10. Hati yang Lembut

2.1K 370 29
                                    

(Namakamu) berdecak dan menggarukkan kepala memandang makanan yang masih tersisa banyak di meja, sedangkan perutnya kini sudah tidak bisa menampung mereka lagi. Ditambah Mbak Tika belum datang, duh gimana nasib nasi padangnya.

"Zan!"

Irzan hanya berdehem sambil melanjutkan memakan siomay dan batagornya.

"Gue gak mau tau ya, abisin semuanya! Gue udah kenyang!"

"Oke babe." Irzan mengedipkan sebelah matanya dan langsung bergerak cepat menghabiskan semua yang masih tersisa.

(Namakamu) speechless, dia tidak sadar bahwa daritadi mulutnya menganga sedikit melihat kelakuan Irzan yang baru pertama kali dia lihat.

Eee buset. Semuanya ludes borrr. Batagor, Siomay, Bakso, Mie Ayam, Fried Chicken, Es campur, Es duren. Alamak. (Namakamu) berdecak dalam hati.

Berbarengan dengan suapan terakhir es duren yang masuk ke mulut Irzan terdengar suara teriakkan anak kecil yang memanggil (namakamu) dengan suara imutnya.

"Kakakkkkkkkkkkk (namakamu)!" Bocah perempuan berumur tiga tahun yang berada di dalam gendongan Mbak Tika berteriak sambil mengulurkan tangannya menggapai (namakamu).

"Lalaaaaa!" (Namakamu) berlari menghampirinya dan langsung mengambil alih Akilla—dipanggil Lala—dari Mbak Tika.

(Namakamu) yang gemas langsung menciumi seluruh wajah bocah perempuan yang memiliki rambut hitam lurus, hidung dan bibir yang sama-sama kecil dan pipi yang chubby.

"Kak (namakamu)!!" Lala memprotes, balik memukul wajah (namakamu) dengan gemas.

"HAHAHA," (namakamu) tertawa dan menghentikkan aksi jahilnya. "Abisnya Lala lucu sih, gemessss pula."

"Tapi cakit tau!" Lala memprotes sambil mengerucutkan bibirnya yang mungil. Dia memang masih sedikit belum fasih dalam bicara.

(Namakamu) terkekeh. "Iya deh maafin Kakak ya, cantik."

Mbak Tika tersenyum saat kedua anak majikannya itu tersenyum. "Maaf Non, ini nasi padangnya," satu kantong plastik berwarna putih bening berisi nasi padang disodorkan ke (namakamu). "Ditaro di meja atau langsung Mbak buka trus taro piring."

"Aduh Mbak, aku udah kenyang," keluh (namakamu). Dia melirik Irzan yang terdiam memandangnya, entahlah apa yang sedang terjadi pada cowok itu. "Temen aku tadi bawain makanan banyakkk banget. Itu Mbak belinya satu atau dua?"

Diangkatnya kantong plastik di hadapan wajahnya. "Dua, Non, tadi kan Non bilang kalo ada—"

"Eh iya gapapa Mbak, itu nasi padangnya buat Mbak sama anak Mbak aja. Siapa itu namanya?" (Namakamu) mencoba mengingat nama anak Mbak Tika yang sering diceritakan oleh ARTnya itu.

"Buat Atan maksudnya Non?" Wajah Mbak Tika terlihat ceria.

"Nah iya, Atan. Udah Mbak bawa pulang aja ya," (namakamu) tersenyum seraya menaikkan tubuh Lala yang merosot dalam gendongannya.

"Aduuuu, makasih Non, eh ini kembalian—"

"Eh, gak usah Mbak, buat Mbak aja."

"Aduuu, makasih lagi ya Non," Mbak Tika mengangguk, tersenyum seraya menggenggam uang kembalian. Setelahnya dia melirik sosok laki laki yang sedari tadi tak berhenti menatap (namakamu) kagum. "Pacarnya ya Non? Aduh, Non (namakamu) cantik, pacarnya ganteng, perpek lah. Mbak doain langgeng ya sama Mas gantengnya."

"Aminnn Mbak, makasih doanya, duh tersipu saya," Itu bukan (namakamu) melainkan Irzan. Cewek itu segera melirik Irzan tajam 'maksud-lo-apa-anjir?'

Time [Irzan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang