The truth?

3.3K 135 0
                                    

How would you feel, if I told you I loved you?

Ed Sheeran - How Would You Feel


"Lo suka sama Kevin kan?"

Mata Lia rasanya hampir copot karena melotot kaget mendengar ucapan Samudera barusan.

"Atau gue salah ya?"

Kali ini hati Lia sedikit melega. Harapannya Samudera hanya iseng tebak-tebak saja barusan.

"Lebih tepatnya, lo cinta sama Kevin. Apa sekarang gue bener?"

Deg. Ucapan Samudera kali ini benar-benar diluar dugaan Lia. Bagaimana lelaki itu bisa berfikir demikian? Apa sangat kentara kalau Lia diam-diam memiliki perasaan pada Kevin?

"A.. apa-apaan sih lo Sam, ngaco banget. Masa iya gue suka sama Kevin? Apalagi cinta. Dia itu udah kayak sodara gue sendiri Sam." ucap Lia senormal mungkin,tidak ingin lelaki disampingnya ini mencium kegugupannya.

Sementara itu disampingnya tanpa Lia tahu Samudera tersenyum getir. Dia tahu bahwa gadis disebelahnya ini sedang berbohong.

Selanjutnya mereka kembali terdiam, sampai akhirnya Samudera mendengar bunyi dengkuran halus disebelahnya. Rupanya Lia sudah tertidur. Jelas saja, dia pasti sangat lelah dengan apa yang sudah dia lewati hari ini.

Diam-diam Samudera tersenyum, lalu mendekatkan wajahnya pada Lia. Ditatapnya gadis itu yang tengah nyenyak dalam tidurnya. Diselipkannya rambut yang menutupi wajahnya itu kebelakang telinganya, kemudian dia kecup kening gadis itu sebentar.

"Lo gak bisa bohong sama gue Li, mata lo menceritakan semuanya."

~~
Esok paginya Lia terbangun di kamar Maura. Kepalanya terasa pusing dan kakinya masih sakit.

"Eh, gue kok bisa dikamar? Kayaknya kemarin dimobil Samudera?" tanyanya bingung yang entah kepada siapa karena dia sendirian dikamar itu.

"Udah bangun nyonya ? Cie yang tidurnya nyenyak banget karena digendong Samudera sampe kamar. So sweet juga tu cowok ya?" goda Maura pada Lia.

"Hah? Maksudnya Ra?" Lia yang masih belum sadar sepenuhnya masih belum bisa mencerna perkataan Maura.

"Duh si Lia jadi lemot. Kayak temennya si Kevin siapa namanya ya? Dodo gitu ya?" ucapnya asal.

"Dodo? Ando kali maksud lo?"

"Nah ya itu dah."

Lia hanya mengangguk mengiyakan.

"Eh kok jadi bahas dia. Balik lagi ke lo sama Sam. Semalem lo itu ketiduran dimobilnya udah kayak kebo banget. Terus Samudera gendong lo kayak pangeran yang gendong putri tidur kekamarnya, ngelewatin gue gitu aja kayak gue ini transparan." adunya sambil pura-pura kesal.

Lia melongo sambil bibirnya terbuka lebar saking tak percayanya dengan perkataan Maura.

"Untung semalem bonyok belum pulang, jadi gak kena introgasi deh gue." lanjutnya sambil menyesap teh yang dia bawa.

Jadi Samudera menggengdongnya sampai kekamar Maura? Ke lantai 2? Bagaimana bisa dia tidak bangun sih? Atau lelaki itu memang sengaja tidak membangunkannya?

"Ah, yang bener lo Ra? Kasihan banget dong Samudera ya gendong gue ke lantai 2, gue kan berat." terangnya sambil terkekeh.

"Ya elah, ngapain juga gue bohong coba? Lagian elu ya onta berbulu, badan udah kurus kurang gizi gitu masih ngaku berat? Kalo lo berat lah gue apa kabar?" ucap Maura mendramatisir.

Lia mengangguk mengiyakan. Rasanya memang terlalu berlebihan kalau mengaku dirinya berat, karena Maura lebih berisi lagi dibanding dirinya.

"Buruan sarapan, terus mandi siap-siap sekolah. Lo pakek seragam gue aja, ada yang gue udah gak muat hehe."

"Ra,kayaknya gue gak masuk hari ini deh."

"Loh kenapa? Lo takut sama Rachel? Tenang, gue sama Sam bakal terus sama lo jadi mereka gak bisa ganggu lo lagi." ucap Maura bersemangat, memang sudah sangat tidak sabar bertemu Rachel dan memukulnya.

"Kepala gue pusing Ra." ucap Lia tanpa dusta.

Maura langsung memegang dahi Lia.

"Anjir, panas banget badan lo. Taruh telur disini bisa mateng langsung." ceroscos Maura.
"Gue telpon dokter ya?"

"Gak usah Ra. Gue cuma kurang tidur aja. Nanti juga sembuh."

"Apanya yang gak apa, ini panas banget Li. Ke dokter gue gak mau tahu." ucap Maura masih bersikeras dengan pendapatnya.

"Eh Ra, hari ini kan pelajarannya Pak Tarno! Telat 5 menit aja lo disuruh ngeringkas 5 bab terus presentasi! Buruan deh lu siap-siap." ucapnya mengalihkan pembicaraan. Lia berusaha membuat Maura melupakan niatnya untuk membawa Lia ke dokter.

"Anjir lupa gue! Ya udah gue mandi dulu byee." Maura langsung berlari kekamar mandi. Lia akhirnya bisa bernafas lega.

"Eh lo harus tetep minum obat Li, jangan kira gue lupa lo demam!" teriak Maura dari kamar mandi.

Lia hanya bisa menggeleng. Setidaknya dia tidak perlu ke dokter sekarang.

"Ini obat lo, inget diminum awas gak! Gue beberin rahasia lo!" ucapnya mengancam.

"Ya elah iya Ra nanti gue minum." ucap Lia pasrah. Sebenarnya dia tidak suka minum obat.

"Minum yang banyak biar cepet turun demamnya. Jangan keluyuran, dikamar aja lo. Kalo butuh apa-apa panggil bibi aja, jangan turun tangga ntar lo jatuh." ceroscos Maura.

"Iya Maura gue ngerti. Udah sana berangkat nanti telat."

Maura memeluk Lia singkat lalu menaikan selimut sampai menutupi seluruh tubuh Lia.

"Gue berangkat dulu. Pulang nanti gak mau tahu lo harus udah sembuh."

Lia hanya mengangguk karena kepalanya sudah terasa sangat berat sekarang dan matanya perih menuntut untuk dipejamkan.

~~
Lia mengerjap, tenggorokannya kering meminta untuk diisi air. Entah sudah berapa jam dia tertidur. Dia meraba handphonenya di meja. Plung. Ada washlap yang jatuh dari dahinya. Dibawahnya ada ember berisi air. Sepertinya ada yang mengompres dirinya saat dia tidur. Diliriknya jam pada handphonenya. Jam 11. Maura seharusnya belum pulang sekarang. 'Ah mungkin bibi.' batinnya.

Lia menggapai gelas dimeja lalu meminumnya. Tiba-tiba gagang pintu kamar bergerak, menandakan ada yang membukanya. Lia tidak terlalu menggubrisnya, dia memilih untuk meringkuk kembali dibalik selimutnya.

"Lo udah bangun?"

Deg. Tentu saja ini kejutan bagi Lia.







*****
Ah hayy updatenya cepet banget wkwkwk gak apa soalnya ujian udah kelarrr.
Vote comment ya ? :*

Terlambat [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang