"Jadi gimana? Lo mau mertimbangin tawaran gue kemarin?"
Gadis itu tampak berfikir sejenak. Takut ia akan salah langkah, tapi penawaran yang diberikan begitu menggiurkan.
"Tapi lo harus janji, dia gak akan tau kalau gue terlibat disini. Kalau lo ketahuan, jangan pernah bawa-bawa nama gue!"
Lelaki itu menyeringai dalam senyumannya.
"Gue janji."
~~~
"Selamat pagi tante."
"Eh Kevin, selamat pagi. Ayo masuk dulu. Tumben pagi-pagi udah kesini."
"Iya tante, mau jemput Lia barengan ke sekolah. Lianya mana tan?"
"Ada dikamar, biar tante panggilin dulu. Kevin mau minum?"
"Gak usah tante, mau langsung ke sekolah aja."
Renata mengangguk kemudian meninggalkan Kevin diruang tamu.
Tok. Tok. Tok.
"Sayang, mama masuk ya?"
"Iya ma masuk aja gak dikunci kok."
Renata langsung membuka pintu kamar anaknya, tapi tidak menemukan sosok yang dicarinya.
"Kamu dimana Li?"
"Di toilet ma, Lia cuci tangan bentar. Habis ini langsung turun kok. Suruh Kevin tunggu bentar lagi ya ma."
"Ya sudah, jangan lama-lama ya nanti kesiangan loh." ujar Renata mengingatkan.
"Siap ma!"
Renata berbalik hendak turun menemui Kevin, tapi kemudian dia ingat ingin menanyakan satu hal.
"Oia, sayang."
"Eh mama masih disini? Kenapa ma?"
"Kayaknya kamu sekarang dekat lagi sama Kevin ya? Terus si Samudera kemana Li? Kok gak pernah main ke rumah lagi? Maura juga gak pernah keliatan."
Samudera. Dada Lia rasanya sesak lagi mengingat nama itu. Pasalnya sejak hari dimana Maura menjauhinya, Samudera seolah ikut menghilang dari hidupnya juga. Semuanya seolah menjauh, sejak Kevin kembali lagi padanya. Seakan semesta tak mendukungnya bahagia.
"Mereka lagi sibuk ma."
Lama, tak ada jawaban disana.
"Ya udah, mama turun dulu. Kamu jangan lama-lama di dalam."
Setelah mendengar suara pintu kamarnya tertutup, Lia tak kuasa untuk tak menangis.
'Gue kangen kalian.' batinnya lirih.
Lia membasuh wajahnya agar tak terlihat sisa air mata di pipinya. Saat dia mengeringkan wajahnya, dadanya kembali terasa sesak.
'Darah lagi.'~~~
"Baiklah anak-anak, untuk mengevaluasi hasil praktek hari ini, ibu minta kalian membuat laporan prakteknya. Laporannya dikerjakan berpasangan. Ibu akan bagi kalian sesuai nomor absen dan harap dikumpulkan 3 hari lagi, mengerti?"
"Mengerti bu."
"Baik, pelajaran hari ini ibu akhiri, selamat siang."
Setelah Bu Asih meninggalkan kelas semuanya mencari pasangan kelompoknya dan mulai mendiskusikan perihal tugas pembuatan laporannya, tak terkecuali Lia dan Samudera yang kebetulan menjadi satu kelompok.
"Hm, Sam, kapan kita mau buat laporannya?"
"Terserah, gue ngikut aja."
"Ih, jangan terserah dong, ungkapin pendapat lo juga masa iya.."
Belum sempat Lia menyelesaikan ucapannya Samudera sudah mengambil tasnya dan pergi meninggalkan kelas.
Lia terdiam, dia masih tidak menyangka Samudera akan meninggalkannya seperti ini. Sama seperti Maura, dia bahkan pergi tanpa mendengar penjelasan Lia dan bahkan tanpa pernah mengatakan apa salahnya.
"Kenapa Sam?" ucapnya lirih, sangat lirih sampai tak ada yang bisa mendengarnya, hanya dirinya.
Sementara Samudera, dia tak benar pernah meninggalkan gadis itu sendirian. Dia masih menunggu di balik pintu kelas, sampai semua orang pergi dan akhirnya Lia juga pergi.
"Maafin gue Li."
KAMU SEDANG MEMBACA
Terlambat [COMPLETED]
Novela JuvenilCover by @kadekprasetya Untuk apa lagi bertahan ? Saat cinta memang sudah tak pernah memihak padamu sedari dulu ?