

"Cukup, aku tahu alasannya. Maka dari itu akan kulepaskan kau sekarang juga. Demi keamanan dirimu"

"Maksudmu?"

"Ya, hubungan kita berakhir. Kau dan aku sekarang hanyalah teman biasa. Anggap saja aku tak pernah ada di kehidupan cintamu"

Winter SadnessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang