"Kalian saya kumpulkan disini, karena kemauan kalian menjadi calon pengurus OSIS baru SMA HARAPAN BANGSA," ujar ketua OSIS yang akan mengalami masa re-orientasi, atau habisnya masa jabatan dan berganti dengan penerus selanjutnya.
Mereka dibariskan di bawah terik matahari yang cukup untuk memanggang roti. Vandita menatap sekelilingnya, hampir semuanya ia kenali. Pandangannya terarah pada barisan 10-IPA6, terlihat gagah cowok itu. Aldi, pria yang selalu memberi kode bagi Vandita agar membalas perasaannya. Tapi apa itu? Bukannya itu kurang gentle? Ia tak pernah mengungkapkan bahwa dirinya mempunyai satu rasa yang lain. Suka. Dan Vandita mulai sadar setelah Aldi pergi dari kehidupannya. Dilihatnya lagi barisan selanjutnya, dan terlihat sosok manusia berjambul yang sedang tersenyum riang.
"Ya Tuhan, begitu sempitnya dunia ini. Dia lagi? Apakah dunia ini hanya sebesar cupcake?" batin Vandita. "Setiap hari harus bertemu makhluk aneh itu?" ujarnya pelan.
Cowok itu sadar bahwa Vandita tau keberadaannya, ia langsung bersifat sok cool. Dengan baris tegap bak peserta paskibra.
"Dek, silahkan kalian semua berkumpul! Cari tempat yang teduh. Sedangkan kita akan menempelkan kertas berisi siapa yang lolos tes tahap pertama menjadi pengurus OSIS." ujar cewek yang berjabatan sebagai wakil ketua OSIS.
Setelah mendapatkan tempat yang teduh, mereka semua saling berjabat tangan satu sama lain sebagai tanda perkenalan,
"Van, semoga kita lolos ya," cowok berjambul itu menghampiri Vandita yang duduk sedikit menjauh dengan yang lainnya."Iya Aamiin. Eh iya, nama lo Irvan Mahardhika kan? Gue panggil Dika aja ya. Gue bingung, panggilan kita sama, Van." sembari menggaruk kepalanya yang sebenarnya tak gatal.
"Oh gitu, iya nggak masalah kok, kalau kamu manggil Dhika kan beda dari yang lain. Tapi Dhika pakai H ya! Jadi D-h-i-k-a. Oh iya Van, kalau panggilan kita aja sama, jangan jangan kita jodoh," seru cowok itu tanpa rasa bersalah.
"Aku juga manggil kamu Vandu aja ya, kalau Vandita kan kepanjangan. Lagian kamu nambah cantik kalau dipanggil Vandu," lanjutnya dengan mengada-ngada
"Hehe, lo bisa aja. Eh itu pengumumannya udah keluar. Gue lihat dulu ya," Vandita beranjak melihat daftar nama tersebut.
"Iya aku juga pingin lihat."
Dicarinya nama Vandita dari 106 nama yang ada pada kertas itu. Vandita Arrora, nomor 68. Dan Irvan Mahardhika di nomor 67. Kali ini ekspresinya datar. Ia sudah menebak bahwa cowok itupun lolos tes kali ini. Tapi tunggu, ia tak menemukan nama Aldi pada teks tersebut.
"Kita lolos Van," ujar si cowok berjambul dengan ekspresi biasanya. Entah itu manusia seperti apa, ekspresi senang, sedih, bingung, bahkan bahagia pun tetap seperti itu. Tersenyum riang. Siapa lagi kalau bukan Dika?
"Hehe, jangan seneng dulu Ka. Masih ada tes berikutnya!" Vandita tetap mengelak.
***
Hari ini mereka, calon pengurus OSIS baru akan mengikuti tes alam. Dikumpulkanya mereka di lapangan yang berbatasan dengan sawah. Mereka telah dibagi menjadi beberapa kelompok. Dan kali ini dewi fortuna memang berpihak pada Vandita. Dengan tidak membiarkan dirinya satu kelompok dengan Dika."Grup tengu." di namainya kelompok Vandita oleh kakak kelas yang terkenal jail dan suka berkata konyol. 'Tengu' nama hewan kasat mata yang hampir tak terlihat. Namun sangat terasa jika menggigit.
"Emang kakak tau, filosofinya tengu bagi organisasi kita?" ujar salah satu anggota kelompok.
"Loh, jangan salah dong! Gue udah pikirin itu semua. Tengu memang gak kelihatan, tapi kerjanya nyata. Sekali gigit langsung benjol," terangnya yang membuat Vandita tak bisa menahan tawanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berhenti Di Kamu
Teen Fiction"Kamu, adalah hal pertama, rasa pertama dan harapan pertama. Saat aku menginjak masa SMA." Berawal dari dimulainya pelajaran efektif untuk peserta didik baru yang sama sekali tidak menyenangkan, membuat Vandita jenuh dan memilih untuk pergi ke kant...