TIGA : Budak.

841 61 8
                                    

Raisa sedang menikmati perjalanan ke kampusnya dengan cara menghirup udara kota. Ospek hari kedua harus ia jalani kali ini. Tentunya, bertemu dengan semua orang yang masih ia anggap asing. Termasuk Devan?

Ia memasuki kelasnya dengan langkah santai. Memakai baju putih, rok hitam, topi, name tag, kaos kaki putih, sepatu hitam, dan tak lupa ia mengepang rambutnya.

"Rais, kemaren ga dikasih pengumumam apa-apa kan?" Sisca langsung menyerbu Raisa dengan segelintir pertanyaan.

"Enggak." Jawab Raisa singkat namun sudah membuat Sisca manggut-manggut.

"Kemaren pulang sama siapa?" Sisca membuka topik pembicaraan baru.

"Devan." Raisa masih menjawab singkat dan berusaha tidak terlihat excited di depan teman barunya ini.

Alih-alih menjawab, Sisca malah membuka rahangnya lebar-lebar dengan tatapan melongo.

"Awas laler masuk deh, sis." Raisa cekikikan dibuatnya.

"Raisa! Gue ga bercanda sama lo. Jangan ngajak gue bercanda." Sisca masih tidak percaya dengan jawaban Raisa tadi.

"Lah? Terus gue harus jawab apa kalo emang itu jujur?" Raisa semakin geli dengan perbuatan Sisca.

"Gini deh gini." Sisca menarik nafas panjang-panjang. "Yang gue liat, lo kemaren nunggu bis di halte depan kampus. Engga nunggu Devan layaknya nunggu gojek ya."

"Dia yang nawarin ke gue tebengan. Pake embel-embel 'kalo ujan baju putih lo basah, siap-siap jadi tontonan.' Gimana ga nolak deh lo?" Raisa mengerucutkan bibirnya.

"Tapi lo seneng kan?" Sanggah Sisca. Raisa mengatakan iya dalam hati. Namun, ia terlalu munafik untuk mengatakan itu.

"Ih. Jijik."

"Sampe lo suka sama dia awas aja lo." Sisca masih cekikikan sendiri.

"Ya gatau sih." Kalimat itu berhasil lolos dengan mudah dari mulut Raisa. "Tapi enggak lebih tepatnya." Ralatnya.

"Uluh-uluh. Ati-ati aja siapa tau jadi demen beneran." Sisca berbisik sebelum Raisa keluar kelas.

⚫⚫⚫

Devan mencari tahu dimana keberadaan perempuan yang akan disantapnya kali ini.

Disantap? Lah di pikir apaan.

Ya, karena ia akan mengentaskan semua hukuman pada perempuan itu. Ia benar-benar merasa menang sekarang.

Devan sendiri sudah mencari ke segala penjuru kampus, namun belum juga menemui dimana keberadaan perempuan itu.

"Gue udah cari lo ke semua tempat. Kecuali toilet cewek sih." Gumamnya sendiri. Kesal. Itulah yang ia rasakan saat ini.

"Masa iya sih gue harus ke toilet cewek, absen satu-satu setiap bilik di sana." Devan masih menggerutu konyol. "Yang ada, gue belum masuk aja udah dikeroyok masa." Devan mendecak.

Devan pun sudah memasuki kelas milik Raisa. Bukan nya ia menemukan Raisa. Justru ia malah bertemu dengan fans yang anarkis menurutnya.

Bagaimana tidak?

Sebanyak 1234 mahasiswi telah mengiriminya surat yang Ia berpikir bahwa mereka semua hanya copy-paste . Dari semua yang mengiriminya surat, intinya selalu sama.

'Kakak ganteng. Aku ngefans.' Bukannya senang dengan kalimat itu, Devan malah harus mengatur rencana untuk menjauhi makhluk-makhluk seperti itu.

You Will Leave Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang