Chapter 29

2.1K 115 15
                                    

Isak tangis yang terdengar itu membuatnya terbangun. Stefan mengucek matanya lalu melihat Adrian sedang bertekuk lutut dekat nakas di samping ranjang. Dengan rasa kantuk ia bangun dan menghampiri Adrian.

"Kenapa kau menangis? Kau terjatuh dari ranjang?"

Adrian memandangnya, lalu menunjuk aquarium kecil yang ada di atas nakas. Aquarium tempat Bernie. Ia mengecek aquarium itu lalu melihat bernie tak bergerak. Setelah diperiksa, ternyata kura-kura itu telah mati.

"Saat aku melihatnya, ia sudah mati" kata Adrian masih dengan isak tangisnya.

Stefan lalu menyimpan lagi kura-kura itu dalam aquarium. Ia duduk di samping adiknya.

"Kau lupa memberi makan?"

Adrian mengangguk, "Ini salahku" katanya.

Stefan mengarahkan kepala Adrian agar bersandar padanya.

"Sudahlah jangan menangis, kita beli lagi kura-kura ok?"

"Tapi itu pemberian Evan untukku. Aku sudah berjanji untuk merawatnya. Tapi aku malah menelantarkannya."

Mendengar nama itu, Stefan terdiam sejenak.

"Jangan menangis lagi ya, tangisanmu itu tidak akan membawa Bernie hidup kembali. Sekarang kita buang saja dari aquarium. Dia akan membusuk jika terus dibiarkan."

"Jangan dibuang, kumohon. Aku akan menguburkannya saja"

"Ya sudah, ayo kita kuburkan di halaman depan."

Mereka berdua berdiri, lalu Adrian membawa aquarium itu dalam pelukannya.

Stefan menggali tanah tidak terlalu dalam. Adrian sudah membungkus Bernie dengan tisu beberapa lapis. Ia masih saja menangis meskipun sudah beberapa kali Stefan menenangkannya. Stefan mengulurkan tangannya hendak mengambil bernie dan menaruhnya di tanah yang sudah digali.

"Aku saja"

Kata Adrian sambil maju beberapa langkah mendekati tanah yang sudah kakaknya gali.

"Maafkan aku karena tidak mengurusmu dengan baik. Aku sangat menyesal telah menelantarkanmu Bernie"

Adrian menyimpan bangkai Bernie di tanah yang telah digali tadi. Stefan segera menutup kuburan kecil itu. Setelah lubang itu tertutup, ia mengangkat kakinya untuk meratakan tanah yang telah digali.

"Hish.. apa yang akan kau lakukan euh? Kau mau menginjak bernie?"

"Adrian, ayolah dia sudah mati. Aku hanya ingin meratakan tanahnya."

"Tidak, jangan gunakan kakimu. Biarkan aku saja yang melakukannya."

Adrian lalu menangkupkan kedua tangannya di atas tanah. Ia menekan-nekan tanah itu hingga akhirnya rata.

"Sudah selesai kan? Ayo kita masuk. Udara di luar sudah mulai sangat dingin. Nanti kau bisa terkena flu. Aku tak mau kau sakit" Stefan mengelus lembut kepala Adrian. Adrian mengangguk mengiyakan.

Stefan merangkul adiknya sambil berjalan masuk ke dalam rumah.

*****

Sudah dua minggu semenjak bertemu dengan Carina, Stefan terus berusaha untuk lebih dekat dengan Adrian. Ia sudah membuat keputusan bahwa Adrian harus menjadi miliknya. Meskipun begitu, ia tetap tidak ingin terang-terangan. Ia akan merebut Adrian secara perlahan. Dimulai dengan membuat Adrian merasa nyaman dan tergantung padanya. Apa yang telah ia lakukan berhasil, kini Adrian sudah merasa tidak canggung ketika harus tidur satu ranjang dengan Stefan. Bahkan beberapa kali Stefan memeluknya, Adrian membalas pelukan itu. Ia senang dengan progresnya. Apakah Adrian akan putus dengan Evan nanti tak begitu ia pikirkan. Jika memang mereka tidak kunjung memutuskan hubungan juga, Stefan tetap akan berusaha. Ia ingin menjadi tempat berlabuh adiknya ketika merasa sedih atau merasa membutuhkan seseorang.

Winter SadnessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang