Akhir

4.9K 113 2
                                    

Kamu dan aku bagai Fajar dan Senja
Kita ada dalam satu langit mega,
tapi takkan bisa berdampingan jua.

-Lia untuk Kevin-

Kamu itu bintang
Mungkin tak selalu terlihat, namun selalu ada.
Tapi bukankah sinar bintang akan redup juga?

-Kevin untuk...

Karena sejauh apapun aku berlari
aku akan tetap pulang padamu,
Rumahku.

-Samudera untuk Lia-

Aku mungkin salah,
menjauh saat kau mulai mengalah pada perasaan
Tapi disitulah aku berperan,
membangunkanmu dari mimpi yang salah sejak awal

-Maura untuk Lia-

Setelah berdebat dengan Zio dan Ando, akhirnya Samudera bisa menemui Lia dengan bantuan kursi roda. Setelah sebelumnya meyakinkan Samudera untuk bersikap baik-baik saja di depan Lia, agar gadis itu tidak memikirkan penyakitnya lagi, dan disinilah dia sekarang, didepan Lia.

"Hai." sapa Samudera kikuk. Semua kalimat yang telah dia rangkai seketika menguap dari kepalanya.

"Hai Sam!" sapa Lia ceria. Lihatlah, bahkan gadis itu masih bisa tersenyum tulus, membuat hati Samudera semakin sakit mengingat seperti apa keadaan gadis itu sekarang.

Samudera mendekatkan kursi rodanya pada ranjang Lia. Menatap intens gadis itu, seolah dia akan hilang jika Samudera berpaling.

"Gimana keadaan lo?" tanya Lia tenang, seolah tidak ada beban apa-apa. Samudera tidak bisa menahan air matanya untuk tidak mengalir sekarang. Melihat berbagai alat yang terpasang di sekitar tubuh gadis itu, seperti menggambarkan bagaimana rapuhnya keadaan Lia sekarang. Perlahan dia menggenggam tangan Lia dengan halus, seolah dia adalah kaca yang bisa pecah kapan saja.

"Hei, kenapa nangis?" tanya Lia sambil mengusap air mata yang jatuh di pipi Samudera.

"Gimana. Gimana bisa lo tetap tersenyum Li?" tanya Samudera dengan suara bergetar.  Terdengar helaan nafas keluar dari bibir gadis itu.

"Gue harus gimana lagi Sam? Mau gue nangis kejer-kejer juga gak merubah apapun. Semuanya udah terjadi, ikhlasin gue ya Sam?" pinta Lia sambil menyunggingkan senyum terbaiknya. Sungguh, Samudera tidak kuat melihat semua ini sekarang. Dengan terburu-buru dia memutar kursi rodanya meninggalkan ruangan Lia. Dia tidak ingin Lia melihatnya hancur. Dia tidak ingin lebih membebani Lia lagi.

~~~

Ando dan Zio tengah berada di kamar Kevin sekarang. Keadaan laki-laki itu benar-benar hancur. Buku tangannya luka dengan bekas darah yang telah mengering disana. Pecahan kaca berserakan dimana-mana. Dan disana Kevin hanya diam menatap jendela. Wajahnya acak-acakan, pandangannya kosong.

"Vin." sapa Ando sambil menepuk pelan bahu sahabatnya itu. Dia mengerti dengan apa yang Kevin rasakan sekarang. Perasaan bersalah sudah menghantuinya, walau ini bukan salah Kevin sepenuhnya. Kalau kalian ingin tahu, Spade dan Rachel sudah berada di dalam penjara sekarang. Kasus mereka tengah diurus dan dikenakan pasal penculikan berencana dan percobaan pembunuhan. Berkali-kali Ando dan Zio meyakinkan Kevin kalau semua ini bukanlah salahnya. Tapi laki-laki itu tetap menulikan pendengarannya.

"Vin, lo gak bisa bersembunyi seperti ini terus. Lo harus nerima kenyataan yang ada didepan mata lo sekarang. Takdir Lia memang harus seperti ini Vin. Tuhan lebih sayang dia." Zio mencoba menasehati Kevin, tapi laki-laki itu tetap membisu.

Terlambat [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang