1. Irzan Gila!

3.9K 454 96
                                    

Tidak hanya di sekolah Irzan melancarkan aksi gilanya, rumahnya pun menjadi tempat yang sering Irzan lakukan aksi gila—mau sendiri, mau rame-rame sama Abizar dan Sandi.

Ditambah Irzan adalah anak tunggal. Papa dan Mamanya sibuk sendiri dengan aktivitasnya. Lagu Armada yang berjudul Pergi Pagi Pulang Pagi ternyata bukan tipuan belaka, karena sepertinya Papa dan Mama Irzan menganut sistem itu.

Bukan, Irzan bukan anak broken home yang haus kasih sayang orang tua, dia hanya haus kasih sayang dari seorang (Namakamu) Ayudia Zahran.

Teman sekolah, sekelas dan sebarisnya itu entah kenapa menarik lebih perhatiannya. Irzan akui, (namakamu) memang cantik dan menarik.

Bahkan bukan hanya dia saja yang menyukai (namakamu), di lain kelas pun banyak yang suka dengan gadis mungil dengan mulut yang lebar—asal ngomong—itu.

"Abang, pilih yang mana, Perawan atau Janda? Perawan memang menawan, Janda lebih aduhaiii…🎵"

Irzan yang sedang asyik menyisir rambut messy miliknya segera berlari ke arah balkon, dia melongok ke bawah.

"Parah nih Mang Daud! Pagi-pagi udah dangdutan!" teriak Irzan membuat Mang Daud—tukang kebun—menghentikan memotong rumputnya.

"Maaf Kang Irzan," Mang Daud menunduk, mematikan radio yang menyetel lagu dangdut milik Cita Citata tadi. "Keberisikkan ya?"

"Ye, bukan! Nyalahin lagi Mang!" perintah Irzan. "Maksudnya kalo dangdutan, ngajak-ngajak gitu!" Irzan dan Mang Daud sama-sama tertawa.

Bukan Irzan namanya jika turun dari lantai dua rumahnya dengan cara normal. Dia lebih memilih duduk di pegangan tangga yang terbuat dari kayu.

Sensasi licin dan sedikit hangat karena bokongnya tergesek dengan kayu itu menjadi kesenangan tersendiri bagi Irzan.

Walau tidak jarang, saking keasikkan meluncur. Irzan tidak sadar jika dia sudah menuju bawah.

"AAAAA. Aw, masa depan gue," ringis Irzan segera loncat dan mengusap bagian bawahnya yang terkena pegangan tangga berbentuk bulat.

"Kang Irzan! Kenapa lagi?! Aduh kan Mbak udah bilang berkali kali, kalo turun tangga yang normal aja, sekarang burung Kang Irzan jadi korban lagi kan?! Kasian atuh nanti calon istri Kang Irzan, masa terima barang rusak!" Mbak Valeri, Asisten Rumah Tangga atau ART di rumah Irzan sekaligus orang yang telah dia anggap sebagai Kakaknya sendiri, selain lumayan cantik—kalo dibandingin sama ART lain—dia sangat dewasa, membuat Irzan sangat nyaman.

Tapi Irzan rela kok membagi rasa nyamannya pada Mbak Valeri ke (namakamu).

Irzan mengecup pipi Mbak Valeri, membuat mulut wanita berumur 25 itu berhenti.

"Tuh kan diem, berarti kapan-kapan kalo (namakamu) ngomel sama gue. Gue cipok aja dia," gumam Irzan.

"Gak boleh maen cium-cium aja! Itu (namakamu) siapa lagi? Pacar Kang Irzan yaaaa?" Mata Mbak Valeri menyipit. Dia tersenyum penuh sirat jahat. "Aduu, perasaan baru aja kemaren Mbak masuk dan Kang Irzan masih bocah SMP, eh sekarang udah pengen lulus, udah punya pacar lagi."

Irzan menatap Mbak Valeri serius, lalu meraih tangannya. "Tenang aja Mbak, dirimu tetap ada tempat tersendiri di hati ini kok," katanya menepukkan tangan Mbak Valeri sebanyak dua kali di dadanya.

Mbak Valeri tersenyum. Memperhatikan anak majikannya yang semakin hari semakin tampan saja, ditambah kini kumis tipis miliknya mulai tumbuh. Membuat siapa saja gemas.

Mbak Valeri mencubit pipi kenyal Irzan. "Kapan-kapan bawa awewe yang namanya (namakamu) itu ke sini ya Kang,"

"Iya Mbak ya, tapi ini lepas dong, ah ntar kalo pipi Irzan melar, (namakamu) gak suka lagi deh sama Irzan," Irzan cemberut.

Time [Irzan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang