Bukan Diriku

16.8K 431 17
                                    


Meski hatiku menyanyangimu

nurani membutuhkanmu

Ku harus merelakanmu

Samsons - Bukan Diriku

Deliana Sindi Yurania, atau yang lebih akrab di panggil Lia, 17 tahun dan belum pernah pacaran. Bukan karena dia tidak diminati para lelaki, jika dilihat dari parasnya yang cantik dan senyumnya yang menawan, tentu saja ada banyak laki-laki yang mencarinya,hanya saja tak satupun yang dia terima. Tapi Lia jatuh cinta pada laki-laki yang bahkan sama sekali tak tertarik padanya, namanya Kevin. Satu-satunya lelaki yang membuat Lia mau melakukan apapun untuknya.

Lia adalah sosok gadis yang selalu ceria dan membawa keceriaan untuk orang disekitarnya. Tapi semuanya berubah saat dia bertemu Kevin. Disaat dia mulai mencintai seseorang,malah orang itu tak pernah mengerti dengan perasannya. Malang sekali,cinta pertama sudah menggoreskan luka dihatinya, menggantikan sosok ceria pada dirinya dengan rasa sakit dan kekecewaan. Bagaimana bisa laki-laki itu sama sekali tidak peka dengan perasaan Lia, dengan segala sikap yang dia tunjukkan padanya. Tapi dia tidak pernah menyesal sudah mencintai lelaki itu. Lelaki yang kini sudah memenuhi ruang dihatinya. Lia sangat mencintai Kevin. Kapanpun lelaki itu membutuhkannya dia pasti akan datang menemuinya. Baginya Kevin adalah hal terpenting setelah Mamanya.

Lia melihat sahabatnya, Maura, berlari dengan tergesa-gesa kearahnya,membuatnya menghentikan aktivitas membacanya dan memperhatikan sahabatnya yang tengah ngos-ngosan itu, padalah Lia tengah fokus mempelajari materi UTS yang harus dia susul karena absen kemarin karena menemani Kevin ke dokter. Yah, begitulah Lia. Dia rela meninggalkan semuanya saat Kevin membutuhnnya.

"Lia...Lia!" ucap Maura sambil berlari kearah Lia. Suaranya yang sekencang toa itu cukup membuat para penghuni kantin menoleh kearahnya.

Lia hanya berdecak melihat kelakuan sahabatnya yang memang selalu heboh itu. Belum lagi dengan suaranya yang seperti toa itu selalu sukses membuat Lia kaget.

"Kenapa sih Ra, pakai lari segala sampe ngos-ngosan gitu, nih minum dulu." ucap Lia sambil menyodorkan minumannya pada Maura.

"Ke..vin Li, Kevin!" ucap Maura masih ngos-ngosan sambil berusaha mengatur nafasnya.

"Kenapa dia ?" raut wajah Lia kini berubah jadi khawatir melihat sahabatnya yang nampak panik mengadukan tentang Kevin padanya.

"Kevin kecelakaan Li! Dia ketabrak mobil depan sekolah tadi, terus yang nabrak lari gitu aja. Sekarang dia lagi dibawa ke rumah sakit Surya Sahaja!"

Lia yang mendengar kabar itu langsung pergi dengan motornya menuju rumah sakit tanpa menghiraukan panggilan sahabatnya yang menyuruhnya untuk kesana nanti setelah ulangan susulanya selesai. Kalau sudah begini Maura yang kesal sendiri, menyesal memberi tahu Lia sekarang karna sudah pasti Lia akan meninggalkan ulangannya demi lelaki itu. Tentu saja Lia akan sangat cemas mendengar lelaki yang dia cintai itu mengalami kecelakaan. Bagaimana bisa Maura lupa kalau sahabatnya itu sudah gila karena Kevin?

Di rumah sakit Lia yang sudah sangat cemas langsung mencari keberadaan Kevin di ruang UGD. Betapa sakit hatinya melihat lelaki yang dicintainya itu terbaring lemas dengan seragam yang sudah penuh darah dimana-mana.

"Dokter bagaimana keadaan Kevin?"

"Anda siapanya pasien ini?"

"Saya sahabatnya Dok,"

"Begini dik, Kevin kehilangan banyak darah dan membutuhkan transfusi darah segera. Adik tenang saja pihak rumah sakit sudah menghubungi PMI untuk meminta stok darah yang sesuai dengan Kevin. Dia akan baik-baik saja."

Lia yang sudah cemas tidak bisa menerima perkataan dokter itu yang berarti harus menunggu PMI datang. Bagaimana kalau ternyata tidak ada stok darah yang cocok dengan darah Kevin di PMI? Bagaimana bila Kevinnya tidak bisa bertahan? Kenapa harus menunggu bila dirinya sendiri mau mendonorkan darahnya untuk Kevin?

"Dokter apa tidak terlalu lama bila menunggu kabar dari PMI ? Saya juga bersedia untuk mendonorkan darah saya dok,ambil saja darah saya!"

"Apa adik yakin? Untuk mendonorkan darah adik harus kami periksa dulu untuk mengetahui apakah golongan darah adik sama dengan Kevin atau tidak dan apakah kondisi adik memungkinkan untuk melakukan tranfusi ini, karena bila tidak bisa jadi ini membahayakan diri adik sendiri."

"Saya siap dok lakukanlah semua test itu sekarang!"

"Tunggu dok,itu semua tidak perlu. Kita tunggu kabar dari PMI."

Suara itu sontak membuat hati Lia semakin sesak. Rachel, gadis yang saat ini sedang dekat dengan Kevin, ya, Kevinnya. Rachel memang tidak menyukai Lia karena kedekatannya dengan Kevin,tapi Lia sama sekali tidak membenci gadis itu.

"Kevin harus segera melakukan transfusi darah Chel,kita gak bisa nunggu terus. Gue bersedia mendonorkan darah buat Kevin!"

"Lo gak usah sok baik ya! Gue tahu apa niat lo donorin darah,supaya Kevin terkesan kan? Supaya Kevin berasa hutang nyawa sama lo terus lo bisa deket-deket terus sama Kevin,iya kan? Cih,dasar pencari kesempatan dalam kesempitan!"

"Gue sama sekali gak ada maksud kayak yang lo bilang. Gue mau donorin darah gue tanpa Kevin harus tahu juga gue bersedia! Lo jangan egois dong disaat situasi kayak gini!" Lia sudah mulai geram dengan sikap Rachel yang selalu merendahkannya itu.

"Gue pacarnya jadi gue berhak nentuin apa yang baik buat dia!"

"Elo belum jadi pacarnya."

"Terus lo mau ngerebut Kevin dari gue,gitu? Jangan harap dia mau sama lo!"

"Chel udah! Kevin lagi sakit dan lo sempet-sempetnya ngajak gue berantem!"

"Kalo gitu lo pergi dari sini sekarang!"

"Kenapa? Gue gak mau! Gue akan tunggu disini sampai Kevin sadar."

"Lia..." suara yang bahkan hampir terdengar seperti bisikan itu sontak membuat Lia dan Rachel menghentikan perdebatannya.

"Iya Vin,gue disini. Lo gapapa kan? Apanya yang sakit? Gue panggilin dokter ya?" kentara sekali dari nada suaranya bahwa saat ini Lia sangat cemas tapi sekaligus senang karena yang pertama Kevin sebut saat sadar adalah namanya.

"Apa Rachel disini?" miris. Mungkin hanya itu satu kata yang tepat untuk menggambarkan kondisi Lia saat ini. Kevin memanggilnya hanya untuk menanyakan keberadaan Rachel. Membuatnya sadar dari mimpinya yang kenyataannya hanya Rachel yang ada dipikiran lelaki itu.

"Iya,Rachel disini kok Vin nemenin lo juga." Lia menoleh kearah Rachel dan mendapati gadis itu tersenyum sinis kearahnya dan tatapannya seolah mengatakan lo udah kalah,pergi dari sini. Rachel lalu menghapiri Kevin dan mengelus tangannya dengan lembut.

"Kamu gapapa kan Vin? Sekarang ada aku disini jadi kamu gak akan kenapa-kenapa, iya kan Li?" Rachel tersenyum penuh kemenangan kearah Lia.

"Iya Vin. Disini udah ada Rachel,kalo gitu gue balik aja ya ? Lo istirahat dulu jangan banyak gerak jangan banyak omong,gue balik sekalian manggil dokter kesini."

Dengan berat hari Lia meninggalkan Kevin bersama Rachel disana. Kalah, atau lebih tepatnya mengalah. Entah ini sudah yang keberapa kali dia lakukan.

***

Ini cerita pertama aku,mungkin kurang menarik,tapi semoga pada suka ya.

Terlambat [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang