"Seneng gue gendong?" Ucap seseorang dari arah kanan.
"Idih." sanggah Raisa.
"Oh, tapi gue tau kok kalo lo seneng gue gendong." Ucap Devan masih dengan sombongnya.
"Idih." Raisa melontarkan jawaban yang sama. Sisca malah kebingungan melihat tingkah laku mereka berdua.
"Gue mau pergi. Gue bingung jadi nyamuk tu gimana. Tolong ngerti ya, gue pamit." Celoteh Sisca berpura-pura marah.
"Sono pergi aja." Jawab Devan dan Raisa bersamaan.
"Wanjir! Cocok memang." Sisca bergumam lalu pergi dengan cekikikan.
Diam. Devan dan Raisa hanya diam. Mereka diam dengan tampang sebal masing-masing.
"Lo masih pusing?" Tanya Devan tiba-tiba.
"Sok peduli deh lo." Raisa mengqcuhkan pertanyaan Devan.
"Ge'er." Jawab Devan tak kalah acuh. Mereka kembali diam. Devan duduk di kursi dekat meja obat.
"Kalo emang udah sembuh gue mau ngasih hukuman ke lo. Jadi, gausah lama-lama di sini kalo mau cepet-cepet sama gue." Devan menyeringai tajam.
"Ge'er." Raisa memutar bola matanya malas. "Lah bentar deh!" Raisa mulai kebingungan dengan kalimat Devan. "Kok sama lo?"
"Rahasia deh." Jawab Devan cekikikan. "Makanya cepet sembuh." Devan tersenyum SOK manis. Lalu tiba-tiba mengubah ekspresi mengejek.
"Songong banget sih anjir!" Raisa emosi sendiri dengan pria yang mengajaknya debat ini. Raisa tahu, pria ini memang ganteng melebihi siapapun yang pernah ia temui. Tapi ya Tuhan, ia merasa sombongnya, songongnya, ge'ernya minta ampun.
"Emang songong." Devan kembali merasa menang atas ucapan nya.
"Terserah."
Devan berdiri. "Kalo lo belum sembuh, istirahat aja di sini. Sendiri gapapa kan? Gausah manja." Dia menyeringai.
"Gue ga manja!" Tandas Raisa.
"Ya terserah lo sih. Gue mau pergi. Urusan gue banyak." Devan berjalan keluar tenda.
"Siapa yang mau lo lama-lama di sini." Raisa merasa lega. "Hus-huss sanaaa!!" Raisa mengusir Devan dengan mengibas-ibaskan tangannya.
"Eitshhh!" Devan berbalik. "Kalo udah sembuh jangan lupa dateng ke gue. Inget! Hukuman lo di gue. Makanya jangan sok-sokan kalo di depan gue."
"Etdah yang sok-sokan itu elo, bocah!" Raisa mulai naik pitam.
"Oh y?" Devan usil.
"Terserah!"
"Udah gue pergi beneran. Istirahat deh lo. Biar gue bisa cepet ngehukum lo." Devan melambaikan tangannya dengan sombong dan pergi keluar tenda.
"Makhluk gila." Desis Raisa.
⚫⚫⚫
Devan berjalan menuju ruang rapat. Kali ini pada senior akan merapatkan kegiatan ospek hari kedua.
Di serambi kampus banyak sekali para kaum hawa yang tak habis-habis berceloteh ria tentangnya.
"Gila ganteng banget itu senior."
"Namanya Kak Devan. Biasanya kalo dia ga mood berkomunikasi, Dia bakal ngomong sedikit banget. Alias cuek."
"Oh ya? Takdir cogan gitu ya?"
"Tapi sumpah Kak Devan ciptaan yang sempurna."
"Tiada yang dapat kudustakan."
"Calon pacarku dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
You Will Leave Me?
Teen Fiction#576 in teen fiction - 22 Juli 2017 #503 in teen fiction - 23 Juli 2017 #968 in teen fiction - 23 Juli 2017 #562 in teen fiction - 24, 25 Juli 2017 Berawal dari Ospek hari pertama yang mengharuskan seorang Raisa Banindya Laksana dihukum harena ketid...