Tedisam

2.9K 103 0
                                    

Tolong jangan tersenyum seperti itu. Kau menyiksaku dengan membuatku berhenti bernafas karena senyummu.



"Sudah lama kita tidak bertemu ya?" ucapnya sambil menyeringai licik.

"Cih, ternyata lo." ucap Zio datar. Tidak terintimidasi sama sekali dengan suara tajam lelaki dihadapannya kini.

"Masih saja sombong, sama sekali tidak belajar dari masa lalu." ucap lelaki itu meremehkan.

"Dan lo juga masih sama seperti dulu, pengecut!" teriak Ando lantang.

Tidak terima dengan perkataan Ando barusan, lelaki tadi langsung mendekatinya dan mencengkram kerah bajunya.
"Jaga omongan lo sama gue atau lo akan tanggung akibatnya!" umpatnya kasar.

Ando sama sekali tidak merasa takut dengan ancaman lelaki dihadapannya kini. Ditepisnya tangan lelaki itu dari kerah bajunya.
"Lalu apa namanya kalau bukan pengecut karena melawan orang yang bahkan sudah tidak sadarkan diri?" ucapnya sinis.

Lelaki dihadapannya hanya tersenyum meremehkan.

"Gue bahkan belum melakukan apapun sama dia. Bawa saja dia pergi, gue hanya akan melawan orang yang sebanding sama gue." terangnya sambil mengepalkan tangannya. Bisa dilihat seberapa emosnya lelaki ini sekarang.

Ando dan Zio hanya tersenyum sinis menanggapi perkataan lelaki itu. Sebelum mereka pergi membawa Kevin, Zio mendekati lelaki itu, sedekat mungkin sampai suara nafasnya pun bisa didengar oleh lelaki disampingnya ini.

"Albian Spade Verleon, sekalinya pengecut akan tetap jadi pengecut." gumamnya datar namun sangat mampu mengintimidasi siapapun yang mendengarnya.

~~~

Hari ini Senin, hari pertama untuk libur minggu tenang para siswa Pelita Jaya. Walapun ini minggu tenang, tapi fikiran Lia nampaknya tidak akan pernah tenang.

"Ngelamun aja Li." sapa Maura begitu keluar dari kamar mandi.
"Mandi dulu gih, biar otak lo segeran dikit." ucapnya sambil terkekeh. Niatnya untuk menghibur gadis dihadapannya ini, tapi ternyata sama sekali tidak berpengaruh.
"Lia, udah dong ngelamunnya. Gue kangen elo yang bawel deh." ucapnya sambil menowel-nowel pipi Lia.

Dengan setengah hati Lia menyunggingkan senyum di wajahnya, tidak ingin membuat usaha sahabatnya itu sia-sia.

"Suntuk gue Ra, ajakin jalan kemana kek gitu."

"Makanya mandi dulu neng, nanti gue ajak jalan deh." seru Maura senang karena Lia sudah meresponnya sekarang.
"Eh Li, lo udah ngabarin mama lo kan? 2 hari lo udah gak pulang lo." Maura mengingatkan Lia lagi karena tidak ingin membuat mamanya khawatir. Pasalnya Maura juga tidak mengabari Renata sama sekali. Sesuai perintah Lia, dia sendiri yang akan menghubungi mamanya.

"Udah kok Ra, gue bilang lo minta belajar bareng buat persiapan ujian."

"Yah elu, kok gue sih yang dibilang. Kentara banget kan jadinya bodohnya gue, hahaha."

Lia tertawa melihat betapa jujurnya sahabatnya ini.
"Emang pernah pinter?" ucap Lia disela-sela tawanya.

"Ih rese ya lo. Awas aja." Maura kini menggelitiki perut Lia gemas, membuat Lia hampir menangis karena tertawa. Setidaknya sekarang Lia bisa tertawa lagi.

Setelah insiden saling menggelitiki, akhirnya 1 jam kemudian dua gadis itu sudah selesai berpakaian dan memoleskan sedikit make up di wajah mereka. Tidak berlebihan, hanya menggunakan bedak baby, sedikit maskara dan mengolesi lip balm dibibirnya.

"Jadi kita mau kemana Ra?" tanya Lia setelah mereka selesai bersiap-siap.

"Tunggu Sam dulu ya, dia bilang udah otw sini." jawab Maura sambil mengikat rambutnya.

Terlambat [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang