Usaha

1.7K 60 2
                                    

Setelah dua jam mencari, akhirnya Samudera menemukan lokasi ponsel Lia. Sekarang mereka tengah berada di pinggir hutan, jauh dari pusat kota.

"Lia! Lia!" teriak Maura, mencoba mencari keberadaan sahabatnya itu.

"Harusnya dia ada disekitar sini. Ponsel gue ngelacak sinyal ponselnya disekitar sini." geram Samudera frustasi. Ini dipinggir hutan, dan hutan itu luas. Belum pernah ada yang masuk kesana. Apa mungkin Lia disana? Tapi sedang apa?

"Sam, kayaknya kita harus masukin hutan ini."

"Lo yakin Ra? Apa gak terlalu bahaya buat lo masuk kesana? Gue memang berfikiran buat masuk, tapi enggak sama lo."

Maura menghela nafas dalam.
"Dia sahabat gue. Biar bagaimanapun dia hilang juga karena gue yang ngehindarin dia. Coba aja gue gak bersikap egois, Lia pasti masih ada sama kita Sam." Samudera bisa mendengar isak tangis Maura, walau sekarang tidak ada penyinaran disekitar sana.

Samudera menarik Maura dalam dekapannya, mencoba menenangkan gadis itu. Dia khawatir, itu sudah pasti. Dan Samudera juga tak kalah cemasnya sekarang. Lalu bagaimana dengan Kevin? Apa yang laki-laki itu bisa perbuat untuk Lia?

~~~

"Lo dimana?" Kevin langsung berteriak begitu teleponnya diangkat oleh orang di seberang sana.

"Kevin, gue gak nyangka lo akan telepon gue lagi. Kenapa? Rindu?" tanya gadis di seberang sana dengan santai.

"Gak usah basa-basi. Gue telepon lo karena ingin tahu, apa lo ada sangkut pautnya dengan hilangnya Lia?" tanya Kevin menuduh. Saat ini Rachel adalah tertuduh terkuat yang ada difikiran Kevin. Mengingat bagaimana hubungannya dengan gadis itu dan bagaimana bencinya dia dengan Lia.

"Lo nuduh gue?" suara Rachel terdengar tidak terima diseberang sana.

"Jawab aja! Bacot!" Kevin sudah tidak peduli dengan siapa dia bicara sekarang. Untung saja ini hanya lewat telepon. Kalau Rachel ada dihadapannya sekarang, bisa dipastikan satu tamparan mendarat mulus di pipinya.

"Kevin sayang, gue gak suka buang-buang waktu untuk ngurus bitch yang satu itu ya, gak menguntungkan buat gue, ngotorin tangan cantik gue aja."

Tut.

Kevin mengacak rambutnya frustasi,  rasa bersalah menyerangnya sekarang. Harusnya tadi dia menemani Lia ke pasar. Harusnya dia tidak meninggalkan gadis itu bermain futsal. Harusnya dia menghubungi gadis itu saat dia tak kunjung mengabarinya. Apa benar, bahwa dia hanya beban bagi Lia? Bahkan dia tidak becus menjaga gadisnya itu.

'Maafin gue Li.'

~~~

Setelah melihat Maura yang cukup tenang sekarang, Samudera memutuskan untuk memulai pencariannya memasuki hutan. Berbekal senter dan keberanian, mereka mulai menyusuri hutan itu, mencoba mencari keberadaan Lia.

"Lia! Lo dimana!" teriak Maura sambil terus menyusuri hutan. Awalnya dia mengusulkan untuk berpencar, untuk mengefisienkan waktu dan mempercepat kemungkinan ditemukannya Lia. Tapi Samudera menolak keras usulan Maura. Dia tidak bisa membiarkan gadis itu menyusuri hutan sendirian. Terlalu berbahaya, dia tidak mau mengambil resiko membahayakan satu nyawa lagi.

Dua jam mereka mencari, tapi tidak ditemukan adanya tanda kehidupan disana. Maura mulai lelah, dia jadi sering duduk untuk mengistirahatkan kakinya. Samudera yang tidak tega melihatnya bahkan mengusulkan untuk menggendongnya, tapi Maura menolak.

"Ini udah hampir subuh, dan kita bel nemuin Lia juga. Mungkin cuma ponselnya yang tertinggal waktu kebetulan dia lewat sini Sam." Maura berujar frustasi. Dia lelah, takut, cemas, dan dia belum mengabari mama Lia sampai sekarang. Wanita itu pasti tengah cemas menunggu kabar darinya sekarang.

Terlambat [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang