7

817 18 0
                                    

Jam istirahat ini rasanya sejuk sekali. Pelajaran sebelumnya adalah penjaskes, rasanya sangat lelah karena Pak Taufik masih punya dendam dengannya. Dari tadi Dylan merasa kalau Pak Taufik terus-terusan mengincarnya. Saat temannya menghitung push-up mereka 25, Dylan baru menghitung 15. Aneh rasanya. Makanya Dylan merasa sangat lelah. Setelah dia pergi ke kantin untuk menemui Pras dan Gio, Dylan pergi ke kelasnya. Menghampiri mejanya dan berteduh di bawah pendingin, rasanya badan masih gerah.

"Dylan," panggil seseorang, suara perempuan, Dylan belum juga menoleh, "Lo dicariin Ote."

"Kenapa?" tanya Dylan yang mengeluarkan ponselnya, mencari tahu apa Ote alias Shaleh sudah menghubunginya lewat pesan.

"Mau ngasih proposal buat bokap lo."

Dylan mengangguk, dia juga sudah membacanya. Benar, Ote sudah menghubunginya.

"Lo udah liat?"

"Iya, gue baru liat." Dylan menoleh pada yang bicara. Dylan menyipitkan matanya, dia mengingat siapa perempuan di sampingnya.

"Kenapa, sih, ngeliatin gue kayak gitu?" tanya perempuan itu dengan menundukkan kepalanya, pipinya terlihat merona. Lalu, Dylan mendengarnya bergumam, "Kayak mau ngajak balikan aja."

Dylan semakin heran. Balikan? Maksudnya mereka pernah pacaran gitu? Duh, Dylan aja nggak tahu siapa dia, gimana caranya ingat kapan mereka pernah dekat. Sifat ke-playboy-annya Dylan ini malah buat dia lupa siapa wanita yang pernah dia dekati.

"Kenapa, sih?" tanya perempuan itu lagi.

"Ah, nggak." Dylan kemudian diam sejenak, "Kalau mau nganter proposal langsung ke kantor bokap aja. Kalau nggak suruh Ote main ke rumah gue. Bokap gue pulang kalau sore, terserah, sih. Emang OSIS mau ngapain sih?"

Perempuan itu merogoh saku kemejanya, "Biasa, acara peringatan kemerdekaan."

"Oh, lu kesini cuma mau ngasih tahu itu aja?"

"Nggak," ucap perempuan itu dengan yakin, "Gue mau ngasih ini."

"Apaan?" Dylan heran dengan sebuah amplop yang diberikan perempuan itu.

"Gue mau kenalin Sassy sama lo," ucap perempuan itu, "Dia Siberian Husky gue, Om gue yang punya penangkaran anjing. Sassy lucu kok, coba liat aja. Lusa bokap lo udah lihat dan dia tertarik buat pasangin Sassy dengan Chloe."

Ah, Devi! Dylan baru ingat nama perempuan ini. Perempuan lain yang tahu Dylan memiliki Siberian, selain Ibunya dan Pevita. Jadi ini yang dimaksud Ayahnya.

"Oh, jadi ini yang mau bokap gue kenalin ke Chloe. Siapa tadi namanya?" tanya Dylan, perbincangan ini menarik, Dylan sampai menggeser duduknya agar lebih dekat dengan Devi.

"Namanya Sassy," ucap Devi mimik wajahnya lucu.

"Gue belum diceritain sama bokap gue gimana maunya dia, sih. Nanti kalau gue liat Sassy boleh?" kata Dylan.

"Boleh, sih. Gue tanya Om gue dulu. Apa mau lo aja yang nanya, nanti gue kasih kontaknya." Devi mengeluarkan ponselnya dari saku rok.

"Hari ini bisa gak?" Dylan bertanya dengan suara yang cukup keras, "Kita jalan bareng!"

Reflek. Sumpah. Dylan juga tidak mengerti mengapa dia mengucapkan hal itu. Ini semua berawal ketika dia melihat Pevita sedang berjalan bersama Kina, bersama-sama mereka tertawa.

Dylan merutuki kebodohannya di dalam hati. Akhirnya, dengan berpikir semua telah terjadi, dia melanjutkan semuanya saja. Mungkin dengan Devi tidak akan mengambil perasaan soal ini. Dylan janji hanya ini, setelah dia bertemu dengan Sassy, ini semua akan berakhir. Kalaupun nanti Chloe akan bersama Sassy, sikap Dylan pada Devi akan biasa saja.

Return To DylanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang