Bingung ini judulnya apa wkwk...
Langsung baca yaa...
Btw, thanks banget yg dari kemaren udah nunggu.
Terus ini sangat menarik ketika cerita ini sudah dibaca sebanyak 10K Times. Thanks i said for who voting this story'. Hehehe.****
Babak terakhir pada permainan basket hampir selesai. Dylan bersama teman-temannya dengan sombong berdiri tanpa ikut bermain dengan tim lawan. Mereka justru menyempatkan diri untuk duduk di tengah lapangan. Hal itu dilakukan hanya sebentar, seperti Dylan dkk ingin memberi kesempatan kepada tim lawan untuk mengejar skornya. Dengan gokilnya, mereka malah tertinggal skor. Tidak lama, mereka dapat menyusulnya lagi. Dylan dan teman-temannya saling bersorak senang.
Bahkan entah siapa, di Tribun banyak sekali yang menonton. Kebanyakan perempuan, Dylan sendiri dapat melihat laki-laki yang hanya sedikit. Sementara teman-teman satu kelasnya mendukung dari sisi samping lapangan, mengumandangkan yel-yel yang membuat semangat sekaligus mengejek tim lawan. Bambang adalah dalang dari teriakan-teriakan temannya yang menjadi supporter. Dylan juga melihat Pras bersama Bambang, sementara dia sudah kalah pada pertandingan sebelumnya.
Beda sepuluh point, Zaky yang menjadi partner Dylan malah memasukan bola basket ke ring sendiri, memberi point pada tim lawan. Dylan cukup kualahan melihat kelakuan teman-temannya, suara penonton tertawa terdengar mengisi lapangan indoor. Lalu, mereka menyusul lagi untuk mendapatkan point tambahan. Lagian, sih, lawan mereka kelas 10 yang emang beruntung aja bisa masuk sampai final penentuan juara, Dylan dkk jadi menyepelekannya.
Bunyi peluit terdengar, menandakan sudah selesainya pertandingan. Dylan, sih, tidak seheboh teman-temannya yang lain. Karena Dylan merasa lawannya kurang bagus untuk bermain. Tadi terasa lebih baik ketika Dylan mampu mengalahkan Rio yang notabenenya adalah Rivalnya sejak dulu.
"Anjir emang!" Pras memaki begitu Dylan tiba di hadapannya. "Gue jadi nggak kebagian ngelawan tim Lo!"
"Makanya jangan kalah!" Dylan meledek, dia meneguk air minum di botolnya.
"Gue mah sadar aja, kasian soalnya," ucap Pras dengan wajah yang menunjukkan rasa sedih. "Takut Lo kalah, makasih dong sama gue udah ngasih kesempatan!"
"Yee ... Belagu banget lu!" Bambang tiba-tiba saja ikut dalam perbincangan mereka, mendengar ucapan Pras mengganggu telinganya, "Udah kalo nggak bisa nggak usah main!"
"Lo juga futsal kalah, kan?" tanya Pras dengan belagu.
Dylan menggeleng-gelengkan kepalanya, memaklumi sifat asli Pras yang memang sering membuat orang naik darah.
"Kalo gue menang lo ngomong hal yang sama lagi," ucap Bambang mengingat Pras mengucapkan hal yang sama, "Gue mah biarin Lo seneng dulu dah."
Mereka tertawa saling melemparkan hinaan.
"Eh, Kina mana?" tanya Dylan pada Bambang yang mulai berbaur pada temannya yang lain.
Bambang nampak berpikir sebentar, lalu wajahnya menunjukan kalau dia telah mengingat sesuatu.
"Badminton!" serunya sambil berteriak. "Pindah, woy, pindah! Jadi supporter badminton sekarang!"
Dylan mengernyitkan dahinya. Jawaban Bambang bukan apa yang dia inginkan. Mungkin Kina sedang bermain badminton sekarang. Namun, Dylan seolah mengingat sesuatu yang dia lupakan.
"Ayo, Dyl!" Pras memukul bahunya, "Pevita lagi main, nih!"
Tuh, Dylan baru mengingatnya seolah ini adalah hal yang sangat penting.
Semua teman-temannya termasuk Pras berjalan menuju lapangan terbuka. Dylan mengikuti mereka bersama Pras yang merangkul pundaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Return To Dylan
Teen Fiction[ON GOING] - UPDATE SETIAP SABTU Katanya, kalau balikan sama mantan itu ibarat baca buku yang sama. Endingnya sama. Bagi Dylan bukan. Dia ingin memperbaiki kesalahannya, kalau memang akan berakhir sama, setidaknya ceritanya berbeda. Dylan hanya tahu...