SATU : Songong Tapi Cogan.

1.4K 70 7
                                    

Pukul 7 tepat, para senior mengumpulkan adik tingkatnya untuk melakukan ospek. Mulai dari jurusan apa dan fakultas apapun.

Sama seperti dengan perempuan cantik berkulit putih dan bertubuh tinggi ini, ia berlari ke halaman utama dengan tergesa-gesa.

"Gilak, gue bingung ini harus gimana. Apa yang lupa ya? Kok ngrasa ada yang kurang sih." Gumamnya sendirian sambil masih berlari.

"Bodo amat gue udah di sini. Hukum ya tinggal hukum." Desisnya acuh.

Di halaman utama sudah di isi para mahasiswa-mahasiswi baru pada tahun ini. Semuanya menggunakan perlengkapan opsek yang telah ditetapkan.

"Baris yang rapi. Bagi yang salah atau galengkap atributnya silahkan keluar dari barisan dan buat barisan sendiri." Ucap sang senior dengan menggunakan microphone.

"Gue udah belum sih?" Ucap perempuan tadi menggumam sendiri. Ia masih saja merasa ada yang kurang darinya. Namun ia juga masih bingung apa yang kurang.

Ia memutar bola matanya malas. "Udahlah, lagian gue kira udah lengkap." Dia menetralkan degupan jantungnya. "Topi udah, name tag udah, baju putih udah, rok item udah, kaos kaki putih panjang udah, sepatu item udah. Udah semua kan? Iya udah kok." Putusnya optimis.

"Heh kamu?" Panggil salah satu senior yang berkeliling mengecek atribut mahasiswa-mahasiswi baru.

"Gue?" Perempuan itu menunjuk dirinya sendiri. "Eee buset ganteng gini." Lanjutnya dalam hati.

"Siapa lagi?" Senior itu balik bertanya.

"Ya kira kan bukan gue ya gue juga ga tau. Gu..." Perkataan perempuan itu dipotong.

"Saat ini mau upacara pakai panggilan saya dan kakak, atau bagi teman saya dan kamu." Potong senior itu sinis.

"Aisshhhh." Perempuan itu mendengus.

"Oke, siapa namamu tadi?" Senior mengernyitkan dahinya. Melihat bagian dada dari perempuan itu.

"Byuntaeeeeee!!!!!" Teriak perempuan itu keras-keras. Byuntae adalah bahasa Korea dari mesum.

"Mengapa kau melihat seperti ituu??" Sungut perempuan itu. "Tidak sopan! Kau menjijikkan!"

"Heh! Jangan ge'er. Siapa juga yang mau melihat-lihat. Saya melihat name tagmu. Buang jauh-jauh pikiran kotormu itu." Senior itu berdesis.

"Raisa." Jawabnya ketus. Namanya, Raisa.

"What?" Senior itu meminta pengulangan, membuat Raisa berdecak.

"Tidak ada pengulangan." Ucap Raisa bersungut.

"Saya perlu. Ulangi. Siapa namamu, perempuan byuntae?" Senior itu menyeringai.

"Mengapa malah kau yang menyebutku byuntae? Kau yang byuntae!" Raisa memaki-maki senior nya.

"Apa? Kok saya? Siapa yang menuduh yang tidak-tidak ketika saya hanya ingin melihat name tagmu? Siapa ha siapa?" Desis sang senior memicingkan matanya.

"Ya! Namaku Raisa, dan tidak ada pengulangan lagi." Raisa memutar bola matanya kesal.

Devan diam sejenak. "Raisa." Gumamnya. Raisa mendongak sengit.

"Aku tak memanggilmu." Jawab senior itu tak kalah sengit. "Namaku Devan."

"Sayangnya satu." Raisa menyeringai. Lalu cekikikan.

"Ga-na-nya." Jawabnya menang. Devan mendesis.

"Sudah. Kau dihukum. Ikut saya." Putus Devan dan berjalan menuju barisan makhluk-makhluk terlambat dan makhluk- makhluk tak beratribut lengkap.
Raisa diam, membuat Devan menengok ke belakang. Mendapat Raisa yang masih diam seperti patung. Devan kembali. "Mengapa diam? Ikut saya!"

You Will Leave Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang