Dinginnya malam menyapu kerlingan bintang. Mengusapkan sunyi pada hati yang telah mati. Memori yang tak bisa ia lupakan dalam dirinya sendiri.
Kehilangan semuanya?
Mungkin itu kata yang tepat kali ini. Sahabat? Ia telah kehilangan sahabatnya, sendiri di sini bergelut dengan sepi. Keluarga? Bahkan Ia sendiri tak mengerti apa itu arti keluarga yang bahagia. Ya, setelah semuanya meruntuhkan pertahanannya perlahan. Namun itu pasti. Sangat menyakitkan.
"Nona, mau saya bikinin teh?" Seorang pembantu memasuki kamarnya. Berucap dengan sopan. Masih mengenakan baju serba hitam.
"Tidak usah. Terima kasih." Jawabnya dingin. Pembantu itu pergi tanpa menjawab ucapan sang Nona. Namun Ia begitu tahu bagaimana tersayatnya hati perempuan itu saat ini.
"Mama yang ngajak aku kesini. Mama yang pergi. Aku gasuka." Ucapnya pada bayangan sepi.
"Mama yang nyuruh aku kuat. Mama yang rapuh. Lagi, aku gasuka." Ia masih menatap lurus ke depan.
"Mama yang nyuruh aku cepet sembuh kalo sakit. Mama sendiri yang nyerah sama rasa sakit. Aku tetap ga suka." Kali ini Ia tertawa getir.
"Aku gamau sendiri, ma." Ia terisak tiba-tiba. "Aku mau mama." Ia meneteskan air matanya.
"Aku gamau kaya begini, ma." Ia jatuh ke lantai. Menghirup udara walaupun sesak yang Ia dapati.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Will Leave Me?
Teen Fiction#576 in teen fiction - 22 Juli 2017 #503 in teen fiction - 23 Juli 2017 #968 in teen fiction - 23 Juli 2017 #562 in teen fiction - 24, 25 Juli 2017 Berawal dari Ospek hari pertama yang mengharuskan seorang Raisa Banindya Laksana dihukum harena ketid...