Cinta itu tanpa pamrih, bukan haus akan balasan.
Cinta itu tidak bisa dipaksa, namun cinta itu datang karena terbiasa.Tok, tok, tok
Tidak ada jawaban.
Tok, tok, tok
Hening, masih belum ada jawaban.
"Sam kok kebo banget ya?" pikir Lia sambil terkekeh sendiri.
"Apa gue masuk aja?" baru Lia ingin membuka pintu, niatnya kembali dia urungkan.'Ah entar dikira gak sopan lagi.' pikirnya.
'Gue telpon aja kali ya?' pikirnya lagi.
Setelah ditelpon berulang kali Samudera belum juga membuka pintu kamarnya. Tidak ada suara tanda kehidupan.
"Masuk aja deh biar cepet." akhirnya Lia membuka pintu kamar Samudera yang untungnya tidak dikunci itu.
"Sam, Sam, bangun Sam udah siang." ucap Lia pelan. Kalau pelan gimana mau bangun coba?
"Sam bangun!" kali ini nada suaranya dinaikkan satu oktaf, tapi tetap saja Samudera tidak terusik tidurnya, nyenyak banget!
'Duh, jadi kasian banguninnya. Nyenyak banget tidurnya.' batin Lia.
'Tapi kalau gak dibangunin kasian nanti jam sarapan lewat, restoran tutup, Sam kelaparan dong.' lagi-lagi Lia berdebat dengan batinnya.
"Sam bangun! Kebo amat sih." Lia sedikit menggoyang lengan Samudera berharap lelaki itu akan bangun sekarang, tapi hasilnya nihil. Belum bangun juga.
'Gue siram juga kalau gini ceritanya.'
Lia mengambil secedok air dari kamar mandi langsung saja disiramnya Samudera dengan air itu.
Byur.
"Banjir! Banjir!" teriak Samudera panik karena guyuran air Lia, membuat Lia tertawa sampai perutnya sakit karena melihat ekspresi konyol Samudera.
Samudera yang akhirnya beberapa menit kemudian sadar dengan keadaan sekitarnya mendadak memanas karena malu. Pasalnya saat ini didepannya ada gadis yang disukainya, menertawakannya karena tindakan bodohnya. Jatuh sudah derajat harga dirinya sekarang.
"Sumpah Sam, harusnya gue rekam tadi terus kasih liat Maura, pasti tu anak bakalan ketawa sampai pipis-pipis, hahaha." ucap Lia sambil terus tertawa. Samudera tersenyum diam-diam. Dia senang masih bisa membuat gadis ini tertawa.
"Lagian lo sih, bikin gue kaget." ucapnya senormal mungkin, menyembunyikan perasaannya yang sudah tak karuan sekarang hanya karena melihat Lia tertawa. Rasanya seperti disengat listrik lalu dikelitiki ribuan kupu-kupu. Sulit untuk dideskripsikan. Mungkin hanya yang sedang jatuh cinta yang bisa merasakannya.
"Salah sendiri, tidur kok kayak pingsan." sindir Lia.
Samudera hanya bisa menggaruk kepalanya yang tak gatal, menunduk sambil tersenyum malu.
"Sorry, semalem gue susah tidur sih." jujur Samudera.
"Loh, kenapa?" tanya Lia penasaran.
"Karena lo." gumamnya pelan, tapi tetap bisa didengar oleh Lia.
"Karena gue? Kenapa?" kini Lia semakin penasaran.
"Ya, gue kira lo marah sama gue karena kejadian semalem, lo diemin gue sih. Jadinya kepikiran. Gue kira lo bakal ngejauhin gue setelah itu." terang Samudera sambil menunduk, gugup untuk menatap wajah Lia.
Lia memalingkan wajahnya dari Samudera.
"Maaf Sam, gue gak bermaksud." ucapnya lirih, membuat Samudera menoleh kearahnya.
"Gue cuma bingung harus bersikap gimana sama lo semalem, gue gak mau gegabah, gue gak mau nyakitin lo Sam. Maaf." sekarang Lia makin menunduk, menghela nafas dalam, mencoba menahan air matanya agar tidak keluar.
"Lo tahu kan gue masih sayang Kevin? Jadi gue gak bisa bales perasaan lo Sam, maaf."Samudera melihat bahu Lia sedikit bergetar, dia tahu gadis ini pasti sedang berusaha keras menahan air matanya agar tidak keluar. Dan semua ini karena pernyataan bodohnya semalam.
"Li liat gue." Samudera kini duduk dihadapan Lia, mensejajarkan dirinya dengan gadis itu. Lia masih menunduk, enggan menoleh Samudera karena takut tak bisa menahan air matanya.
Samudera menggenggam tangan Lia lembut, mencoba menyalurkan perasaannya disana.
"Gue gak apa kok Li." ucap Samudera tulus sambil tersenyum. Lia tetap enggan menoleh Samudera. Matanya terasa panas dan pipinya mulai basah.Samudera mengangkat dagu Lia dengan telunjuknya, membuat gadis itu mau tak mau melihat Samudera sekarang. Diusapnya air mata dipipi Lia dengan lembut.
"Jangan nangis, gue gak apa kok." ucap Samudera sambil tersenyum. Senyum menular, membuat siapapun yang melihatnya akan ikut tersenyum."Gue nyatain perasaan gue, bukan dengan harapan lo bakal bales Li. Gue cuma pingin ngungkapin apa yang selama ini terpendam, gue gak butuh jawaban lo kalau lo emang belum siap. Gue ngerti dihati lo sekarang cuma ada Kevin." ucap Samudera lembut penuh pengertian. Diusapnya rambut Lia lembut, kemudian beralih menangkup pipi Lia dengan kedua tangannya.
"Gue bakal tunggu sampai lo siap. Gue disini gak apa kok, jadi lo gak usah sedih mikirin gue. Selama lo gak menjauh, gue bakal baik-baik saja. Percaya gue." ditatapnya pipi Lia yang masih dihiasi air mata, lalu dihapusnya dengan tangannya. Lalu pandangannya beralih ke mata Lia yang masih menyisakan air mata. Dikecupnya kedua mata itu lembut, membuat Lia kaget dengan perlakuan Samudera, tapi entah kenapa dia hanya diam saja, seakan menerima semuanya. Samudera yang tak melihat tanda penolakan dari Lia langsung membawa gadis itu kepelukannya.
"Gue sayang lo Li, biarin perasaan gue tetap tumbuh buat lo."
*****
Aduh updatenya lama ya? Sorry sorry hehe
Ada yang masih menunggu update cerita ini kah ?
Vote komen ya :*
KAMU SEDANG MEMBACA
Terlambat [COMPLETED]
Ficção AdolescenteCover by @kadekprasetya Untuk apa lagi bertahan ? Saat cinta memang sudah tak pernah memihak padamu sedari dulu ?