15. Bajak

2.2K 244 52
                                    

Pintu yang digedor dengan kekuatan super ternyata hanya berimbas sedikit pada Abizar yang tertidur seperti orang mati.

"ABIZARRRRRRR!!! BANGUN LU! KEBO BANGET SIH NIH ANAK!!!" teriak seorang perempuan dengan suara keras, dia Susi, ibu kandung Abizar.

"IYE MAK!! ENTAR JUGA BANGUN!!" balas Abizar sebisa mungkin berteriak. Dia yang tertidur dengan posisi tengkurap lantas mengambil bantal untuk menutupi kepalanya agar dapat tidur dengan tenang.

"ALAH! ENTARNYA LO ITU KEBURU AYAM JANTAN BERTELOR TAU GAK LO?!" Sekali lagi, Susi mengoceh. "CEPETAN BANGUN, ADA (NAMAKAMU) NOH!"

Mendengar nama (namakamu), langsung Abizar bangun dengan ekspresi senang, bingung dan linglung jadi satu. Nyawanya belum terkumpul sepertinya.

"AH, EMAK YANG SALAH AJA!"

"YANG BENER AJA! ASTAGHFIRULLAH NIH ANAK YAK," ujar Susi, di luar dia menepuk dahinya keras. "BENERAN ITU LO TUNGGU SAMA (NAMAKAMU), SAMA BAPAKNYA JUGA LAGI TUH."

Kala mendengar ini, Abizar langsung bangun dari tempat tidur dan membuka pintunya. Terlihat Susi yang sedang berdiri mengenakan baju santai kebanggannya, daster.

"Serius Mak, ada (namakamu)?" tanya Abizar sekali lagi dengan tampang polos.

Tak tahan, Susi menoyor kepala anaknya yang tampan itu. "Gak percaya lo sama emak lo yang udah ngandung lo selama sembilan bulan terus ngelahirin lo susah payah dan ngerawat lo dari segede kutu sampe segede badak gini? Gak percaya sama emak lo, hah?!" oceh Susi lalu menunjuk ke arah kanan. "Lo ngelongok aja coba, liat dan buktikan!"

Abizar memasang tampang malas, tubuhnya melemas kala Susi mulai baper.

"Iyeiye mak," Dengan malas, Abizar berjalan dan memegang kayu pegangan pembatas lantai atas dan bawah, kepalanya dilongokkan sedikit sesuai perintah Emak Tercintah.

"Betol kagak?!" tanya Susi dengan nada menuntut jika dialah yang paling benar.

Mata Abizar membulat senang, rasa malasnya hilang terlebih dengan rasa kantuknya yang kabur entah kemana saat melihat (namakamu) dengan setelan jaket dan celana jeans, kepalanya dibalut kerudung dengan warna senada.

Duhai sedap kali dipandang.

"Mandi lo cepet, gak enak tuh (namakamu) sama Bapaknya nunggu lama," ucap Susi lantas meninggalkan putra semata wayangnya.

Abizat berdiri dengan tegap sekali hentakan dia hormat di balik punggung Susi. "Siap Mak!"

Buru-buru dia masuk ke kamar, senyumnya tak kunjung reda kala mengingat wajah manis (namakamu).

"Aelah, tiap hari kek gue disemangatin gini. Lah sebelumnya, gue selalu semangat tanpa penyemangat,"

***

"(Namakamu)..."

Refleks (namakamu) menengok ke arah Dika yang tengah turun dari tangga rumahnya. Mata (namakamu) meneliti penampilan Papanya saat ini.

Itu beneran bokap gue atau cogan kesasar? batinnya saat melihat Dika memakai setelan khas anak muda, kaus dan celana jeans. Ditambah rambutnya yang sepertinya dipakaikan pomade.

"Papa mau kemana?" tanya (namakamu) yang sedang duduk di sofa sambil melihat ke arah Dika.

Dika tersenyum. "Mau jalan lah yakali Papa pake baju gini mau meeting penting,"

(Namakamu) menghela napasnya. "Aku juga mikirnya kayak gitu, Pa," ucapnya tak berselera. "Maksud aku, Papa mau jalan kemana sama siapa? Gitu."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 17, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Time [Irzan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang