Devan menutup pintu kamarnya. Sebelum itu gebrakan pintu penuh amarah Ia puaskan. Ia benar-benar tak kuasa menahan emosinya karena ucapan seorang Aryo.
Papa Devan itu memang selalu mengekang hidup Devan. Devan harus ini, Devan harus itu. Semua adalah keputusan Aryo.
Devan sudah lama ingin mengutarakan semuanya. Terlebih karena Devan adalah anak tunggal yang tidak punya siapa-siapa untuk bercerita. Ia hanya punya Reno. Hanya Reno.
Devan membanting tubuh nya ke tempat tidur King Size miliknya. Ia benar-benar muak dengan semuanya. Terkadang jika Ia lupa diri, Ia bisa menangis dalam diam.
Tok tok tok!
Pintu kamar Devan berbunyi. Tak salah lagi, kalau tidak Dewi, itu pasti Aryo.
Dan benar, Dewi masuk kamar Devan dengan tatapan dingin.
"Mama sama papa cuma pengen kehidupan kamu terjamin, Dev. Bukan nya mau mengekang kamu." Ucap Dewi sembari duduk di samping Devan.
"Devan nggak perlu emosian kaya gitu." Lanjut Dewi.
"Devan ikutin keinginan Papa ya? Itu yang terbaik buat Devan." Kali ini Devan benar-benar geram dengan ucapan Mamanya.
"Ma, Devan bukan anak kecil lagi. Mama tau kan Devan nggak suka disuruh ini disuruh itu seenaknya? Mama tau kan kalo Devan enggak suka dunia bisnis. Mama tau kan cita-cita Devan mau jadi dokter. Mama tau kan?" Devan sedikit lepas kontrol.
"Iya, sayang, iya. Tapi Papa kamu juga maunya kamu ke bisnis. Turutin Dia ya, Dev." Dewi terlihat memohon pada anaknya itu.
"Maaf, Ma. Kedepannya itu juga keinginan Devan. Devan juga punya cita-cita. Bukan Papa aja yang punya keinginan. Devan juga punya." Sahut Devan dengan dingin.
"Tapi? Mama mau yang terbaik buat kamu, sayang." Dewi masih gencar untuk meluluhkan hati anaknya itu.
"Ma, Devan paling nggak suka dipaksa." Devan menghembuskan nafasnya kasar. "Mama keluar aja, Devan mau istirahat."
Mendengar itu, Dewi akhirnya keluar kamar Devan dengan berat hati. Perasaan nya campur aduk antara harus membela suaminya atau anaknya.
Devan membaringkan tubuhnya kembali. Emosi nya benar-benar tak terkontrol. Andai saja Ia tak berdebat dengan orang tuanya. Pasti keadaan akan lebih baik saat ini.
Sumpah, hidup Gue gini amat, ya Lord.
Devan mengambil ponselnya dari saku celananya. Ia membuka aplikasi LINE miliknya.
Dilihatnya dengan tidak percaya. Melihat hal sederhana yang membuatnya tak bisa menahan senang.
Raisa Banindya add you as friend.
Dengan hati yang membara Devan tersenyum dan berniat mengirim pesan untuk Raisa.
Devan N. : P
Devan N. : P
Devan N. : P
Devan N. : P
Devan N. : P
Devan N. : PRaisa Banindya : idih spam.
Raisa Banindya : apa?Melihat jawaban Raisa, Devan dengan hati yang sedang senang karena Raisa menjadikannya teman di line, ia mendapat ide untuk menggoda Raisa.
Devan N. : apaya?

KAMU SEDANG MEMBACA
You Will Leave Me?
Fiksi Remaja#576 in teen fiction - 22 Juli 2017 #503 in teen fiction - 23 Juli 2017 #968 in teen fiction - 23 Juli 2017 #562 in teen fiction - 24, 25 Juli 2017 Berawal dari Ospek hari pertama yang mengharuskan seorang Raisa Banindya Laksana dihukum harena ketid...