Disappointed

3.2K 134 0
                                    

Bagaimana rasanya dikhianati oleh orang terdekatmu,
sakit bukan? Karma itu nyata, dan kadang jatuhnya terlalu cepat.


Plak!

Satu tamparan mendarat mulus di pipi Rachel.

"Vin, kamu nampar aku.." ucap gadis itu lirih.

"Diem lo!" kini Kevin tak segan untuk berteriak pada Rachel, didepan keramaian sekalipun. Amarahnya sudah tak tertangguhkan lagi.

"Lepasin Vin! Sakit!"  Rachel memohon lirih lantaran tangannya dicengkram erat oleh Kevin. Kilat matanya nampak menunjukkan kemarahan yang sangat dalam, membuat Rachel tak berani menatapnya.

"Vin sabar jangan emosi, inget dia cewek lo." Zio mencoba menenangkan Kevin agar lelaki itu tidak salah bertindak pada gadis didepannya ini.

"Lebih baik lo diem. Ini urusan gue sama dia."

Zio hanya bisa menelan ludahnya pasrah, kalau sudah emosi Kevin susah untuk ditenangkan. Matanya mengarah pada gadis didepannya yang mengisyaratkan permintaan tolong. Zio benar-benar sudah tidak bisa menolongnya lagi.

"Sorry Chel, gue gak bisa bantu. Kali ini lo emang udah keterlaluan." Zio lalu pergi meninggalkan mereka, membuat Rachel menelan ludahnya, takut.

"Vin plis Vin maafin gue vin." ucap Rachel setengah terisak karena ketakutan dengan sikap Kevin.

"Diem! Ikut gue sekarang!"
Rachel hanya bisa pasrah membiarkan dirinya ditarik oleh Kevin.

Kevin menarik Rachel kasar menuju kelasnya. Tidak dihiraukannya tatapan heran para murid sepanjang koridor itu. Kevin benar-benar sudah tidak perduli, mau gadis dibelakangnya ini menangis, berteriak, bahkan memohon sekalipun padanya, dia akan tetap memberinya pelajaran.

"Vin lepasin sakit!"

"Panggil temen lo itu sekarang!" ucapnya yang lebih terdengar seperti perintah pada Rachel. Rachel yang tengah takut dengan tatapan Kevin langsung saja berhamburan ke kelas mencari dua temannya tadi.

"Ya ampun Chel, lo kenapa berantakan gini?" ucap Mia, salah satu teman Rachel yang membantunya.

"Mana Emma?" ucap Rachel panik setengah frustasi.

"Ke toilet, bentar lagi balik. Lo kenapa sih?"

"Mampus kita Mi! Kevin tau semuanya dan marah banget sama gue!" terangnya setengah berteriak.

"Gila, kok bisa?" dan sekarang Mia pun ikut panik.

"Panjang, pokoknya sekarang kalian harus ikut gue ketemu Kevin."

"Eh gak mau! Itu kan rencana lo! Kita cuma nemenin doang! Jangan bawa-bawa kita dong!"

"Gue gak mau tahu, kalian harus ikut gue sekarang!" Rachel langsung menggenggam tangan Mia agar gadis itu tidak kabur.

"Eh Chel, kenapa lo?" kali ini Emma yang bicara.

Tanpa menjelaskan Rachel langsung menggenggam tangan Emma dan menarik mereka berdua menuju Kevin.

"Vi..Vi.. Vin, ini Mia sama Emma." ucapannya sedikit terbata karena takut melihat wajah Kevin yang sedang marah.

"Apa-apaan ni Chel?" ucap Emma heran, karena dia memang tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.

"Vin plis lepasin gue! Ini semuanya ide Rachel, gue sama Emma cuma nemenin dia doang! Sumpah Vin!" jelas Mia pada Kevin karena takut akan ikut kena imbas marahnya Kevin.

"Berisik! Sekarang lo semua ikut gue!" bentak Kevin yang langsung membuat ketiganya diam. Dengan pasrah mereka mengikuti Kevin.

Alih-alih membawa ketiganya ke gudang untuk disiksa, ternyata Kevin membawa mereka ke ruang BK.

"Sekarang lo semua buat pernyataan untuk hal yang udah kalian lakuin ke Lia."

"Tapi Vin, 2minggu lagi udah ujian! Bisa-bisa kita gak dibolehin ikut." rengek Rachel pada Kevin. Kalau mereka mengakui perbuatan mereka sekarang, sudah pasti mereka tidak diizinkan ikut ujian. Bisa-bisa mereka mengulang setahun lagi atau lebih buruknya mereka bisa di DO.

"Rachel.gue.gak.perduli!" tegas Kevin dengan memberikan penekanan disetiap katanya.
"Kalau kalian buat pernyataan palsu, gue gak segan-segan lapor polisi! Dan jangan coba-coba nipu gue karena gue udah tau cerita jelasnya,ngerti?"

Ketiganya hanya bisa menelan ludah dan mengangguk pasrah menuruti kemauan Kevin.

Sepeninggal ketiganya ke ruang BK, Kevin melangkah gontai kekelasnya. Fikirannya kalut membayangkan bagaimana buruknya keadaan Lia sekarang. Ditambah lagi yang menyebabkan semua itu adalah Rachel, kekasihnya sendiri.

"Argghhh! Lo gak berguna Vin!" teriaknya pada dirinya sendiri, lalu memukul tembok dihadapannya. Rasanya dia sekarang benar-benar membutuhkan samsak untuk pelampisan. Untung tadi dia masih bisa mengontrol emosinya dan tidak bertindak secara fisik pada Rachel.

~~

"Eh dari mana aja lo! Gue denger si Maura sama Rachel berantem ya? Kok bisa sih Yo? Terus si Kevin mana?"

"Kudet! Sapa suruh tadi gak ngikut gue kelapangan, malah tidur dikelas."

"Ya elah, males gue desekan tau. Cerita aja napa,ck."

"Iya mereka berantem, karena Lia. Si Kevin gue gak tau kemana, tadi sih marah gitu terus narik si Rachel, tapi gak tau dibawa kemana. Moga aja tu anak masih inget kalo Rachel itu cewek, jadi dia gak main pukul."

"Eh gila mana mungkin. Kevin kan sayang banget sama si Rachel, apa-apa diturutin."

"Na gini nih kalo gak tau cerita, diem aja deh lo."

"Ih gue kepo tau, cerita dong Yo." mohon Ando sambil menunjukkan wajah memelasnya pada Zio.

"Jauh-jauh mukak lo dari gue, menjijikkan." Zio mendorong jauh wajah Ando yang sok memelas seperti anak anjing dihadapannya itu.

"Lo mah gitu, gak asik." gerutu Ando karena jurus puppy eyesnya tidak mempan pada Zio.
"Gue traktir siomay deh, ceritain ya ya ya?"

"Na gitu dong dari tadi, kan gue enak ya ceritanya." senyum Zio langsung mengembang mendengar Ando menyebut siomay, gratis pula.

"Dasar." gumam Ando pelan yang dihadiahi peletan manja dari Zio.

~~

"Lo kita cariin sampe kekolong-kolong bangku, taunya enak-enakan ngerokok disini. Nyusahin ah lo ngilangnya." celetuk Zio begitu menemukan Kevin setelah pencaharian panjangnya.

"Lo ngerokok lagi Vin?" kali ini pertanyaan lebih waras diajukan oleh Ando.

"Cuma kalo lagi mumet doang." ucap Kevin enteng. Dia lalu menyodorkan rokoknya pada dua temannya.
"Mau?"

"Gak Vin, gue masih mau hidup lama, belum juga ngedapetin hatinya Maura."

"Alay lo Do, ngerokok satu gak bakal bikin lo mati. Lagian Maura mana mau sama lo, lemot gini." berbeda dengan Ando yang menolak, Zio justru dengan senang hati menerimanya.

Kevin menghisap rokoknya dalam. Sebenarnya benda ini sudah lama dijauhinya,tapi fikirannya benar-benar kacau sekarang dan dia butuh rokok ini untuk menenangkan diri.

"Guys, temenin gue club ntar malem."

"Eh gila lo Vin, mau nyari masalah baru lagi? Ogah ah gue gak mau."

"Iya Vin, ngapain lo ke club? Jangan nyari masalah lagi deh. Lo tau kan dia masih dendam sama lo dan akan selalu begitu?"

Kevin menghisap rokoknya lagi, lalu membuangnya sembarangan.

'Sial, gue bener-bener kacau!'







*****
Ada yang nunggu aku gak?
Nunggu ceritanya maksudnya wkwkwk .

Kalo nemuin typo komen aja, nanti aku benerin langsung.

Terlambat [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang