14. Kegagalan Pertama

1.5K 234 18
                                    

baca baik-baik, jgn ada yg di skip: bikos ini arjen a.k.a penting. gue gak php kok, di bawahnya emg bnr bnr ada next partnya.
maafkan dg sikap dan sifat gue yg labil. gue cuma mau bilang, disini enka sama irzan-nya tukeran pembantu yaaa. maksud gue, pembantunya irzan, yg namanya valeri itu kerja di rmh enka (ceritanya) dan tika jadinya di rmh irzan.

gue ubah itu karna nanti ada sangkut pautnya dg bbrp part ke depan. maapkeun aku yg labil dan terlalu malas untuk revisi, malas bgt malahan, hehe.
so, jgn ada yg bilang gue pelupa dg nama pembantu mereka yha kawan.

HAPPY READING❤
alangkah baiknya vote sblm read dan komen ssdh read yha. |bacot lo cha!

•••

"Cepet banget udah jam tujuh aja," gumam (namakamu) yang masih ada di tempat tidur.

Bukannya (namakamu) kebo apalagi tidak sholat shubuh karena bangun jam segitu tapi dia sedang halangan, ini hari kedua dan rasa sakit itu masih sering ada.

(Namakamu) bergelung dengan selimut mencari kehangatan karena AC di kamarnya belum dimatikan dan jendela juga belum dibuka, cahaya matahari pun baru melongok lewat ventilasi.

Hari ini hari Sabtu, hari yang paling ditunggu-tunggu oleh anak sekolahan karena hari ini sekolah libur dan weekend telah tiba.

Bagi (namakamu), mau weekday atau weekend sama aja, sama-sama membosankan. Tidak ada yang bisa dia ajak jalan selain Deandra, parahnya Deandra selalu saja ada jadwal jalan dengan gebetannya--yang satu pun gak ada yang jadian dengannya.

Menghela nafas, (namakamu) mencoba memejamkan matanya kembali. Namun baru sekejap memejam mata, suara ketukan menginterupsinya.

"Non, bangun udah siang," seru Valeri dari luar kamar sambil mengetuk pintu.

"Lagian siapa juga yang bilang ini masih malem!" sahut (namakamu) sinis. Tau sendiri lah ya, cewek kalo lagi dapet gimana, kadar sensitifnya makin nambah ngalahin pantat bayi.

Valeri yang ada di luar kebingungan, dia pun menggaruk kepalanya. "Iya non maaf, tapi non disuruh bangun sama bapak," Tak ada pilihan lain selain jujur.

Mendengar kata 'bapak', (namakamu) langsung membuka mata dan terduduk. Ekspresinya bingung, Bapak yang dimaksud Mbak Valeri itu pasti Papa.

"Ada Papa, Mbak?" tanya (namakamu) berteriak.

Valeri mengangguk. "Iya non, baru aja pulang, sekarang dia lagi di ruang makan katanya mau sarapan bareng sama non," jelas Valeri yang membuat mood (namakamu) langsung naik.

PAPA PULANG!

(Namakamu) langsung loncat turun dari ranjang dengan semangat dia berlari membuka pintu kamarnya dan turun ke lantai bawah menuju ruang makan.

"PAPAAAAAAAA!!!" Berteriak semangat, (Namakamu) yang baru sampai di tengah tangga melongo ke bawah dan menemukan Dika, Papanya, sedang membaca koran sambil ngopi.

Secepat kilat, (namakamu) berlari menuruni tangganya yang berkelok membentuk huruf C.

Dika yang melihat itu meletakkan korannya sambil terus menggeleng melihat kelakuan putrinya. "(Namakamu), jangan lari-lari sayang, nanti kamu ja--"

BRUK.

"Tuh," lanjut Dika melirih.

Entah tangga dan sendal tipis berkepala hello kitty-untuk di dalam rumah-milik (namakamu) yang licin, atau bisa juga karena kecepatan lari (namakamu) yang mengalahkan seribu bayangan. (Namakamu) jadi terjatuh dengan posisi yang tidak elegan dari anak tangga ketiga.

Time [Irzan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang