Suasana kelas yang mulai ramai, Dylan masih membicarakan tentang konsep yang akan dia tampilkan bersama Shella. Meskipun dengan terpaksa, dengan emosi juga Dylan mengiyakan ajakan ini. Tadinya Dylan pikir Pevita akan ikut, jika Dylan telah mengajukan dirinya. Sama sekali tidak. Pevita kelihatan tidak tertarik dengan ini, atau dia benar-benar menjauhi Dylan. Memang siapa yang bilang kalau Dylan juga tertarik.
"Gini aja, ya?" tanya Shella setelah menggabungkan konsep mereka masing-masing.
Dylan mengangguk, lalu menarik kertas yang telah Shella coret. Mereka setuju untuk berbicara tentang ekonomi agraris. Bicara tentang pakaian adat yang telah disediakan oleh Kina nanti, semuanya sudah selsai dan Dylan mengangguk lebih yakin.
"Thanks, Dyl," ucap Shella dengan senyuman yang merekah. "Nanti kalau ada yang kurang pas, bilang gue aja."
Dylan mengangguk, "Nanti gue pelajarin aja."
"Dah, gue mau ke kursi, sebentar lagi bel." Pamit Shella.
Dylan tidak tertarik keluar kelasnya. Meski Bambang telah mengajaknya, begitu juga dengan ajakan Pras. Dylan hanya makan coklat yang tadi pagi dia beli.
Dylan memainkan game di ponselnya setelah itu, tidak tertarik untuk membaca pesan dari Pras atau Gio dalam room chat mereka. Dengan kelasnya yang mulai ramai juga tidak dipedulikan setelah dia mulai tenggelam dalam game. Dylan hanya memasang kuat-kuat telinganya agar dapat mendengar bel masuk.
"WOY! BESOK UPACARA TUJUHBELASAN! WAJIB DATENG LO SEMUA!"
Sayang sekali konsentrasi Dylan terganggu, suara Bambam datang berbarengan dengan suara bel masuk. Dylan mendesah kecewa, lalu segera keluar dari permainan itu. Kemudian keluhan-keluhan semua orang di kelasnya terdengar.
Dylan telah melihat Putra ada di sampingnya, cowok berkacamata dengan baju yang sangat rapih. Tidak termasuk culun juga, karena Putra orang yang mudah bergaul.
"Gio di depan kelas nungguin lo," ucap Putra saat bertemu Dylan.
Dylan terdengar berdecak, "Thanks, Put."
Kemudian Dylan beranjak dari kursinya untuk ke depan kelas dan menemui Gio yang sudah menunggunya.
"Dyl, Si Gio tuh!" seru Bambang yang telah berbicara pada Gio di depan kelasnya.
Dylan hanya mengangguk lagi.
"Elu ngapa kagak bales chat!" Gio langsung menyemprot begitu Dylan telah keluar. "Gue mau ngajakin lo pergi hari ini!"
"Males gue bacanya," jawab Dylan santai sambil bersandar pada pintu yang membuka. "Lo mau kemana? Gue bimbel!"
"Tumben lo inget bimbel," ucap Gio sinis, "Ada yang bikin semangat emangnya?"Gio melirik seseorang di belakang Dylan, dia tersenyum sendiri melihatnya. Hal yang sengaja Gio ucapkan tadi karena melihat perempuan yang sedang berjalan ke arahnya. Di antara tiga perempuan itu ada Pevita. Gio sudah tahu Dylan dan Pevita ada dalam satu kelompok di bimbel mereka. Tidak langsung dari Dylan, melainkan dari Pras. Gio juga tidak tahu dari mana Pras mengetahuinya.
Melihat Gio yang tersenyum aneh, Dylan lantas menoleh untuk melihat apa yang Gio lihat. Ah, senyuman Gio sangat membuat Dylan muak dengan melihat perempuan itu. Dylan memukul bahu Gio untuk menyadarkan orang tersebut.
"Cewek-cewek di kelas lo rajin-rajin banget, sih," ucap Gio dengan decakan kagumnya setelah melihat Kina, Pevita dan Tamara sedang mengangkat buku.
"Gioooo ...." teriak Tamara lalu berjalan sedikit lebih cepat.
Gio tersenyum melihat Tamara sedang berjalan ke arahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Return To Dylan
Teen Fiction[ON GOING] - UPDATE SETIAP SABTU Katanya, kalau balikan sama mantan itu ibarat baca buku yang sama. Endingnya sama. Bagi Dylan bukan. Dia ingin memperbaiki kesalahannya, kalau memang akan berakhir sama, setidaknya ceritanya berbeda. Dylan hanya tahu...