The Day he hate

871 25 0
                                        

Hari Jum'at dengan seragam panjang, Pevita terlihat berjalan lemas. Masih ingin tidur di kasurnya, Pevita merasa lelah walaupun perjalanan ke Bandung hanya memakan waktu kurang lebih tiga jam. Dia tidak bisa menyalahkan suasana hatinya atau hormonnya yang tidak teratur belakangan ini. Bahkan, sekarang dia meminta Pak Bram untuk mengantarnya dan memaksa untuk menunggu Pevita sampai pulang sekolah. Ini hari Jum'at, sekolah akan pulang lebih cepat.

"Woy!"

Seseorang memukul bahunya, Pevita tersentak, dia menoleh ke belakang.

Melihat wajah itu tersenyum jahil, Pevita menggeram tak suka.

"Mau lo apa, sialan?!" Pevita berteriak, cukup mengalihkan beberapa orang yang berada di sekelilingnya.

"Eitss ... Santai, gue nggak ngajak ribut. Duh, kenapa sih adek gue yang satu ini? Suka banget marah-marah mulu."

Pevita menghindari tangan Revo yang mulai mencoba meraihnya, "Apaan sih lo? Gue nggak mau dipanggil adek! Udah, males gue ketemu lo!"

"Ntar dulu," ucap Revo, dia mencegah Pevita dengan meraih lehernya untuk dirangkul, "Gue kan mau ngomong sebentar."

Pevita berusaha melepaskan lengan Revo yang ada di lehernya.

"Bentar, kan gue sayang sama lo, Sepupu gue yang paling cantik. Bentar aja, gue butuh bantuan lo." Revo memaksa, dia mengencangkan rangkulannya dan Pevita masih terus berusaha melepaskannya.

"Lepasin dulu, Revo! Lo mau bunuh gue!"

Revo belum melepaskan rangkulannya, "Janji nggak kabur?"

Akhirnya Pevita hanya mengangguk.

Sebenarnya Revo ragu, tapi dia melepaskannya. "Gue mau ngomong sama lo soal Adiba."

"Wahh ... Sori, Vo. Itu pasti akan panjang banget ceritanya. Nanti aja pulang sekolah, gue baru masuk hari ini." Pevita mengacungkan jari telunjuknya, Meminta Revo untuk berhenti bicara.

"Iya juga, ya?" Revo terlihat berpikir. "Ya udah, lo bolos sama gue, yuk!"

"Sialan! Lo ngajak gue bolos, kalau kakak gue yang pintar dan berkompeten itu tahu gimana? Gak mau!"

"Alah, lo sok jaim banget, sih! Eh, kemaren udah gue bilangin Kak Stevan udah negur lu waktu pacaran sama Dylan---"

"Bodo! Itu mah dulu, sekarang gue udah jadi cewek yang baik." Pevita berlalu pergi.

Lelaki itu tidak menyerah, dia mencegat Pevita agar tidak terus berjalan.

"Ah, pergi nggak lo!" Pevita mendorong tubuh Revo agar menjauh darinya.

"Ya udah kalo nggak mau ngomongin sekarang! Pokoknya pulang sekolah nanti, gue ke rumah lo!" Revo berteriak karena jaraknya dan Pevita yang sudah cukup jauh.

Pevita terus berjalan, dia harus ke toilet dulu, dia tahu benar kalau rambut dan bajunya sudah berantakan. Sesampainya di dalam toilet, Pevita mengecek penampilannya. Dia menguncir ulang rambutnya, lalu membetulkan bajunya yang terlihat berantakan.

"Asik ... Gue ketemu Kak Dylan! Aduh gue nggak percaya, deh."

Tiba-tiba saja Pevita mendengar seseorang dari luar, suaranya ditahan agar pelan, tapi dia tetap mendengarnya.

"Lo tahu nggak, sih, soal Kak Dylan yang berantem sama Kak Rio."

Suara itu mendekat, Pevita yakin mereka anak baru. Ketika kedua perempuan itu masuk ke dalam toilet, Pevita yakin mereka murid kelas 10 baru.

"Kak Dylan berantem? Kok gue nggak tahu?"

"Yah, katanya ngefans sama Kak Dylan! Iya, dia itu suka sama Kak Jeje. Gue juga nggak tahu yang mana namanya Jeje. Kabarnya anak basket."

Return To DylanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang