Luka

2.2K 66 0
                                    

Denganmu tenang tak terfikir dunia ini

Karenamu tenang semua khayal seakan kenyataan

Fourtwnty – Aku Tenang

“Bahagia bener kayaknya, ada apaan sih Li?”

Lia hanya tersenyum membalas pertanyaan Maura barusan. Rasanya dia masih berada didalam mimpi bila mengingat apa yang terjadi semalam.

~~
Lia masih enggan melepas pelukannya dari Kevin, begitupun sebaliknya. Sepasang remaja itu terlihat anteng duduk dibalkoni sambil menatap bintang diatas sana.

“Li.”

“Hmm.” Lia hanya bergumam tanpa menoleh kearah Kevin. Rasanya terlalu enggan bahkan untuk menggeser posisinya sekarang yang sedang ada dalam dekapan Kevin.

Kevin mengacak rambut Lia gemas karena sikap Lia sekarang yang terlihat sangat bermanja padanya. Ah, rasanya sudah lama dia tidak merasa senyaman ini semenjak terakhir dia memanjakan Lia.

“Li, lihat gue.” Kevin membalikkan posisi Lia sehingga mereka saling berhadapan sekarang. Tidak ada yang tahu bahwa kedua hati mereka tengah berdebar tak karuan sekarang, baik Kevin sekalipun. Ditelusurinya wajah Lia dengan jari telunjuknya, sampai berakhir dibibir gadis itu. Bisa dia rasakan tubuh gadis itu menegang sekarang, matanya membulat sempurna dan pipinya merona.

‘Cantik.’ batin Kevin. Entah kenapa baru sekarang dia benar-benar menyadari bahwa gadis dihadapannya yang berstatus sebagai sahabatnya ini ternyata sangat cantik. Belum lagi semua perhatian dan kebaikan yang sudah disuguhkannya selama ini pada Kevin. Bagaimana bisa dia membuat gadis sebaik ini terluka karenanya?

Jari Kevin beralih ke pipi Lia, kemudian mengelusnya dengan sayang.

“Li, maafin gue ya karena selama ini udah gak becus jadi sahabat lo. Gak bisa selalu ada saat lo bener-bener butuh gue.” Kevin menghela nafas dalam, sementara Lia hanya diam, membiarkan lelaki itu menyelesaikan semua yang ingin dia katakan.

“Li, gue tahu gue banyak salah sama lo. Lo selalu mendahulukan kepentingan gue diatas kepentingan lo sendiri, sementara gue selalu bersikap semau gue.”
Lia masih diam, mencoba menerka apa inti dari semua yang ingin Kevin sampaikan padanya.

“Lia, gue tahu gue gak pantas untuk ini. Tapi izinkan gue sekali lagi buat ngejaga lo. Izinkan sekali lagi gue buat jadi tempat lo untuk pulang. Izinkan gue untuk melanggar batasan persahabatan kita. Izinkan gue untuk memperlakukan lo seperti wanita, bukan sebagai Lia sahabat gue.”

Lia hanya bisa diam, air matanya menetes tanpa sadar. Dia terharu tapi dia tidak tahu harus berbuat apa sekarang. Rasanya dia tak percaya dengan semua yang dia dengar tadi. Kevin memberinya kejutan malam ini saja sudah seperti mimpi baginya, apalagi dengan semua kalimat yang baru saja terlontar dari bibir lelaki itu. Bolehkan Lia merasa senang sekarang? Bolehkan Lia berharap dia tidak jatuh cinta sendirian lagi?

Saking banyaknya pertaanyaan didalam kepalanya Lia tak menyadari bahwa Kevin sudah memutus jarak diantara mereka sekarang.

“Lia.” Panggil Kevin tepat dihadapannya, saking dekatnya Lia bisa merasakan kalau hidung mereka bersentuhan. Lia bisa merasakan hembusan nafas Kevin dari jarak sedekat ini.

“Diamnya lo gue anggap sebagai jawaban iya.”
Reflek Lia menganggukkan kepalanya karena rasa gugupnya sudah terlampau besar sekarang. Sungguh dia belum pernah berada sedekat ini dengan Kevin.

Cup.

Kevin mencium bibir Lia singkat. Sangat singkat, tapi memberi efek yang begitu besar bagi Lia. Kevin tidak tahu kalau yang dia lakukan membuat Lia benar tidak akan bisa menghapus dirinya lagi dari ingatannya.
~~

“Lia gue tanya kok malah disenyum doang ih gak jelas banget! Lia tungguin gue dong!” rengek Maura yang kemudian mengejar Lia menuju kelasnya.

“Li sumpah gue kepo dengan keadaan lo sekarang. Lo gak lagi frustasi kan karena Kevin gak ngucapin selamat ulang tahu buat lo?” Maura menatap Lia dengan tatapan menyelidik, sungguh penasaran hal apa yang membuat sahabatnya yang semalam sedih bukan main menjadi sangat ceria pagi ini.

“Gue gapapa Ra.” Lia menjawab setenang mungkin, membuat Maura benar-benar gemas sekarang. Bukan jawaban sesingkat itu yang Maura inginkan, yang dia butuhkan sekarang adalah penjelasan panjang lebar.

“Jadi mau main sembunyi-sembunyian lagi dari gue?” oke, Maura sekarang mulai mengeluarkan jurus mengancamnya sambil pura-pura merajuk.

Lia terkekeh melihat tingkah Maura yang sungguh seperti anak kecil sekarang. “Gitu doang ngambek. Ini gue ceritain sekarang. Jadi ceritanya itu gini.” Lia mulai menceritakan semuanya tanpa ada bagian yang dia tutupi dan Maura mendengarkannya dengan seksama. Sesekali dia memutar bola matanya sebal dan memekik heran tak percaya dengan yang dia dengar.

“Lo percaya gitu aja?” tanya Maura setelah Lia menyelesaikan ceritanya.

Lia mengangguk yakin. “Ra gue pingin ngerasain rasanya dicintai sama orang yang gue cintai, sekali ini aja, biarlah gue percaya kalau semuanya ini nyata Ra. Soal dia bohong atau enggak biar itu jadi urusan nanti. Kalau bahagia ini semu, biarlah gue jadikan obat penenang untuk sesaat Ra. Gue tahu semua beresiko, tapi gue cuma pingin diakhir hidup gue nanti gue gak mati penasaran karena gak tahu gimana rasanya dicintai Ra, hehe.” Lia bahkan bisa tersenyum memamerkan sederetan gigi putihnya dihadapan Maura.

“Lo ngomong apaan sih Li? Jalan hidup kita itu masih panjang. Didepan sana masih banyak cowok yang bisa bikin lo jatuh cinta dan yang terpenting juga cinta sama lo. Kita ini masih anak SMA Li, belum kuliah nanti, lo bakal ketemu banyak cowok yang lebih baik dari Kevin. Percaya gue. Lo gak harus merelakan hati lo terluka buat hati yang gak jelas buat lo.”

Lia hanya bisa tersenyum. Dia mengerti Maura sangat menyayanginya.

“Tapi gue pingin ngerasain itu dari Kevin.”

Maura mengacak rambutnya sebal. “Terserah lo kalau emang udah gak mau dengerin gue lagi. Gue gini juga demi kebaikan lo, karena gue terlalu sayang sama lo!”
Maura bangkit, mengambil tasnya hendak pindah duduk kebelakang.
“Gue lebih percaya Samudera walau gue baru kenal dia dibanding Kevin Li. Apa lo gak mikirin perasaan Samudera juga? Dia sayang sama lo, lo tahu kan? Perasannya sama lo lebih nyata daripada Kevin. Lo bukannya gak bisa nerima Sam, lo cuma gak mau buka hati lo buat dia karena lo udah buta sama cinta tolol lo ke Kevin itu! Jujur sebagai sahabat gue sangat kecewa karena lo lebih pilih Kevin dibanding Sam. Selama ini lo anggap gak sih saran-saran gue sabagai sahabat lo? Lo percaya gak sih gue ini sahabat lo dan cuma pingin yang terbaik buat lo?”

Pedih, pedih sekali Lia mendengar semua perkataan Maura. Sebelum dia menceritakan semuanya dia sudah yakin Maura akan menentangnya, sebelumnya dia sudah mematangkan niatnya dan mempersiapkan hatinya untuk mendengar semua perkataan Maura. Tapi sekali lagi dia menangis. Bagaimanapun Lia berusaha masa bodoh, dia takkan pernah bisa mengabaikan perkataan Maura. Gadis itu sudah lebih dari sahabat dihati Lia.

“Maura dengerin gue.”

“Udah Li, lo udah jelasin semuanya ke gue. Semuanya akan tetap berujung dengan Kevin kan? Gue udah paham. Gue pamit.” Maura pergi, tidak hanya pergi dari bangku samping Lia, tapi benar-benar pergi dari sampingnya. Dan Lia hanya bisa menangis, hanya itu yang bisa dia lakukan sekarang.

Tapi nyatanya tak hanya dua gadis itu yang sedang terkuras emosinya, didepan kelas sana ada seseorang yang lagi-lagi harus menelan kenyataan pahit, bahwa sampai kapanpun dia takkan bisa memenangkan hati seorang Lia. Dia sudah jauh tertinggal dibelakang bahkan sejak dia baru menginjakkan kakinya digaris start.




*****
Menye banget aku nulis ini baper :(
#okeabaikan

Terlambat [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang