SEPULUH : Waiting Someone?

695 25 0
                                    

Hanya karena aku sendiri dalam menunggu. Bukan berarti aku menyerah tanpa temu.
- Devan -

Devan melajukan motornya menuju rumah, Ia telah mengantar Raisa ke apartment nya. Sekarang Ia harus ke rumah, menghadapi orang tuanya lagi.

Bukan salah Devan jika Ia tidak mau mengikuti perintah Aryo. Devan memang tidak mau, bisnis bukan kelebihannya.

Devan memasuki pekarangan rumahnya yang cukup sepi. Hanya ada satpam di depan rumah yang dengan sigap membukakan pintu gerbang untuknya masuk.

Begitu masuk dalam rumah. Devan semakin muak melihat ekspresi Aryo yang menatapnya tajam. Seperti ingin memaki habis-habisan.

"Gausah liatin kaya gitu, Pa. Devan gasuka." Ucap Devan dingin sambil berjalan menuju ke kamarnya.

Aryo hanya menghembuskan nafas kasarnya. Dan kembali fokus pada koran yang sedang dibacanya tadi.

Devan membanting tubuhnya ke atas tempat tidurnya. Mengambil ponsel dari sakunya dan membuka aplikasi yang ada.

Dibukanya aplikasi LINE di ponselnya.

Devan N. : tft byuntaee!! Makasih Gue kehibur sama kegokilan lo.

Tak lama kemudian ponsel Devan berdering. Notif dari seorang yang tadi Ia kirimi pesan.

Raisa Banindya : Gue nggak byuntae.

Devan hanya tersenyum geli melihat jawaban Raisa.

Devan N. : hihi bercanda, Sa.

Raisa Banindya : Gue tau.
Raisa Banindya : tft juga yaa

Devan merasa terbang hanya karena melihat jawaban dari Raisa itu.

Devan N. : hooh
Devan N. : Lagi ngapain lo?

Raisa Banindya : makan. Laper.

Devan N. : demen banget makan.

Raisa Banindya : laper aja.

Devan N. : lo mah apa apa jadi laper.

Raisa Banindya : udah untung ga baper sih. Wkwk

Devan N. : bisa saja kau.

Raisa Banindya : udah dulu ya. Gue mau ngerjain tugas. Besok kuliah pagi lagi. Mantavvv-,-

Devan N. : selamat belajar deh Kalo begono.

Raisa Banindya : ya mksh.

You Will Leave Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang