Should I ?

3.5K 153 1
                                    

Kupejamkan mata ini

Mencoba tuk melupakan

Segala kenangan indah

Tentang dirimu

Tentang mimpiku

Ari lasso – Hampa


Berlari dan terus ku berlari

Hingga rasa ini pergi

Bodoh Li, lo emang bodoh banget !

Apa yang harus ku lakukan untuk melupakanmu

Sampai mati kan ku coba aku tak bisa

Maura bener, dia sama sekali gak punya perasaan sama lo !

Lia harusnya lo sadar ini dari dulu !

Apa yang harus ku lakukan untuk menghapuskanmu

Yang terukir di hatiku

Untuk apa lagi bertahan ?

Saat cinta memang sudah tak pernah memihak padamu sedari dulu ?

Lia Pov

Sejujurnya semunya menjadi sangat melelahkan sekarang. Tentang Rachel yang selalu berusaha menjauhkan Kevin dariku, tentang Kevin yang memang tak pernah memandangku dari dulu, bahkan sekarang tentang Maura yang malah mulai seperti mendukungku. Tuhan, tak bisakah semua dibuat menjadi lebih mudah untukku ?

~

Tok,tok,tok.

"Iya tunggu bentar !"

Disinilah aku sekarang, didepan rumah Maura.

"Lia ?"

"Maura ! Hiks." aku langsung memeluk tubuh Maura dan menangis sejadi-jadinya. Biarlah aku seperti ini sebentar, rasanya sudah terlalu lelah.

"Ya ampun kenapa Li ? Kevin ngapain sampe bikin lo nangis gini ?"

Aku masih bungkam dan memilih tetap menutup wajahku untuk mengecilkan suara tangisanku. Terlalu menyedihkan untuk diceritakan, saat ini yang aku butuhkan hanya sanderan untuk menangis.

"Masuk dulu yuk, gue ambilin minum biar lo tenangan."

Aku mengikuti saran Maura dan segera duduk di sofa. Bersyukur orang tua Maura sedang pergi keluar kota, jadi aku tak perlu malu bila harus menangis disini.

"Nih minum dulu. Saat lo udah siap buat cerita, lo boleh ceritain semuanya sama gue. Janji gak akan gue potong." ucapnya sambil mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya bersamaan dihadapanku. Yah, inilah yang paling aku sukai dari Maura. Dia takkan pernah memaksaku untuk bercerita bila aku memang belum siap untuk menceritakannya. Bersyukur rasanya memiliki sahabat sepertinya yang mau sabar menanggapi sikapku ini.

Aku masih memilih untuk diam karena belum ingin menceritakannya sekarang pada Maura. Bukannya kenapa, hanya saja rasanya nasibku ini sangat menyedihkan bila harus mengingat kejadian itu lagi. Ya, Kevin yang sangat dekat denganku, yang dari dulu selalu mempercayaiku, sekarang benar-benar sudah tak percaya lagi padaku. Dia bahkan tak mengejarku atau sekedar memanggilku untuk kembali saat kejadian di rumah sakit tadi. See? Itu buktinya aku sudah tak penting lagi baginya. Atau aku yang salah? Maksudku dia bahkan memang tak pernah menganggap aku ini penting. Lagipula siapa aku? Saat dia sudah memiliki Rachel, wanita pujaan hatinya itu?

"Ra?" aku mengibaskan tanganku dihadapannya untuk mendapatkan perhatiannya.

"Ih apaan sih lo Li? Awas ih tangan lo ganggu, itu pacar gue lagi nyanyi, lo ah gak suka liat temennya bahagia dikit."

Aku terkekeh mendengar ocehannya yang membanggakan laki-laki yang sedang bernyanyi di dalam tv itu. Pacarnya katanya. Yakali Justin Bieber mau sama dia ?

"Abisnya lo kacangin gue, emang gue transparan gitu sampe lo gak ajak gue ngomong sama sekali?"

"Lo duluan diemin gue, terus gue mesti gimana? Ngerengek gitu depan mukak lo sampe lo mau cerita ? Nunggu sampe mimi peri nikah sama Sehun juga lo gak bakal mau cerita kalo gue paksa. Yang ada lo malah pergi. Terus siapa yang repot nyariin elo? Gue juga kali Li. Ya kan mending gue nonton pacar gue nyanyi ya, lebih berfaedah."

Ya ampun, aku hanya bisa berdecak mendengar Maura menyebut mimi peri. Kalau untuk yang aneh, absurb, gak normal gitu Maura memang pasti akan selalu tahu.

"Lo mah ngata-ngatain gitu juga lo tontonin semua videonya."

"Hahaha, hiburan tau Li. Coba deh lo tonton." dengan sigap dia mengambil handphone dan membuka aplikasi instagram, sudah jelas akan mencari akun si mimi peri.

"Eh ogah gue gak mau lihat! Ya Tuhan tolong sucikan lagi mata hamba." aku menengadahkan tangganku sambil terus berkomat-kamit. Kan kasihan ya ini mata dikasih lihat yang begituan? Masih suci Ya Tuhan.

"Drama deh lo, nanti sampe rumah juga lo cari tu akunnya terus lo follow, hahaha."

"Emang elo!"

Selanjutnya hanya suara tawa yang terdengar di ruangan itu.

"Ra."

"Hm."

"Gimana perasaan lo saat orang yang lo percaya ternyata udah gak percaya lagi sama lo?"

"Kecewa jelas. Emang kenapa Li?"

"Terus apa yang bakal lo lakuin selanjutnya?"

"Maksud lo? Yang jelas dikit napa ngomongnya, ambigu lo."

"Saat orang yang udah lama lo kenal, udah sama-sama saling percaya, tiba-tiba gak percaya lagi sama lo, cuma karena hasutan orang yang baru dia kenal, yang bahkan dia gak tanya dulu kebenaran ceritanya dari sudut pandang lo. Apa yang bakal lo lakuin untuk ngilangin rasa kecewa itu?"

"Gue mungkin bakal pergi biar dia sadar apa yang dia lakuin itu salah, setelah dia sadar mungkin gue bakal mertimbangin buat maafin dia. There's always a second chance. If you love him, you'll give it. Tapi kalau dia masih gak sadar juga, udah, gue gak akan pernah kembali lagi. You deserve better than him."

Hening. Otakku masih berusaha mencerna perkataan Maura, tapi hatiku berontak, menolak untuk menerima perkatannya itu.

"C'mon Li, you deserve better than him."

Should I give up now ?







*****

Huhuhu updatenya lama banget hahaha maaf kalo ceritanya makin gak nyambung.

Nanya dong, ada yang nungguin cerita ini gak?

Jangan lupa tinggalkan jejak ya :*

Terlambat [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang